Larangan Berlaku Boros

Larangan Berlaku Boros

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Al-Ragib berkata, “Isrof adalah melampui batas dalam segala perbuatan yang kerjakan oleh manusia sekalipun hal tersebut lebih mashur, yang berhubungan dengan pengeluaran dalam pembelajaan harta. 
Sofyan bin Uyainah berkata, “Harta yang aku belanjakan bukan dalam ketaatan kepada Allah maka dia termasuk boros sekalipun hal tersebut sedikit.  Allah SWT berfirman: 
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 
Katakanlah: "Hai hamba-hamba -Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Zumar: 53)
Kalimat isrof bisa terjadi pada harta dan yang lainnya, Allah SWT memperingatkan hamba -Nya dari sikap boros dalam firman-Nya: 
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Arof: 31)
Sebagian ulama salaf berkata, “Allah telah mengumpulkan pola hidup sehat dalam setengah ayat: وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ                                
Allah SWT berfirman: 
وَآتُواْ حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ 
“…dan tunaikanlah haknya di hari saat memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am: 141)
Atho’ bin Abi Robah berkata “Mereka dilarang berlaku boros dalam segala hal. 
Ibnu Katsir berkata, “yang artinya janganlah berlebihan dalam makan, sebab akan bisa membahayakan bagi akal dan badan”. 
Dari Amr bin Syu’aib daru bapaknya dari kakeknya  RA bahwa Nabi bersabda, “Makan dan bersedeqahlah dan pakailah pakaian tanpa berlebihan dan sombong”. 
Dari Ibnu Abbas RA berkata: Makanlah sekehendakmu dan pakailah sekehendakmu, dua perkara yang membuatmu salah yaitu boros dan sombong”. 
Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib RA bahwa Nabi bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam mengisi sebuah bejana yang lebih buruk daripada  perut,  cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika mesti dilakukan maka hendaklah dia mengambil sepertiga untuk makanannya dan sepertiga untuk minumannya serta sepertiga untuk nafasnya”. 
Dan sebagian ulama membedakan antara boros dan berlebihan/melampaui batas. Dan pola berlebih-lebihan yang dilarang oleh syara’ di dalam firman Allah SWT: 
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isro’: 27)
Mereka berkata, “Tabzir adalah mempergunakan harta bukan pada tempatnya, seperti penyaluran harta dalam kemaksiatan, atau menyalurkannya pada perkara yang tidak bermanfaat baik untuk bermain-main, meremehkan fungsi harta, sementara Isrof (Boros) adalah berlebihan dalam makan dan minum serta berpakaian tanpa dituntut kebutuhan. Allah SWT berfirman saat memuji hamba -Nya yang bersikap sederhana: 
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya  (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:                   وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا
 mereka tidak boros dalam memanfaatkan harta sehingga berbelanja melebihi kebutuhan dan tidak pula kikir terhadap keluarga mereka sehingga mengurangi hak-hak mereka, tidak memberikan kecukupan bagi mereka, namun mereka berlaku adil dan bertindak yang terbaik, dan sebaik-baik perkara itu adalah yang pertengahan, tidak berlebih-lebihan”. 
Allah SWT berfirman: 
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu belenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena hal itu memebuat kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isro’: 29)
Inilah bentuk wujud sikap pertengahan yang diperintahkan, tidak kikir, tidak menahan, tidak berlebihan dan boros namun yang seharusnya adalah pertengahan di antara semua sikap ekstrim di atas. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah SWT memerintahkan agar seseorang bersikap  sederhana di dalam kehidupan duniawinya, Dia mencela sikap kikir dan melarang sikap boros, (لاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ) Maksudnya adalah janganlah engkau bersikap pelit yang menahan harta, tidak memberikannya kepada seorangpun, (وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ) Maksudnya janganlah berlebihan dalam membelanjakan harta, sehingga pemberianmu terhadap orang melebihi kemampuanmu, dan pengeluaranmu melebihi penghasilanmu, (فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا) sehingga engkau terjebak dalam celaan manusia karena kekikiranmu dan mencercamu, mereka tidak membutuhkanmu, dan pada saat engkau mengulurkan pengeluaranmu di atas kemampuanmu maka dirimu tidak akan memiliki sesuatu yang dapat engkau infakkan, sehingga kamu menjadi seperti hasir, yaitu sebuah hewan tunggangan yang tidak mampu lagi berjalan”. 
Dari Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Apa yang engkau nafkahkan untuk dirimu, dan keluargamu tanpa ada sikap berlebihan dan boros, dan apa yang engkau shedeqahkan maka hal itu adalah bagimu dan apa yang engkau belanjakan dengan motifasi riya dan sum’ah maka itu adalah bagian dari setan”. 
Ibnul Jauzi berkata, “Orang yang berakal akan mengatur kehidupannya di dunia, jika dia miskin maka dia akan bersungguh-sungguh dalam berusaha dan berwiraswasta guna menghindarkannya   dari tunduk terhina terhadap makhluk, meminimalisir hubungan (hutang piutang), menciptakan sikap qona’ah, sehingga dengan demikian dia akan selamat dari ketergantungan kepada pemberian orang lain dan hidup dengan citra yang mulia, namun jika dia adalah orang yang kaya maka hendaklah dia mengatur belanjanya, agar dia tidak terjebak ke dalam kefakiran yang mengarahkannya kepada kehinaan bagi seorang  makhluk…”. 
Dan seyogyanya juga dia memperhatikan perkara ini, bahwa mengeluarkan harta dalam kebenaran tidak termasuk boros. Mujahid berkata, “Kalau seandainya seorang menginfakkan hartanya dalam kebenaran maka dia bukan termasuk pemborosan, dan seandainya dia menginfakkan satu mud bukan pada tempatnya maka hal itu termsuk pemborosan”. 
Di antara bentuk pemborosan yang dilakukan oleh masyarakat adalah pemborosan dalam pesta dan resepsi pernikahan serta acara-acara lainnya, baik pesta yang kecil atau besar, ketika makanan  dihidangkan melebihi kebutuhan.
Di antara bentuk pemborosan adalah pemborosan dalam pemakaian air. Dari Anas RA bahwa Nabi berwudhu’ dengan satu mud dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud”.( ) 
Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Seorang A’rabi datang kepada Nabi dan bertanya kepada beliau tentang wudhu’?. Maka beliau memperlihatkan kepadanya cara berwudhu’ tiga kali, kemudian beliau bersabda, “Inilah wudhu’, maka barangsiapa yang menambah berarti dia telah berbuat buruk, melampaui batas dan berlaku zalim”. 
  Bentuk pemborosan lainnya adalah berlebihan dalam membelanjakan harta. Dari Khaulah Al-Anshoriyah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang lelaki menenggelamkan diri memanfaatkan harta milik Allah bukan pada jalan yang benar, maka mereka mendapat balasan neraka pada hari kiamat”. 
Termasuk di dalam hadits ini adalah orang yang bepergian ke negara-negara kafir, mereka membelanjakan harta yang banyak dalam rangka rekreasi mereka tersebut, maka dengan melakukan hal tersebut mereka telah mengumpulkan dua kemaksiatan: 
Pertama: Kemaksiatan bepergian ke negara-negara orang kafir dan Nabi telah melarang perbuatan tersebut. 
Dari Jarir RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di tengah-tengah orang musyrik…….”. 
Kedua: Menyokong negeri-negeri kafir dengan harta yang telah dibelanjakan pada saat itu. 
Dari Abi Barzah AL-Asalmi RA bahwa Nabi bersabda, “Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dirinya akan ditanya oleh Allah SWT tentang umurnya untuk apa umur tersebut dia habiskan? tentang ilmunya apakah yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut, tentang hartanya dari manakah dia dapatkan dan kemanakah disalurkannya”.  Dan banyak lagi bentuk-bentuk pemborosan lainnya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Makna Hadits: “Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah”

Makna Hadits: “Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah”
شرح حديث: يتبع الميت ثلاث

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya  dari hadits Dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya”. 
Hadits ini telah dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali di dalam risalah yang sangat berharga, aku merangkum penjelasannya dalam bahasan yang singkat ini: Dia berkata, “Dan tafsir hadits ini adalah bahwa anak Adam mesti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya, harta sebagai bekal hidupnya, dua shahabat ini selalu menyertainya dan suatu saat akan berpisah dengannya. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah SWT, dan menafkahkannya untuk kepentingan akhirat, dan dia mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akherat, dia mencari istri yang shalehah yang bisa menjaga keimanannya. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah SWT maka dia temasuk orang yang merugi, sebagaimana firman Allah SWT, tentang orang-orang Badui:
شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا 
"Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…”. (QS. Al-Fath: 11).
Allah SWT: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS. Al-Munafiqun: 9).
Diriwayatkan Al-Hakim di dalam Al-Mustadrok dari hadits Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata: Wahai Muhammad hiduplah sekehendakmu sebab engkau padsti akan mati, cintailah siapa yang engkau kehendaki sebab engkau akan meninggalkannya, dan berbuatlah apa yang engkau kehendaki sebab engkau akan mendapat balasannya, kemudian dia berkata: Wahai Muhamad kemulian seorang mu’min ada pada saat qiyamullail dan ketinggiannya pada ketidakbutuhannya pada manusia”. .
Maka apabila anak Adam mati, dan meninggalkan dunia ini maka dia tidak mengambil mamfaat apapun dari keluarga dan hartanya kecuali do’a keluarga baginya, permohonan ampun mereka untuk dirinya dan perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syara’ yang bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya serta apa yang di kekluarkan dari hartanya untuk kebutuhan dirinya. Allah SWT berfirman: 
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. Al-Asyu’ara: 88-89.
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء ظُهُورِكُمْ 
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami  kurniakan kepadamu;…”. (QS. Al-An’am: 94).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Apabila anak Adam meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanafaat dan anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya”. 
Adapun teman pertama adalah keluarga, maka keluaraga tidak akan memberikan manfaat apapun baginya setelah kematiannya kecuali orang yang memintakan ampun baginya dan berdo’a baginya seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya. Bisa jadi keluaraganya tidak berdo’a baginya, sebab bisa jadi orang lain yang lebih jauh, lebih memberikan manfaat bagi keluarganya, sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh orang-orang shaleh: Keluargamu sibuk membagi warisan yang telah engkau tinggalkan, sementara ada orang lain yang bersedih dengan kematianmu dan berdo’a untukmu pada saat dirimu berada di antara himpitan lubang-lubang dalam tanah, dan di antara keluarga itu ada yang menjadi musuh bagimu, sebagaimana firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu (QS. Al-Tagabun: 14).
Adapun teman yang kedua adalah harta, maka dia tidak mengikuti pemiliknya dan tidak pula masuk ke dalam kuburnya, dan kembalinya harta tersebut sebagai kalimat kiasan bahwa harta itu tidak menemani pemiliknya di dalam kuburnya dan tidak masuk ke dalam liang kubur pemiliknya.
Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Anak Adam berkata: Hartaku, hartaku, Allah berfirman: Apakah engkau memiliki harta wahai anak Adam kecuali apa yang engkau telah makan dan habis, atau engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau berlalu membawanya dan apa-apa selain itu maka dia pergi dan ditinggalkan untuk orang lain”. 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapakah di antara kalian yang harta pewarisnya lebih dicintainya daripada harta dirinya sendiri?. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah, tidak ada seorangpun di antara kita kecuali hartanya lebih dicintainya. Beliau bersabda: Sesungguhnya harta miliknya yang sebenarnya adalah apa yang telah dipersembahkan (sebagai amal shaleh) sementara harta pewarisnya adalah apa yang ditinggalkan”. 
Maka seorang hamba tidak akan mengambil manfaat apapun dari hartanya kecuali apa yang dipersembahkannya untuk masa depan dirinya di (akherat kelak) dan menafkahkan harta itu di jalan Allah SWT, dan apa yang telah dimakan dan dipakainya, maka dia bukan bagian yang menjadi miliknya (secara hakiki) dan bukan pula dosa baginya dalam pemanfaatannya. Kecuali jika dia berniat dengan niat amal shaleh, maka dia akan diberikan kepadanya pahala secara mutlak. Sebagian raja berkata kepada Abi Hazim yang hidup zuhud: Kenapa kita membenci kematian?. Dia menjawab: Karena engkau mengagungkan dunia, engkau telah menjadikan hartamu di hadapan kedua matamu maka engkau pasti benci meninggalkannya dan seandainya engkau mempersiapkannya untuk akheratmu niscaya engkau akan senang menggunakannya untuk mengejarnya. Allah SWT berfirman: 
لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imron: 92)
Dan Ibnu Umar tidak bangga kepada hartanya kecuali apa yang telah dipersembahkannya sebagai amal shaleh karena Allah SWT, sehingga pada suatu ketika pada saat dia menunggang seekor onta, lalu dia kagum dengannya, maka diapun segera turun darinya dan mengaraknya dan menjadikannya sebagai shadaqah di jalan Allah SWT.
Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut, dia bersamanya pada saat dibangkitkan  menghadap Allah SWT. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di padang mahsyar, di atas shirot, pada saat ditimbang dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di surga atau di neraka. Allah SWT berfirman: 
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya)untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (QS. Fushilat: 46).
Allah SWT berfirman:
مَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), (QS. Al-Rum: 44)
Sebagian ulama salaf berkata tentang tafsir ayat di atas atau mereka mempersiapkan bagi diri mereka kebutuhan di dalam kubur mereka. Maka amal shaleh sebagai tempat yang menyejukkan bagi  yang mengerjakannya di dalam kubur, di mana saat di dalam kubur seorang hamba tidak memiliki apapun yang pernah dinikmatinya selama di dunia seperti kasur yang empuk, bantal dan ranjang-ranjang tidur namun setiap orang akan tidur dengan ranjang amal, berbantal kebaikan atau keburukan. Maka orang yang berakal adalah orang yang membangun rumah tempat dia menetap dalam jangka waktu yang panjang, walau seandainya dia membangunnya dengan puing-puing rumahnya yang roboh yang akan ditinggalkannya maka dia tidak akan merugi, bahkan dia beruntung.
Sebagian ulama salaf berkata, “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu sebatas lamanya masa kamu menetap padanya, dan berbuatlah untuk akheratmu sebatas lamanya kamu tinggal padanya. Al-Hasan berkata, “Seorang lelaki dari kaum muslimin mengikuti janazah saudaranya lalu pada saat jenazah diturunkan di dalam liang kuburnya lelaki itu berkata: Aku tidak mengetahui yang mengikutimu dari dunia ini kecuali tiga helai kain, demi Allah aku meningalkan rumahku dengan barang-barang yang begitu banyak, demi Allah seandainya aku diberi kesempatan untuk pulang kerumah niscaya aku akan sedekahkan rumahku untuk kepentingan diriku. Al-Hasan berkata: Maka lelaki itupun kembali dan menyedekahkannya.  Dan mereka tahu bahwa orang itu adalah Umar bin Abdul Aziz”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa

Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di antara hikmah Allah SWT adalah bahwa Dia menjadikan nafsu Ammarah bissu’ bagi manusia sebagai musuh-musuh yang selalu menggodanya dan mendorongnya untuk melakukan dosa serta agar dosa itu menjadi enteng dalam pandangannya dan menjauhkannya dari kebaikan. Itulah kerja nafsu Ammarah bissu’, setan dan hawa nafsu. Allah SWT berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي  
“…karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”.  (QS. Yusuf: 53)
Allah SWT berfirman: 
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS. Al-Nazi’at: 40-41)
Allah SWT berfirman: 
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (17)kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’rof: 16-17.)
Allah SWT berfirman: أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. (QS. Al-Furqon: 43.)
Di antara wujud kasih sayang Allah SWT bagi para hamba -Nya adalah bahwa Dia menyiapkan bagi mereka perkara-perkara yang bisa menghapuskan dosa-dosa mereka dan menghilangkannya. Semua perkara yang menghapuskan dosa-dosa ini dan menghilangkannya adalah perkataan, perbuatan yang disyari’atkan oleh Allah SWT di dalam kitab -Nya atau dengan lisan Rasul -Nya Muhammad saw: Di antara perbuatan itu adalah:
Pertama; Beriman kepada Allah SWT, mentauhidkannya dan beramal shaleh. Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 7)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad Muhammad saw bersabda, “Pintu-pitu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun”. 
Kedua: Menjauhi dosa-dosa besar. Allah SWT berfirman: 
إِن تَجْتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلاً كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat lima waktu, jum’at yang satu kepada jum’at yang lain, Ramadhan yang satu dengan ramadhan yang lain adalah penghapus dosa selama dosa-dosa besar dijauhi”. 
Ketiga: Taubat yang benar-benar taubat. Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah )membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya. (69)(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (70)kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70).
Keempat: Istigfar. Allah SWT berfirman: 
وَاسْتَغْفِرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nisa’: 106)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangasiapa yang mengucapkan, 
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
(Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri dan aku memohon taubat kepada -Nya). Maka dia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”. 
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar RA bahwa Nabi menceritakan tentang firman Tuhannya bahwa Dia berfirman: Wahai hambaKu sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa dan kesalahan baik pada waktu siang atau malam, dan Aku mengampuni semua dosa-dosamu, maka mintalah ampun kepadaKu niscaya Aku pasti mengampunimu”. 
Kelima: Berwudhu’. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Humron, budak Utsman bin Affan RA berkata, “Aku memberikan Utsman air untuk berwudhu’ lalu dia berwudhu’ dengannya, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya banyak masyarakat yang mempertanyakan sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW namun aku tidak mengetahui dari manakah sumber hadits tersebut?. Hanya saja aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian dia berkata, “Barangsiapa yang berwudhu’ dengan cara seperti ini maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju mesjid terhitung sebagai pahala tambahan baginya”. 
Keenam: Shalat, berjalan menuju shalat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan terhadap sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?.  Para shahabat menjwab: “tentu, wahai Rasulullah!”. Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu’ pada tempat-tempat anggota wudhu’, memperbanyak langkah menuju mesjid dan menunggu shalat setelah adzan, maka jagaan amalan tersebut (seperti pasukan yang menjaga perbatasan Negara)”. 
Keenam: Bersedekah. Allah SWT berfirman: 
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al-Baqarah: 271)
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Muazd bin Jabal RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidakkah aku menunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebgaimana air memadamkan api”. 
Kedelapan; Haji dan Umroh. Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dari hadits  Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Laksanakanlah haji dan Umroh, sebab dia menghapuskan dosa-dosa, kesalahan sebagaimana pandai besi yang menghapuskan karatan besi”. 
Kesembilan: Musibah yang menimpa. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat turunnya firman Allah SWT: مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS.  An-Nisa’: 132). Maka kaum muslimin merasakan kesulitan yang sangat tinggi, dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berbuatlah yang mendekati  kebenaran dan berbuatlah yang benar, maka pada setiap apapun yang  menimpa seorang muslim sebagai penghapus bagi dosa-dosanya, bahkan musibah yang menimpanya atau duri yang menusuknya (sebagai penghapus dosa baginya)”.  
Kesepuluh: Beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka dia akan diampuni dosa-dosa yang pernah lalu”.  Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang bangkit untuk beribadah pada masa-masa Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka akan diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu”. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Keutamaan Bersegera Menunaikan Shalat

Keutamaan Bersegera Menunaikan Shalat

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Sesungguhnya di antara karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada para hamba -Nya adalah Dia memudahkan bagi mereka ketaatan dan ibadah sebagai sarana taqarrub kepada Allah SWT. Di antara bentuk ketaatan dan taqarrub tersebut adalah bersegera berangkat menunaikan shalat lima waktu, di mana Allah SWT menjadikannya lima dalam praktek, namun lima puluh dalam pahala dan balasan.
Bersegara menunaikan shalat adalah ketaatan yang telah banyak dilalaikan oleh masyarakat pada zaman sekarang ini, mereka tidak menghadiri shalat kecuali pada saat iqomah dikumandangkan atau shalat telah mulai.
Para shalafus shaleh menjadi tauladan yang utama dalam masalah ini, dan mereka sebagai contoh yang paling utama dalam urusan bersegera menuju shalat. Adi bin Hatim RA berkata: Tidak ada waktu yang aku rindukan kecuali masuk waktu shalat dan aku rindu kepadanya dan tidaklah iqomah dikumandangkan sejak diriku masuk Islam kecuali aku dalam keadaan telah berwudhu”. Sa’id bin Musayyab berkata, “Tidaklah seorang mu’adzin mengumandangkan azannya kecuali aku telah berada di masjid, dan aku tidak pernah teringgal shalat jama’ah satu waktupun sejak empat puluh tahun dan aku tidak pernah melihat tengkuk seorang lelakipun pada waktu shalat”. Adzhaby berakta: Demikianlah perhatian ulama salaf pada kebaikan”.
Keutamaan bersegera dalam menunaikan shalat adalah:
Pertama, Istigfar malaikat, bagi orang yang menunggu shalat, maka dia dianggap berada dalam keadaan shalat. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya malaikat mengucapkan shalawat atas salah seorang di antara kalian selama dirinya berada di tempat shalatnya selama dia tidak berhadats. Malaikat berdo’a: Ampunilah dia, ya Allah berikanlah curahan rahmat Mu kepadaku, salah seorang di antara kalian senantiasa berada di dalam shalatnya selama shalat itulah yang menahan dirinya, tidak ada yang menghalanginya kembali kepada keluarganya kecuali shalat”. 
Kedua: Mendapatkan shaf yang pertama yang memilki keutamaan yang sangat agung dan pahala yang besar. Dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seandainya manusia mengetahui keutamaan apa yang terdapat pada azan dan shaf yang pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara saling undi untuk memperebutkannya niscaya mereka pasti mengadakan undian, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya, dan seandainya mereka mengetahui kelebihan yang terdapat dalam shalat isya’ dan subuh niscaya mereka pasti mendatanginya sekalipun dengan cara merangkak”. 
Ketiga: Mendapatkan takbiratul Ihrom (bersama imam), dan itu adalah takbir yang pertama yang paling utama, sebagai kunci shalat. Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan shalat selama empat puluh hari karena Allah SWT dan dia mendapatkan takbir yang pertama, maka akan ditulis baginya kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari nifaq”. 
Keempat: Do’a yang dipanjatkan pada saat antara azan dan iqomah adalah do’a yang mustajab. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari hadits riwayat Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Do’a antara azan dan iqomah tidak tertolak”. 
Kelima: Posisi shalat dekat dengan imam. Ini adalah keutamaan yang sangat besar. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Samurah bin Jundub RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hadirilah majlis zikir dan dekatlah dengan imam, dan seseorang senantiasa menjauh dari imam sehingga dia ditempatkan pada posisi yang terakhir dari surga sekalipun memasukinya”. 
Ketiga: Bisa melaksanakan sunnah-sunnah qobliyah, seperti qobliyah fajar. Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dua rekaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”.  Dan Nabi Muhammad SAW shalat sunnah empat rakaat sebelum zuhur dan dua rakaat setelahnya”. 
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ummu Habibah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang selalu mengerjakan empat rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah akan mengharamkan dirinya atas api neraka”. 
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits riwayt Ali RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang yang shalat sunnah empat rakaat sebelum asar”. 
Ketujuh: Hadir ke masjid dengan tenang dan penuh wibawa, sebab berlari menuju masjid seperti yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat akan menghilangkan rasa tenang  dan wibawa itu. Disebutkan di dalam Ashahihaini dari Abi Hurairah bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila kalian telah mendengar iqomah dikumandangkan maka hendaklah kalian berjalan ke masjid, dan hendaklah berjalan dengan tenang dan penuh wibawa, janganlah tergesa-gesa, maka rekaat yang kalian dapatkan mulailah padanya sementara rekaat yang terlewatkan sempurnakanlah”. 
Kedelapan: Membaca zikir dan istighfar dan berzikir kepada Allah Azza Wa Jalla di antara azan dan iqomah. Dan seandainya seorang muslim datang ke masjid dengan segera maka paling tidak dia bisa membaca enampuluh ayat, maka berarti dalam satu hari dia bisa membaca seratus ayat, dan di dalam satu minggu tujuh ratus ayat, dan dalam satu bulan tiga ribu ayat, dan ini adalah kebaikan yang cukup besar dan pahala kebaikan membaca Al-Qur’an itu dilipatkan gandakan menjadi sepuluh pahala, bahkan sampai tujuh ratus lipat. Dan Allah SWT melipat gandakan pahala bagi siapapun yang dikehendakinya dan Allah SWT memiliki karunia yang agung.
Semestinya bagi seorang yang beriman untuk membiasakan dirinya agar selalu bersegera berangkat menuju masjid sehingga hal itu menjadi mudah baginya dan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Suatu kaum akan senantiasa terlambat sehingga Allah melambatkan mereka”. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

BIOGRAFI KHALID BIN WALID Radhiyallahu’anhu

BIOGRAFI KHALID BIN WALID Radhiyallahu’anhu

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du:
Tulisan ini adalah bagian kecil dari biografi seorang tokoh terkemuka umat ini, dia salah seorang pahlawan dan kesatria umat ini, dia salah seorang tokoh shahabat Rasulullah saw yang mulia, dan dari perjalanan hidupnya ini kita akan menggali berbagai pelajaran dan ibroh.
Shahabat Rasulullah saw ini masuk Islam pada tahun kedelapan hijriyah dan telah terjun dalam puluhan peperangan.
Para sejarawan mencatat, dia tidak pernah kalah dalam satu peperanganpun baik pada saat jahiliyah atau setelah masuk Islam, dia berkata tentang dirinya: Sungguh dengan tanganku ini telah terpotong sembilan pedang pada saat peperangan Mu’tah sehingga tidak tertinggal di tanganku kecuali sebuah pedang yang berasal dari Yaman”. 
Hal ini membuktikan tentang keberaniannya yang brilian dan kekuatan besar yang telah dianugrahkan baginya oleh Allah pada jasadnya. Dan beliau adalah komando pasukan kaum muslimin pada perang yang masyhur yaitu perang Yamamah dan Yarmuk, dan beliau telah melintasi perbatasan  negeri Iraq menuju ke Syam dalam lima malam bersama para tentara yang mengikutinya. Inilah salah satu keajaiban komandan perang ini. Nabi saw telah menggelarinya dengan sebutan pedang Allah yang terhunus, dan beliau memberitahkan bahwa dia adalah salah satu pedang Allah terhadap orang-orang musyrik dan kaum munafiq. 
Dia adalah seorang kesatria, Khalid bin Walid bin Al-Mugiroh Al-Qurosy Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul mukminin Maimunah binti Al-Harits ra, dia seorang lelaki yang kekar, berpundak lebar, bertubuh kuat, sangat menyerupai Umar bin Al-Khattab ra. Shahabat memilki sikap kepahlawanan besar yang mencerminkan dirinya sebagai seorang pemberani dalam  membela agama ini, di antara cerita tentang kepahlwanan beliau adalah apa yang terjadi pada perang Mu’tah, pada tahun ke delapan hijriyah, pada tahun dia memeluk Islam. Jumlah tentara kaum muslimin pada saat itu sekitar tiga ribu personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus ribu personil, melihat tidak adanya keseimbangan jumlah tentara kaum muslimin di banding musuh mereka, terkuaklah sikap kesatria dan kepahlawanan kaum muslimin pada peperangan ini. Nabi saw telah memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia terbunuh maka kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika terbunuh maka kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Semua peminpin di atas mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin: Pilihlah seorang lelaki sebagai peminpin kalian, maka mereka memilih Khalid bin Walid, maka pada peristiwa inilah tanpak jelas keberanian dan kejeniusannya. Dia kembali mengatur para pasukan, maka dia merubah strategi dengan menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke sayap kiri dan sebalikanya pasukan sayap kiri berpindah ke sebelah kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah beberapa saat mereka dating sekan pasukan batuan  yang baru datang, hal ini guna melemahkan semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum muslimin terlihat menjadi besar atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan mereka mundur dan semangat mereka melemah. Dia ra telah memperlihatkan berbagai macam bentuk keberanian dan kepahlawanan yang tidak bisa tandingi oleh semangat para pahlawan. Selain itu, dengan keahliannya dan kecerdasannya dia mulai mengarahkan pasukan kaum muslimin untuk mundur secara teratur dengan cara yang unik, dan cukuplah  dengan peukulan yang seperti itu, dan beliau melihat agar pasukan kaum muslimin tidak terserang pada sebuah peperangan yang tidak sebanding. Dan saw menyebut hal itu sebagai kemenangan dan beliau bersabda pada saat menyebut ketiga komandan yang gugur syahid kemudian bendera akan diambil oleh salah satu pedang Allah sehingga Allah memberikan kemenangan bagi kaum muslimin atas musuhnya. 
Khalid juga ikut serta dalam peperangan melawan kaum yang murtad, beliau juga ikut berperang menju Iraq, dan para ulama berbeda pendapat tentang  sebab dipecatnya Khalid sebagai komando perang di Syam, dan semoga yang benar adalah apa yang dikatkaan oleh Umar bin Khattab ra: Tidak, aku akan memecat Khalid sehingga masyarakat mengetahui bahwa sesungguhnya Allah membela agamanya tidak dengan Khalid. 
Di antara ungkapannya yang agung adalah tidaklah sebuah malam di mana aku bersama seorang pengantin yang aku cintai lebih aku sukai dari sebuah malam yang dingin lagi bersalju dalam sebuah pasukan kaum muhajirin guna menyerang musuh. 
Dia pernah menulis sebuah surat kepada kaesar Persia yang mengatakan: Sungguh aku telah telah datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih mencintai kematian sebagaimana orang-orang Persia menyenangi minum khamar.
Qais bin Hazim berkata:  Aku telah mendengar Khalid berkata: Berjihad telah menghalangiku mempelajari Al-Qur’anul Karim. 
Abu Zannad berkata: Pada Sa’ad Khlaid akan meninggal dunia dia menangis dan berkata: Aku telah mengikuti perang ini dan perang ini bersama pasukan, dan tidak ada satu jengaklpun dari bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas pukulan pedang atau lemparan panah atau tikaman tombak dan sekarang aku mati di atas ranjangku terjelembab sebgaiamana matinya seekor unta. Janganlah mata ini terpejam seperti mata para pengecut. 
Sungguh Khalaid mengharapkan mati syahid dan semoga Allah menyampaikannya pada derjat yang dicita-citakannya.
Dari Sahl bin Abi Umamah bin Hanif dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang meminta kepada Allah mati syahid dengan sebenarnya maka Allah akan menyampaikannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun dirinya mati di atas ranjangnya. 
Lalu pada saat wafat, dia tidak meninggalkan kecuali kuda, senjata dan budaknya yang dijadikannya sebagai shadaqah dijalan Allah, pada saat berita kematian tersebut sampai kepada Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Kattab dia berkata:  Semoga Allah meberikan rahmatnya kepada Abu Sualiaman, sesungguhnya dia seperti apa yang kami perkirakan”. 
Dan disebutkan  di dalam hadits riwayat Umar bin AL-Khattab tentang zakat bahwa Nabi saw bersabda: Adapun Khalid maka dia telah menyimpan baju besinya dan perlengkapan berperangnya di jalan Allah”. 
Dia wafat pada tahun 21 H di Himsh pada usia 52 tahun, semoga Allah memberikan kepada Khalid balasan yang lebih baik dan semoga Allah mempertemukan kita dengannya surga yang mulia, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Hukum Nyanyian

Hukum Nyanyian

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du: 
Allah SWT berfirman: 
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِي لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (QS. Luqman: 6)
Disebutkan bahwa Ibnu Mas’ud RA  menafsirkan kata “Lahwul Hadits” dengan nyanyian, dan Ibnu Mas’ud bersumpah dengannya tiga kali dan dia berkata: Demi Allah SWT yang tidak ada Tuhan selain Dia bahwa maksud dari lahwal hadits adalah nyanyian”. 
Dan dia juga berkata: Nyanyian itu bisa membangkitkan kemunafikan sebagaimana air menumbuhkan tanaman.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Malik Al-Asya’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Akan ada suatu masa dimana pada umatku terdapat sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutra, khamar dan musik, dan suatu kaum menempati sebuah tempat di pinggir gunung, dia pergi dengan membawa gembala mereka lalu datang seorang faqir kepada mereka dan meminta kebutuhannya dan mereka menjawab: Kembalilah besok kepada kami, kemudian Allah SWT membinasakan mereka pada waktu malam, dan menghacurkan gunung itu atas mereka sementara yang lain dirubah bentuk mereka sehingga menyerupai monyet, babi sampai hari kiamat”. 
Hadits ini memberitahukan tentang perkara yang besar, yaitu Allah SWT menghancurkan suatu kaum dengan berbagai kehancuran, hal itu disebabkan karena mereka mengerjakan perkara-perkara yang sudah jelas-jelas haram, di antara perkara yang diharamkan itu adalah: Mereka menghalalkan alat-alat musik yang diharamkan oleh syara’, dan musik pada zaman kita sekarang ini adalah seperti biola, gitar, drumband, piano, rebab dan seruling dan alat musik lainnya. Hadits ini menjelaskan tentang keharaman alat musik dari dua hal: 
Pertama: Sabda Nabi Muhammad SAW: “يستحلون” yang artinya menghalalkan, maskudnya adalah mereka menganggapnya halal setelah diharamkan, di dalam hadits di atas dijelaskan bahwa apa-apa yang tersebut di atas adalah haram, seperti musik.
Kedua: Penyebutan musik dibarengkan dengan perkara yang diharamkan secara pasti berdasarkan ijma’ kaum muslimin, dan di dalam hadist ini disebutkan zina, meminum khamar dan memakai sutra, hal ini sebagai dalil yang jelas bagi keharamannya.
Diriwayatkan oleh Al-Tirmizi di dalam sunannya dari hadits Imron bin Husain bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Akan terjadi pada umat ku bencana di mana mereka akan dilempar, ditenggelamkan dan dirubah bentuk mereka”. Lalu seorang lelaki dari kaum muslimin berkata: Kapankah hal itu akan terjadi wahai Rasulullah SAW?. Beliau bersabda, “Apabila para biduanita telah muncul, musik dan meminum khamar”. 
Kesimpulan Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Allah SWT telah mengancam orang yang menghalalkan musik di mana Allah SWT akan menenggelamkan mereka ke dalam perut bumi, dan akan merubah rupa mereka dengan rupa kera dan babi, sekalipun ancaman ini disebabkan oleh semua prilaku ini,  namun bagi masing-masing perbuatan yang diharamkan ini bagian dari celaan dan ancaman ini”. 
Seorang penyair berkata: 
Inilah kebenaran yang tidak tersembunyi sedikitpun
Maka jauhkanlah aku dari jalan-jalan yang berliku-liku
Kesimpulan perkataan syaikhul Islam ibnu Taimiyah menyebutkan: Hal itu terjadi kalau mereka menghalalkan perbuatan yang haram ini dengan berbagai macam takwil yang rusak, namun jika mereka menghalalkannya dibarengi dengan keyakinan bahwa Rasulullah SAW mengharamkannya maka mereka telah menjadi kafir dan bukan menjadi umat Muhammad SAW”. 
Para ulama dalam empat mazhab telah bersepakat dalam mengaharamkan musik, dan seandainya seseorang menghancurkannya maka dia tidak perlu menggantinya, bahkan diharamkan memainkannya. Dan ketika imam Malik ditanya tentang nyanyian apakah yang diperbolehkan bagi penduduk Madinah?. Beliau menjawab: Bagi kami yang melakukan hal ini adalah orang-orang yang fasik”. 
Dan ketika imam Ahmad rahimhullah ditanya tentang nyanyian dia berkata: Nyanyian bisa menimbulkan kemunafikan di dalam hati”. 
Adapun mazhab Abu Hanifah maka mazhab beliau paling keras dalam masalah ini, para ulama dalam mazhab ini telah menyebutkan secara jelas tentang keharaman mendengarkan semua alat-alat musik, seperti seruling, duf bahkan membuat gendang dengan bambu, mereka menjelaskan bahwa itu adalah maksiat, mengkibatkan kefasikan yang membuat kesaksian menjadi tertolak”. 
Namun sangat disayangkan sekali pada zaman kita sekarang ini bencana nyanyian tersebar dalam media kita baik media televisi, tape recorder, radio dan alat sia-sia lainnya. 
Yazid bin Al-Walid berkata, “Jauhilah nyanyian sebab dia mengurangi rasa malu, menghancurkan muru’ah, dia mengimbangi khamar dan pengaruhnya sama seperti pengaruh barang yang memabukkan. Dan dia berkata: Jauhkanlah dia dari wanita, sebab nyanyian itu menjerumuskan kepada zina atau dia adalah ruqyah yang membangkitkan zina”.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: Tidak diragukan lagi bagi setiap orang yang cinta dan menjaga terhadap agama dan kehormatannya untuk menjauhkan keluarganya mendengarkan nyanyian, sebagaimana dia menjauhkan mereka dari sebab-sebab yang mengarah kapada perkara yang meragukan, dan barang siapa yang membukakan pintu bagi keluarganya untuk mendengarkan zina maka dia lebih mengetahui tentang dosa yang berhak diterimanya, dan telah diketahui oleh masyarakat bahwa apabila seorang istri membandel terhadap suaminya maka sang suami berusaha memperdengarkannya nyanyian, pada saat itulah terasa kemewahan hidup, demi Allah banyak wanita terhormat dan merdeka berubah menjadi pelacur karena nyanyian, banyak wanita-wanita yang merdeka berubah menjadi budak bagi anak-anak kecil atau gadis-gadis kecil, sudah banyak orang yang bercitra baik berubah menjadi buruk di tengah-tengah masyarakat karena nyanyian, sungguh banyak orang yang terjaga dari musibah ini lalu dia terjerumus padanya, akhirnya terjerembab dalam banyak petaka, banyak sekali tegukan yang menghimpit tenggorokan dan menghilangkan kenikmatan, mengundang bencana, sungguh banyak rintihan-rintihan yang akan menunggu pelaku nyanyian, dan kebimbangan yang menanti serta stress datang menyambut”. 
Dari apa yang telah dipaparkan di atas berupa ayat-ayat Allah SWT yang mulia dan hadits yang agung serta perkataan para ulama, maka sudah jelas keharaman nyanyian, dia termasuk dosa besar, maka wajib bagi orang yang beriman untuk menjauhkan dirinya dari hal itu, sebab tidak akan pernah menyatu selamanya antara kalam Allah Yang Maha Rahman dengan seruling setan di dalam hati seseorang.
Perlu diperhatikan: Pada masa sekarang ini menyebar suatu istilah kalangan pemilik studio rekaman, yaitu apa yang mereka sebut dengan: “Al-Anasyid Al-Islamiyah”,. Syaikh Nashir Al-Albani rahimahullah berkata di dalam kitabnya Tharim Alatul Lahwi, setelah beliau memaparkan tentang beberapa dalil yang mengharamkan nyanyian, beliau berkata, “Telah jelas bahwa tidak boleh bertaqarrub kepada Allah kecuali dengan apa yang telah disyari’atkan, bagaimana mungkin bisa bertaqarrub kepada -Nya dengan sesuatu yang diharamkan, oleh karena itulah para ulama mengharamkan nyanyian-nyanyian yang disenandungkan oleh para pengikut sufi dan pengingkaran mereka terhadap orang yang menghalalkannya sangat keras, lalu apabila pembaca yang budiman menghadirkan akalnya pada kaidah dasar ini maka jelas baginya seterang-terangnya bahwa tidak ada perbedaan hukum antara nyanyian-nyanyian sufi dengan nasyid diniyiah, bahkan bisa jadi ini adalah bencana lain yang baru, sebab dia bisa disenandungkan dengan senandung nyanyian-nyanyian porno, disesuaikan dengan irama-irama musik yang berasal dari timur atau barat yang bisa menyihir pendengarnya dan mengajak mereka agar berdansa dan mengeluarkan mereka dari standar kesadaran mereka, maka maksudnya adalah senandung dan pengaruh yang membuat orang terpancing kesenangannya bukan semata-mata lagunya, dan ini adalah bentuk pelanggaran yang baru , yaitu menyerupai orang-orang kafir dan gila bahkan hal ini akan melahirkan pelanggaran yang lain, yaitu menyerupai mereka dalam perkara berpaling dari Al-Qur’an dan menjauhinya sehingga teramsuk dalam salah satu perkara yang dikeluhkan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam firman Allah SWT:
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَـٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan  Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. Al-Furqan: 30)
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Renungan Terhadap Peristiwa Wafatnya Abu Thalib

Renungan Terhadap Peristiwa Wafatnya Abu Thalib

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:

Dari Sa’id bin Al-Musayyab dari bapaknya ra berkata, “Pada saat ajal Abi Thalib telah tiba maka Rasulullah saw mendatanginya, beliau mendapatkannya bersama Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughiroh. Maka Rasulullah saw berkata kepadanya : Wahai pamanku katakan: لا إله إلا الله suatu kalimat yang bisa aku saksikan pada hari kiamat. Maka Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau benci terhadap agama Abdul Muththalib?. Maka Nabi saw senantaiasa mendakwahinya dan mengulangi permintaannya, sehingga Abi Thalib berkata di akhir ucapannya: Dia masih tetap berada pada millah Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan: لا إله إلا الله, maka Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah aku pasti memintakan ampun baginya selama aku tidak dilarang mengerjakannya”. Lalu Allah menurunkan firmanNya :
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ أَنْ يَسْتَغْفِرُوا۟ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوۡا۟ كَانُوا۟ أُو۟لِى قُرْبَىٰٓ بَعۡدَ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْۤ أَصْحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. QS. Al-Taubah: 113
Maka Allah swt menurunkan sebuah firmanNya tentang Abu Thalib di mana Dia berfirman kepada NabiNya: 
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنۡ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَنۡ يَشَآءُ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلۡمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. QS. Al-Qoshshos: 56
Dan AL-Hafiz Ibnu Hajar menyebutkan bahwa Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mugiroh telah masuk Islam di akhir hayatnya dan baik keislamannya  
Adapun Abu Jahl, gembong kekafiran yang sudah dikenal, tewas terbunuh dalam kekafiran pada perang Badar. 
Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini:
Pertama: Tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik, dan tidak boleh mendo’akannya agar mereka mendapat ampunan, rahmat, masuk surga dan selamat dari neraka.
Dari Abi Hurairah ra berkata, “Nabi saw mengunjungi kubur ibunya lalu beliau menangis dan membuat para shahabat yang lainpun menjadi menangis, dan beliau bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku memintakan ampun bagi ibuku namun Dia tidak mengizinkan aku, dan aku meminta izin untuk berziarah ke kuburnya maka Dia mengizinkan aku, bezairahlah ke kubur sebab dia mengingatkan kalian kepada akherat”. 
Dan Nabi saw telah melarang NabiNya dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi orang-orang yang mati dalam keadaan musyrik, baik dia sebagai keluarga atau kekasih. Allah swt berfirman: 
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ أَنْ يَسْتَغْفِرُوا۟ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوۡا۟ كَانُوا۟ أُو۟لِى قُرْبَىٰٓ بَعۡدَ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْۤ أَصْحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. QS. Al-Taubah: 113
Sebagaimana Allah swt menjelaskan bahwa memintakan ampun bagi mereka tidak akan memberikan manfaat apapun dan tidak diterima oleh Allah. Allah swt berfirman: 
إِن تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱللَّهُ لَا يَہْدِى ٱلۡقَوْمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. QS. Al-Taubah: 80
Kedua: Sesungguhnya syafa’at Nabi saw bagi paman beliau saw terjadi setelah turunnya ayat-ayat Allah yang mulia yang menjelaskan tentang diringankannya azabnya. Dari Al-Abbas bin Abdul Muththalib ra bahwa dia berkata kepada Nabi saw: Apakah manfaat yang engkau berikan kepada pamanmu?, sungguh dia telah melindungimu dan marah karena kamu?. Rasulullah saw menjawab, “Dia berada di dalam api sebatas kedua mata kaki, seandainya bukan karena diriku maka dia berada di dalam kerak api neraka”. 
Dari Al-Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Penghuni api neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, dia memakai dua sandal dari neraka lalu dengannya otaknya menjadi mendidih”. 
Di dalam sebuah riwayat disebutkan: Dia tidak melihat bahwa ada orang lain yang paling ringan siksanya dan sungguh dia orang yang paling ringan siksanya”. 
Ketiga: Kesyirikan tidak memberikan manfaat apapun bersama ketaatan, Allah tidak akan menerima dari orang yang musyrik perbuatan ketaatan apapun baik yang wajib atau yang sunnah, bahkan kesyirikan tersebut menghapuskan seluruh amal kebaikan baik yang kecil atau yang besar, inilah hukum Allah yang diturunkan oleh Allah di dalam kitabNya dan pada lisan RasulNya saw. Allah swt berfirman:
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَاءً مَّنثُورًۭا
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. QS. Al-Furqon: 23
Allah swt berfirman: 
وَإِنَّهُۥٓ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنۡ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al-Zumar: 65
Dia berfirman tentang para NabiNya:
لَّوۡ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنكُم مَّا يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. QS. Al-An’am: 88
Dari Abi Hurairah  ra bahwa Nabi saw bersabda, “Allah Yang Maha Tinggi Berfirman: Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu,  maka barangsiapa yang mempersekutukan aku dengan sesuatu yang lain maka Aku meninggalkannya dan sekutunya”. 
Keempat: Syafa’at orang yang memberi syafa’at tidak akan bermanfaat bagi orang yang mempersekutukan Allah, sekalipun orang yang memberikan syafa’at ini seorang nabi, orang mulia, wali dan orang yang shaleh. 
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Ibrahim bertemu dengan bapaknya, Azar pada hari kiamat dan pada wajah Azar dipenuhi kotoran dan debu, maka Ibrahim berkata kepadanya: Bukankah aku telah berkata kepadamu agar engkau tidak menolak ajakanku?. Bapakny berkata: Pada hari ini aku tidak menolak ajakanmu. Ibrahim berkata: Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menjanjikan kepadaku bahwa Engkau tidak menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan, dan adakah kehinaan yang lebih hina dari kehinaan yang menimpa ayahku yang celaka?, maka Allah berfirman: Aku telah mengharamkan surga atas orang-orang kafir, lalu dikatakan: Wahai Ibrahim lihatlah apa yang ada di bawah kedua kakimu?, lalu Ibrahim menoleh ternyata seekor anjing hutan yang menjijikkan lalu diambillah kedua kaki tangannya lalu dicampakkan ke dalam api neraka”. 

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda pada saat diturunkan kepadanya ayat:
 وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, QS. Al-Syu’ara: 214
Wahai orang-orang Quraisy, belialah diri kalian dari Allah, sesungguhnya aku tidak mampu  menolong kalian di hadapan Allah dengan sesuatu apapun, wahai Bani Abdul Muththalib aku tidak sanggup menolong kalian dengan sesuatu apapun”. 
Maha benar Allah dengan firmanNya:
وَمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِالَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا۟ ۖ وَهُمْ فِى ٱلْغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi dalam surga”. QS. Saba’: 37
Kelima: Mewaspadai bergaul dengan teman yang buruk, di dalam hadits ini  Abu Jahl, Abdullah bin Abi Umayyah tetap membujuk Abu Thalib agar dia tetap ada pada millah sehingga dia meninggal dalam kekafiran dan hayatnya berakhir dengan keburukan.
Dan Nabi saw menganjurkan agar seseorang memilih teman yang baik, dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Agama seseorang tergantung pada temannya, maka lihatlah siapakah yang menjadi teman bergaulnya”. 
Seorang penyair berkata: 
Tentang seseorang janganlah kau tanyakan, tapi bertanyalah siapa temannya
Sebab setiap teman dengan orang yang ditemani saling mempengaruhi.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan shahabatya.
***

Pandangan Islam Terhadap Flu Babi

Pandangan Islam Terhadap Flu Babi  

Sesungguhnya Allah  memiliki sunnah kauniah (ketetapan alamiah) yang tidak tergantikan dan berubah. Allah  mentakdirkannya untuk suatu hikmah yang diketahui-Nya . Ada kalanya Allah menunjukkan hikmah itu kepada hamba-Nya. 
Di antara sunnah-sunnah tersebut adalah tersebarnya penyakit di tengah manusia. Di zaman kita sekarang ini telah menyebar berbagai macam penyakit. Penyakit serta bala yang tidak kita ketahui dan kenal sebelumnya. Muncul penyakit aneh lagi sukar disembuhkan. Hal ini tentunya tidaklah terjadi tanpa sengaja dan bukan takdir (ketentuan Allah) yang sia-sia. Ia adalah sunnah rabbani yang keberadaannya dikuatkan oleh nash-nash al-Quran dan Sunnah. Allah  berfirman,
وَمَآ أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS.asy-Syuura:30 )

Telah valid dalam sunan Ibnu Majah bahwa Rasulullah  bersabda,
لَمْ تَظْهَر الْفَاحِشَة فِي قَوْم قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُون وَالْأَوْجَاع الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافهمْ
"Tidak tampak kemungkaran pada suatu kaum hingga mereka menampakkannya, melainkan akan menyebar di tengah mereka wabah dan penyakit yang belum pernah ada di masa orang-orang sebelum mereka."
Manusia tidak berharap mendapat penyakit atau bala, tidak pula bersinggungan dengannya. Hendaknya meminta keafiatan sebagaimana hadits sahih yang diriwayatkan oleh at-Turmidzi dari sabda Rasulullah :
 سَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنَ الْعَافِيَةِ
"Mintalah kepada Allah pengampunan dan keafiatan (kesehatan). Karena seorang di antara kalian tidaklah diberi sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan selain kesehatan." [Hadits riwayat at-Turmudzi]
Saat ini telah tersebar suatu penyakit yang dinamakan dengan Flu Babi. Bagaimana aqidah seorang muslim menghadapi penyakit ini. Kita ringkas dalam poin-poin berikut:

Pertama:
Bahwa penyakit ini dan yang lainnya tidak lebih dari penyakit yang merupakan sunnah kauniah rabbaniah (ketentuan alam yang Allah tetapkan). Di dalamnya terdapat hikmah-hikmah yang tidak diketahui selain oleh Allah . Dengannya nampaklah kekuatan Sang Pencipta yang Mahakuat  dan begitu lemahnya makhluk, yang nista, tidak memiliki daya dan upaya, yang tidak dapat lepas dari Pencipta-nya barang sekejappun. Sebagaimana pula memperlihatkan antara mukmin yang sebenarnya, yang beriman dengan qodho dan qodar Allah, yang menyerahkan segala perkaranya kepada Allah dengan mereka yang kosong dari keimanan terhadap qodho dan qodar Allah dan penyerahan total kepada keputusan-Nya.
Dari hikmah yang nampak adalah bahwa penyakit merupakan bagian dari penghapus dosa bagi yang sabar dan mengharap pahala Allah . Di dalam Shahihain dari Ibnu Mas'ud  bahwa Rasulullah  bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Tidaklah seorang mukmin tertimpa penyakit dan selainnya melainkan Allah hapuskan dengannya dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya."
Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Nabi  mendatangi Ummu as-Saaib yang sedang sakit dan berkata kepadanya,
"Mengapa engkau mengerang, wahai Ummu as-Saaib?!"
"Aku terkena demam yang tidak ada berkah Allah padanya." Jawabnya.
Nabi  berkata,
لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
 "Janganlah engkau mencela demam karena ia menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana panas yang merontokkan karat besi."
Hikmah terbesar dari adanya penyakit adalah menjadi sebab dimasukkannya hamba ke dalam surga dan terselamatkan dari api neraka. Dalam Shahih Muslim Allah  berfirman, 
يَا ابْنَ آدَمَ إِذَا أَخَذْتُ كَرِيمَتَيْكَ فَصَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ بِثَوَابٍ دُونَ الْجَنَّةِ
"Wahai anak Adam jika diambil kedua matamu dan kamu bersabar dan berharap pahala pada awal peristiwa, Aku tidak ridho untukmu pahala selain surga." [Hadits Qudsi]
Diriwayatkan pula dalam Sunan Ibnu Majah bahwa Nabi  menjenguk orang yang sakit dan bersabda,
أَبْشِرْ فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ هِىَ نَارِى أُسَلِّطُهَا عَلَى عَبْدِى الْمُذْنِبِ لِتَكُونَ حَظَّهُ مِنَ النَّارِ في الآخرة
"Kabar gembira, sesungguhnya Allah  berfirman, "Itu adalah apa yang aku kuasakan kepada hambaku yang berdosa di dunia sebagai pengurang dari api neraka di akhirat."
Siapa yang merenungkan nash-nash di atas akan hilang kegalauan dan kegundahannya. Hatinya akan dipenuhi dengan keridhaan atas takdir Allah. Dan ini lebih tinggi dari derajat sabar.

Kedua:
Tidak boleh berlebihan dalam kepanikan dan ketakutan terhadap penyakit ini dan yang semisalnya. 
Orang-orang di berbagai belahan dunia ini telah tertimpa ketakutan dan kepanikan yang sangat. Hal ini tidak semestinya terjadi pada seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Seorang muslim dengan imannya yang kuat amat yakin bahwa dia tidak akan tertimpa sesuatu selain apa yang telah Allah tentukan untuknya, sebagaimana yang telah Allah firmankan,
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلَٰنَاۖ وَعَلَىٰ ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤْمِنُونَ
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS.at-Taubah:31)
Orang yang beriman mengetahui dengan keyakinannya bahwa dia akan mati pada waktu yang telah Allah takdirkan untuknya. Tidak bermanfaat baginya ketakutan dan lari dari kematian. Allah  berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدۡرِكُكُمُ ٱلْمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۚ
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…" (QS.an-Nisaa:78) 
Yang wajib adalah tidak takut dengan kematian tetapi mempersiapkan diri dengan amal-amal saleh sehingga beruntung pada hari kiamat. Allah  berfirman:
كُلُّ نَفۡسٍ ذَائِقَةُ ٱلۡمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوَٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imraan:185)

Ketiga: 
Yang wajib bagi seorang muslim adalah mengupayakan sebab-sebab untuk membentengi diri dari penyakit ini.
Dari sebab yang paling kuat adalah tawakal kepada Allah  dan keyakinan yang mantap bahwa hanya Allah-lah  yang memberikan kesembuhan. Oleh karena itu Nabi  mengingatkan umatnya bahwa pemberi kesembuhan hanyalah Allah semata. Sebagaimana berita yang valid dalam sunan Abu Dawud dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah  bersabda,
أَذْهِبِ البَأس رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى، لا شِفَاءَ إِلا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادرُ سقمًا
"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah, engkau pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan selain kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan derita."

Keempat:
Menggunakan obat-obatan bermanfaat yang tersedia. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan tawakal.
Telah diriwayatkan dalam sunan Abu Dawud dari Usamah bin Suraik, dia berkata, "Aku mendatangi Nabi  dan para sahabatnya, di atas kepala mereka seolah ada burung yang bertengger. Akupun memberi salam kepada mereka lalu duduk. Kemudian datang orang-orang arab badui dan bertanya, "Wahai Rasulullah apakah kita perlu berobat?" Nabi  bersabda,
تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ
"Berobatlah! Sesungguhnya Allah  tidaklah mengadakan suatu penyakit melainkan Dia adakan pula obatnya selain satu penyakit yaitu tua."

Kelima:
Di antara jalan yang paling penting dalam melindungi diri dari penyakit ini  dan selainnya adalah membentengi diri dengan zikir syar'i. 
Bagi setiap muslim hendaknya menjaga zikir pagi dan petang. Yang terpenting dari zikir-zikir itu adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah ,
"Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dan sore hari: 
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
[Bismillahi laa yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi walaa fii sama wahua samii'ul aliim]
Artinya:
'Dengan menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatupun yang dapat memberi mudarat dengan nama-Nya di bumi maupun di langit dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.' Dibaca sebanyak tiga kali, tidak akan membahayakannya sesuatupun."
Membaca mu'awizat sebanyak tiga kali sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi , bahwa jika beliau bergegas tidur di pembaringannya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya dengan membaca surat al-Ikhlas (Qulhuwallahu ahad…dst), surat al-Falaq (Qul a'uzu birobbil falaq) dan surat an-Naas (Qul a'uzu birobbinnas), kemudian mengusap dengan kedua telapak tangannya itu seluruh tubuhnya sedapatnya, dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya tiga kali. [Hadits riwayat al-Bukhari] 
Membaca ayatul kursy sebelum tidur. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih al-Bukhari: 
"Jika engkau mendatangi tempat pembaringanmu, maka bacalah ayat kursy dari awal hingga selesai (Allahu laa ilaaha illa hu…dst). Engkau akan senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan tidak akan didekati oleh syaitan sampai subuh." 
Juga membaca penutup surat al-Baqoroh sebelum tidur sebagaimana yang terdapat di dalam Shahihain Dari Ibnu Mas'ud  dia berkata, bersabda Nabi ,
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِر سُورَة الْبَقَرَة فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
"Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada malam hari, dua ayat itu sudah cukup (menjadi penjaganya)."

Keenam:
Memperbanyak taubat dan istigfar (meminta ampun kepada Allah).
Allah  berfirman:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡ ۖ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS. Al-Anfal:33)
Dan firman-Nya :
10. فَقُلتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا 11. يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًۭا 12. وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍۢ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمۡ جَنَّٰتٍۢ وَيَجْعَلْ لَكُمۡ أَنْهَٰرًۭا
"10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-. 11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. 12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuuh:10-12)
Semakin banyak seorang muslim beristighfar akan semakin dekat dia kepada Tuhan-nya  dan semakin jauh pula dia dari penyakit dan bala. Bala tidak menimpa melainkan disebabkan dosa, dan tidaklah bala itu diangkat selain dengan taubat dan istighfar.

Ketujuh:
Senantiasa menjaga senjata yang paling agung yaitu doa. Allah  berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۭ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS.al-Baqarah:186)
Dan firmannya :
وَقَالَ رَبُّكُمْ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَٰخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina." (QS.Ghaafir:60)
Nabi  dahulu meminta perlindungan dalam doanya dari buruknya penyakit.  

Kita meminta kepada Allah untuk semua keselamatan dan keafiatan (kesehatan) serta menyembuhkan seluruh kaum muslimin yang menderita sakit.
***

Bahaya Hasad

Bahaya Hasad

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di antara sifat tercela yang dilarang oleh syara’ adalah hasad, dan Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk berlindung darinya. Allah SWT berfirman: 
1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
4. وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki"
.( QS. Al-Falaq: 1-5)
Al-Ragib berkata, “Hasad adalah berangan-angan agar nikmat itu hilang dari orang yang berhak menerimanya, bahkan mungkin angan-angan itu dibarengi dengan aksi untuk menghilangkan nikmat tersebut . Dan hasad ini sebagai sifat bagi makhluk terburuk Allah SWT, yaitu orang-orang Yahudi, sebgaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT: 
وَدَّ كَثِيرٌۭ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًۭا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَٱعْفُوا۟ وَٱصْفَحُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran . (QS. Al-Baqarah: 109)
Allah SWT berfirman: 
أَمْ يَحْسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦۖ
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?. (QS. Al-Nisa’: 54)
Diriwayatkan oleh AL-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Janganlah kalian saling memarahi, jangalah saling mendengki, janganlah saling membelakangi dan jadilah hamba Allah yang saling bersaudara”. 
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sa’id Al-Khudri bahwa Jibril alaihis salam mendatangi Nabi Muhmmad SAW dan berkata, “Wahai Muhammad engkau sedang mengeluh karena suatu penyakit?. Maka Nabi Muhmmad SAW menjawab, “Ya. Lalu Jibril berkata: 
باسم الله أرقيك من كل شيئ يؤذيك ومن شر كل نفس أو عين حاسد الله يشفيك باسم الله أرقيك
“Dengan nama Allah SWT aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa dan mata orang-orang yang dengki, hanya Allah lah yang menyembuhkanmu, dengan nama Allah SWT aku meruqyahmu”. 
Ibnu Rajab berkata: Hasad itu terpatri dalam tabi’at manusia, sebab manusia tidak suka jika diungguli dengan beberapa kelebihan oleh orang lain. Lalu setelah ini manusia terbagai menjadi beberapa bagian: Di antara mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan nikmat/kelebihan yang terdapat pada orang yang didengki dengan cara yang salah baik perkataan atau perbuatan, dia berupaya agar nikmat itu berpindah kepada dirinya, di antara manusia ada yang berusaha menghilangkan nikmat itu dari orang yang didengki tanpa berupaya untuk memindahkannya dari orang yang didengki, dan bagian ini yang paling terburuk dan paling jelek. Dan inilah hasad yang tercela dan dilarang. Itulah dosa Iblis, di mana dia dengki melihat Adam alaihis salam setelah melihat bahwa dia melebihi para malaikat karena Allah mencipatakan -Nya dengan tangan -Nya, memerintahkan para malaikat bersujud di hadapannya, mengajarkannya nama segala sesuatu,  dan menempatkannya di sisi -Nya. Lalu Iblis senantiasa berupaya mengeluarkan Adam dari surga sehingga dia dikeluarkan darinya. Di antara manusia ada yang sengaja mendatangkan hasad itu kepada dirinya lalu dia mengelolanya di dalam jiwanya dengan tenang agar nikmat yang ada pada orang lain itu menjadi hilang, maka ini sama dengan orang yang bertekad mengerjakan kemaksiatan, dan kelompok yang lain ada yang hasad namun dia tidak berangan-angan agar nikmat itu hilang dari orang yang didengki, namun dia berupaya untuk meraih keunggulan seperti yang diraih oleh orang lain itu, namun jika keunggulan orang yang didengki berupa keunggulan duniawi maka dengki terhadapnya tidak memberikan kebaikan, sebagaimana firman Allah SWT: 
فَقَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍۢ
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".  (QS. Al-Qoshos: 79)
Namun jika kelebihan itu dalam urusan agama maka hasad dalam perkara ini sangat baik. Dan Nabi Muhmmad SAW berangan-angan agar beliau di matikan sebagai mati syahid di jalan Allah SWT. Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: Seorang lelaki yang diberikan oleh Allah Al-Qur’an dan dia beribadah dengannya pada waktu malam dan siang, dan seorang lelaki yang diberikan oleh Allah SWT harta dan dia menafakahkanya pada waktu siang dan malam”. 
Inilah yang disebut dengan gibthoh, dan dinamakan dengan hasad sebagai bentuk majaz semata. Dan kelompok yang lain ada orang yang merasakan kedengkian di dalam dirinya dan dia berusaha menghilangkannya dengan berbuat baik kepada orang yang didengki, berdo’a baginya, dan menyebarkan keunggulan orang yang dihasadi, selain itu dia berusaha menghilangkan rasa dengki yang terdapat pada dirinya sehingga Allah SWT menggantikan perasaan hatinya dengan keinginan agar saudaranya semuslim yang dengki itu lebih baik dan lebih utama darinya, ini adalah tingakatan iman yang tertinggi, dan merupakan pelakunya seorang mu’min yang sempurna”. 
Ibnu Sirin berkata, “Aku tidak pernah dengki kepada seorangpun dalam urusan duniawi; sebab jika dia termasuk penghuni surga maka bagaimana mungkin aku hasad kepadanya pada urusan dunia yang hina di banding surga, dan jika dia termasuk penghuni neraka bagaimana mungkin saya dengki kepadanya dalam urusan dunia kalau akhirnya dia berujung pada neraka”. 
Abu Darda berkata, “Tidaklah seseorang memperbanyak mengingat mati kecuali kesenangan dan hasadnya akan menjadi sedikit”. Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya aku membaca ayat-ayat di dalam kitab Allah SWT dan aku berangan-angan agar semua manusia mengetahui seperti apa yang aku ketahui”. Mu’awiyah RA berkata, “Setiap manusia mampu untuk merelakan orang lain kecuali orang yang dengki terhadap kenikmatan orang lain, maka dia tidak rela kecuali dengan hilangnya nikmat tersebut dari orang lain”. Dikatakan: 
Setiap permusuhan bisa diharapkan kepadamannya
Kecuali permusuhan yang didasarkan pada dengki
Diriwayatkan oleh Turmudzi dari Al-Zubair bin Al-Awwam bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, Telah merasuk kepada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian yaitu penyakit hasad dan saling membenci, dialah yang memangkas, aku tidak katakan memangkas rambut namun memangkas agama, demi yang jiwaku berada ditangan -Nya, kalian tidak akan masuk surga kecuali dengan beriman, dan tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai, dan tidakkah aku beritahukan kepada kalian suatu perkara yang bisa menegakkan hal itu bagimu?. “Sebarkanlah salam di antara kalian”. 
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki dari penghuni surga”, lalu datanglah seorang lelaki dari kaum Anshor yang jenggotnya telah meneteskan air karena berwudhu’, dia memegang sandalnya dengan tangan kirinya, di dalam kisah ini Abdullah bin Amr bin Ash RA mengikutinya menuju rumahnya dan berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, aku menginap dirumah mu agar aku melihat amalmu agar aku bisa mentauladaninya, namun aku tidak melihatmu berbuat amal ibadah yang banyak, lalu perbuatan apakah yang membuatmu seperti apa yang diberitakan oleh Rasulullah SAW?. Maka dia berkata, “Tidak ada perbuatan apapun kecuali apa yang engkau lihat, kemudian dia berkata: Pada saat aku meninggalkannya pergi dia memanggilku dan dia berkata, “Tidak ada amal yang aku kerjakan kecuali apa yang telah aku lihat dan aku tidak mendapatkan dalam diriku penipuan terhadap kaum muslimin dan tidak tidak pula rasa dengki terhadap salah seorang mereka karena kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Lalu Abdullah berkata: Perbuatan yang telah menyampaikanmu ke dalam surga itulah yang tidak bisa kami lakukan”. 
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: Kejahatan orang yang dengki akan tertolak dengan beberapa perkara yaitu:
1. Berlindung kepada Allah SWT dari kejahatannya dan meminta pengawasan dan kembali kepada Allah SWT.
2. Bertqwa kepada Allah dengan menjaga perintah dan larangan -Nya, Allah SWT berfirman: 
 وَإِن تَصْبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًۭٔاۗ
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu.  (QS. Ali Imron: 120)
3. Bersabar atas permusuhan seseorang atas dirinya, dia tidak melawannya, tidak pula mengeluh atau mengembangkan sikap buruk hasad terhadap dirinya
4. Bertawakkal kepada Allah, barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT maka cukuplah Allah bagiNya.
5. Kembali kepada Allah, ikhlas dalam beribadah kepada -Nya dan menjadikan cinta dan rela kepada -Nya sebagai tujuan pribadinya.
6. Bertaubat dari segala dosa yang diupayakan oleh musuh-musuhnya terhadap dirinya
7. Berusaha bersedeqah dan berbuat baik, sebab hal itu memberikan pengaruh yang sangat positif dalam mencegah penyakit ain (yang ditimbulkan oleh mata jahat) dan kejahatan orang yang dengki.
8. Dan ini adalah kiat yang sangat sulit, yaitu memadamkan api kedengkian orang yang hasad dengan berbuat baik kepadanya.
9. Mentauhidkan Allah SWT dengan sebenarnya dan mengembalikan pemikiran tentang suatu sebab kepada Zat Yang Menciptakan sebab, yaitu Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana, sebab segala kendali dan perkara di tangan Allah SWT.  
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

KIAT-KIAT AGAR SELALU BERLAPANG DADA

KIAT-KIAT AGAR SELALU BERLAPANG DADA

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Sesungguhnya kesempitan dada dan apa yang menimpa seorang muslim berupa kebimbangan dan kebingungan serta kesedihan adalah perkara yang tidak seorangpun bisa menghindarinya.
Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Aku berfikir tentang usaha para cendikiawan, maka aku melihat bahwa usaha mereka mengarah pada satu hal, sekalipun jalan dan cara mendapatkannya berbeda-beda, aku melihat mereka semua berusaha untuk menghilangkan rasa bimbang dan kebimbangan dari diri mereka. Ada orang yang menghilangkanya dengan cara makan dan minum, dan yang lain dengan cara berdagang dan berusaha, sementara yang lain dengan menikah, atau terkadang orang mengejarnya dengan bermain-main dan bersenda gurau dan lain-lain. Akan tetapi aku tidak melihat salah satu dari jalan-jalan di atas yang bisa mengantarkan seseorang kepadanya, bahkan bisa jadi realitanya justru kebanyakan dari jalan-jalan di atas, mengarahkan kepada titik yang berlawanan. Hanya dengan kembali kepada Allah SWT semata dan mengutamakan keridhaan -Nya maka dialah jalan yang menghilangkan kebimbangan. Tidak ada jalan yang lebih bermanfaat bagi hamba selain jalan ini, dan lebih pasti dalam menghantarkan  seorang muslim kepada kenikmatan  hidup dan kebahagiaan”. 
Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menyebutkan beberapa kiat agar dada menjadi lapang:
Pertama: Tauhid, kesempurnaan tauhid pada seseorang akan menentukan sejauhmana ia akan merasakan kelapangan dalam dadanya. Allah SWT berfirman: 
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ فَوَيۡلٞ لِّلۡقَـٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَـٰٓئِكَ فِي ضَلَـٰلٖ مُّبِينٍ
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Zumar: 22)
Allah swt berfirman: 
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ
Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit”. (QS. Al-An’am: 125.)
Maka hidayah dan tauhid adalah sebab utama yang paling agung yang membawa kepada kelapangan dalam dada, sementara kesyirikan dan kesesatan adalah sebab utama terjadinya kesempitan dan kesesakan dada.
Kedua: Cahaya yang dihunjamkan oleh Allah SWT di dalam hati seorang hamba, yaitu berupa cahaya iman, sungguh dia bisa membuat dada menjadi lapang, melegakan jiwa dan membahagiakan hati. Namun jika cahaya ini hilang dari dada seorang hamba maka dia akan menjadi sempit dan sesak, se
hingga dia terperosok ke dalam penjara yang paling sempit dan sulit. Maka ukuran bagian seseorang dari rasa kelapangan dada ini setingkat dengan bagian yang didapatkannya dari cahaya hidayah dan iman ini. Allah SWT berfirman: 
أَوَمَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورٗا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيۡسَ بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَـٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعۡمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.  (QS, Al-An’am: 122)
Ketiga: Ilmu. Sungguh, ilmu itu bisa melapangkan dada, dan melegakannya sehingga dia lebih luas dari dunia, semantara kebodohan akan mengakibatkan kesempitan, kesesakkan dan terpenjara. Semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang maka semakin luas dan lapang dadanya. Namun hal ini bukan untuk setiap ilmu, akan tetapi maksudnya adalah ilmu yang diwariskan dari Nabi Muhammad SAW, ilmu yang bermanfaat. Pemilik ilmu ini adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaknya serta paling bagus kehidupan yang dirasakannya.
Keempat: Kembali kepada Allah SWT dan mencintainya dengan sepenuh hati, mendekat kepada Allah SWT, merasa nikmat dengan beribadah kepada -Nya, maka tidak ada yang lebih lapang bagi dada seorang hamba selain hal itu. Allah SWT berfirman: 
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةًۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.  (QS. Al-Nahl: 97)
Sehingga dia terkadang berkata; Seandainya aku hidup di dalam surga dengan keadaan seperti ini maka sungguh ini adalah kehidupan yang sangat baik. Cinta kepada Allah SWT memiliki dampak yang sangat mengagumkan dalam menciptakan lapangnya dada, nikmatnya hati, dan dia tidak akan pernah dirasakan kecuali oleh orang yang kembali kepada Allah SWT, dan setiap kali rasa cinta itu lebih kuat dan meningkat maka dada akan lebih lapang dan lega.
Dan di antara sebab yang menjadikan hati ini sempit adalah berpaling dari Allah Azza Wa Jalla dan hati bergantung kepada selain Allah SWT, lalai dalam berzikir kepada Allah SWT dan justru mencintai selain Allah SWT. Allah SWT berfirman: 
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ أَعْمَىٰ
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkankannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 124)
Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu selain Allah SWT maka dia tersiksa dan hatinya terpenjara oleh kecintaannya terhadap hal tersebut.
Kelima: Senantiasa berzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan dan tempat. Kelalaian memiliki dampak yang sangat mencengangkan dalam menciptakan kesempitan dada, perasaan terpenjara dan tersiksa. Allah SWT berfirman: 
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Al-Ra’du: 28)
Keenam: Berbuat baik kepada orang lain, memberikan bantuan kepadanya dengan harta, kekuasaan, jasa dan kerja badan serta berbagai kebaikan lainnya. Sesungguhnya, orang mulia yang baik adalah orang yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya, paling nikmat perasaan hatinya, sementara orang yang bakhil, yaitu orang yang tidak mau berbuat baik kepada orang lain, dan dia adalah orang yang paling sempit hidupnya dan paling keruh kehidupannya. Disebutkan di dalam Ashahihaini dari Abi Hurairah bahwa  Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang pelit dan orang yang dermawan adalah seperti seorang lelaki yang memakai baju dari besi, mereka berdua terpaksa harus mengulurkan tangan mereka ke tulang selangka mereka, maka setiap kali orang yang suka bersedekah itu ingin mengeluarkan shadaqahnya, maka dia semakin  meluas sehingga bekas-bekasnyapun menghilang, dan setiap kali orang yang kikir ingin mengeluarkan shadaqahnya maka setiap lubang baju besi itu menyempit sehingga  mengerut pada tubuhnya akhirnya membelenggu kedua tangannya kepada tulang selangkanya, dan didengar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Lalu dia berusaha memperluasnya namun baju itu tidak bisa melebar”. 
Ketujuh:  Keberanian. Seorang yang pemberani pasti berlapang dada, berhati lega, sementara orang yang pengecut adalah orang yang paling sempit dadanya dan paling sesak hatinya, tidak merasakan kesenangan dan kebahagiaan, tidak ada kenikmatan baginya kecuali jika dia termasuk hewan yang hanya memiliki instink kehewanan. Maka kegembiraan, kesenangan, kenikmatan dan keindahan diharamkan bagi orang yang bersikap pengecut sebagaimana dia diharamkan atas orang yang pelit.
Kedelapan: Mendendam termasuk sifat yang tercela yang membuat hati menjadi sempit dan tersiksa, sehingga mengahalanginya mendapatkan kesembuhan. Sesungguhnya seorang hamba jika dia telah melakukan segala kiat untuk mendapatkan kelapangan dada namun dia tidak membersihkan dirinya dari sifat-sifat hati yang buruk, maka dia tidak akan merasakan kelapangan dalam dadanya walau sedikit.
Kesembilan: Meninggalkan penglihatan dan pembicaraan yang berlebihan, atau pendengaran dan bergaul yang sia-sia, begitu juga berlebihan dalam urusan tidur dan makan dan lain-lain. Sebab sikap yang sia-sia ini memancing munculnya rasa sakit, bimbang dan kebingungan di dalam hati, dia mempersempit hati, membelenggunya dan membuatnya tersesak. La Ilaaha Illa Allah, alangakah sempitnya dada orang yang tidak maenjaga anggota badannya dari perbuatan maksiat, alangkah keruhnya kehidupan yang diarunginya, dan La Ilaaha Illa Allah, alangkah nikmatnya orang yang mendapat bagian dari sifat-sifat terpuji ini, cita-citanya hanya tertuju padanya. Dia mendapat bagian dari firman Allah swt:    
ﭧ ﭨ  ﮋ ﮊ ﮋ   ﮌ ﮍ ﮎ ﮊ الانفطار: ١٣
Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, (QS. Al-Infithar: 13,) sementara bagi kelompok yang lain mendapat bagian dari firman Allah SWT: 
ﭧ ﭨ  ﮋ ﮏ ﮐ      ﮑ ﮒ ﮓ ﮊ الانفطار: ١٤
“dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”. (QS. Al-Infithar: 14)
Maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pribadi yang paling sempurna dalam memperoleh sebab-sebab lapangnya dada, dan keluasan hati. Dan makhluk yang paling banyak mengikuti beliau maka dia adalah orang yang sempurna dalam merasakan kelapangan, kelezatan, ketentraman hati. Maka apabila seseorang mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam hal tersebut diatas maka dia akan mendapat tingkat yang sama dalam kelapangan dada dan ketentraman hati serta kelezatan hidup.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***