Merenungi Firman Allah SWT: QS. Al-Baqarah: 271إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ

Merenungi Firman Allah SWT: QS. Al-Baqarah: 271
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ

Jika kamu menampakkan sedekah mu, maka itu adalah baik 
sekali.( QS. Al-Baqarah: 271)

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Allah swt berfirman: 
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah: 271)
Al-Qurthubi berkata: Sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini tentang shadaqah thathawwu’, sebab menyembunyikannya lebih baik daripada menampakkannya, begitu juga dengan ibadah-ibadah lainnya, menyembunyikan ibadah-ibadah sunnah lebih baik guna menghindarkan terjadinya riya’, bukan seperti ibadah-ibadah wajib”. 
Ibnu Katsir berkata: Ayat di atas adalah dalil yang menjelaskan bahwa dirahasiakannya shadaqah lebih afdhal daripada ditampakkan, sebab dia lebih jauh dari riya’, kecuali jika ada kemaslahatan yang lebih kuat, seperti adanya orang lain yang mengikuti perbuatannya, maka dia lebih baik dilihat dari sisi ini, jika tidak, maka yang lebih baik adalah merahasiakannya”. 
Perkara ini, memperlihatkan shadaqah, baik bagi orang yang keadaan keimanannya kuat, niatnya baik serta merasa aman dari riya’, adapun orang yang keadaannya di bawah ini  maka menyembunyikan ibadah baginya lebih baik”. 
Allah SWT berfirman: 
 وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ 
(Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir). Ibnul Qoyyim berkata: Dan renungkanlah pada batasan yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam menyembunyikan shadaqah, yaitu dengan memberikannya kepada orang yang fakir saja, dan Dia tidak mengatakan:
 وَإِن تُخْفُوهَا فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ 
(jika kalian menyembunyikannya maka itu lebih baik bagi kalian), sebab di antara shadaqah tersebut ada yang tidak bisa disembunyikan, seperti mempersiapkan tentara, membangun jembatan, mengalirkan sungai atau yang lainnya. Adapun menyembunyikan shadaqah kepada orang-orang yang fakir berguna untuk menutupi penerima, tidak membuatnya malu di hadapan orang lain, dengan menempatkannya pada posisi yang mempermalukan pribadinya, dan menghindarkan prasangka bahwa orang yang menerima shadaqah adalah tangan di bawah, dan bahwa dia tidak memiliki apapun, maka dia zuhud dalam bertransaksi dan berjual beli, dan ini adalah bentuk kebaikan yang melabihi ukurannya, yaitu hanya dengan bersedekah yang dibarengi dengan keikhlasan…. Sampai akhir apa yang diucapkannya”.
Dan Nabi Muhammad SAW telah memuji orang yang mengeluarkan shadaqah secara rahasia dan memuji pelakunya, beliau memberitahukan bahwa dia adalah salah seorang dari tujuh golongan yang akan diberikan naungan oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat, oleh karena itulah Allah SWT menjadikannya sebagai kebaikan bagi orang yang menafkahkan hartanya dengan cara rahasia, beliau memberitahukan bahwa infaq tersebut sebagai penghapus bagi dosa-dosanya. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah baik perbuatan dan niat kalian sebab Dia Maha Mengetahui terahadap segala yang kalian perbuat. Dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda, “Tujuh golongan orang yang akan diberikan naungan oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat tidak ada naungan kecuali naungan Allah”…..di antara yang disebutkan adalah “seorang lelaki yang bersedeqah dengan sebuah sedeqah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfaqkan oleh tangan kanannya”. 
Dan Nabi menyebutkan golongan lain yang berhak mendapat penghargaan, yaitu orang yang menyebut nama Allah pada waktu sendiri kemudian air matanya berlinang.
Dari Mu’adz RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an secara terang-terangan sama seperti orang yang bersedeqah secara terang-terangan, dan orang yang membaca Al-Qur’an secara rahasia sama seperti orang yang bersedeqah secara rahasia”. 
Dari Abdullah bin Ja’far bahwa Nabi bersabda, “Shadaqah yang dikerjakan secara rahasia akan memadamkan kemurkaan Allah”. 
Al-Iz bin Abdus Salam tentang keberagaman tingkatan nilai keutamaan dalam menyembunyikan dan menampakkan ketaatan: Jika dikatakan: Apakah menyembunyikan shadaqah lebih utama dari pada menampakkannya, sebab dengan cara demikian akan menjauhkan seseorang dari riya atau tidak?. Jawabannya adalah ketaatan itu terbagi atas tiga kelompok: 
Pertama: Di antaranya ada ibadah yang pelaksanaannya disyari’atkan  secara terang-terangan, seperti azan, iqomah, takbir dan menjaharkan bacaan pada waktu shalat, khutbah-khutbah agama, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan shalat jum’at dan shalat berjama’ah dan yang lainnya. Ibadah seperti ini tidak mungkin disembunyikan, dan jika orang yang melakukannya khawatir terhadap riya’ maka dia harus berusaha menolaknya sehingga keikhlasan menyertai niatnya, sehingga dia mengerjakannya dengan ikhlas sebagaimana yang diperintahkan, maka dengan demikain dia mendapatkan pahala atas perbuatannya dan pahala seorang yang bersungguh-sungguh karena terdapat kemaslahatan sosial.
Kedua: Ibadah yang jika dirahasiakan akan lebih baik daripada dikerjakan secara terang-terangan, seperti merahasiakan bacaan pada waktu shalat dan merahasiakan bacaannya, maka merahasiakan ibadah yang seperti ini lebih baik daripada menegerjakannya secara terang-terangan.
Ketiga: Ibadah yang terkadang dikerjakan secara terang-terangan atau dirahasiakan pada yang lain, seperti shadaqah, maka jika dia khawatir riya’ terhadap dirinya atau diketahui bahwa dia orang yang suka riya’ maka menyembunyikannya lebih baik daripada menampakkannya, berdasarkan firman Allah SWT:
وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ 
(Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir) sampai akhir komentarnya……”. 
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa sebaiknya bagi orang yang beriman untuk menyembunyikan amal shalehnya dari pandangan orang lain, kecuali amal yang disyari’atkan pengerjaannya secara terang-terangan, maka orang yang berbuat karena Allah maka amal ibadanya tidak akan tersembunyi dari pandangan Allah, dan Dia akan memberikan balasan yang lebih baik baginya. Allah SWT berfirman: 
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ 
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu itu”, QS. Al-Taubah: 105
Dan hendaklah seorang hamba menyadari bahwa pandangan manusia terhadap amalnya tidak akan memberikan manfaat apapun bagi dirinya bahkan bisa memudharatkannya jika dia menyukai hal yang demikian itu.
Dan diantara petunjuk para salafus sholeh adalah menyembunyikan amal kebaikan mereka, hal tersebut karena kesempurnaan ikhlas mereka dan kebersihan niat mereka.
Abi Qotadah RA bahwa Nabi Muhammad berkata kepada Abu Bakar: Aku melewatimu dan engkau sedang shalat dan engkau merendahkan suaramu” Umar berkata: Aku telah memperdengarkan Zat yang aku bermunajat kepada-Nya wahai Rasulullah!. 
Disebutkan Al-Dzahabi di dalam kitab siar A’lamun Nubala’ bahwa Ali bin AL-Husain membawa roti pada waktu malam, dia memberikannya kepada orang miskin pada kegelapan malam, dan dia berkata: Sesungguhnya bersedeqah pada kegelapan malam akan memadamkan amarah Allah.
Muhammad bin Ishak berkata: Sebagian masyarakat Madinah hidup, namun mereka tidak mengetahui dari manakah sumber penghidupan mereka, lalu pada saat Ali bin Al-Husain meninggal maka mereka kehilangan apa yang telah mereka dapatkan pada waktu malam, maka sebagian mereka berkata: Kami tidak kehilangan shadaqah secara rahasia sehingga Ali meninggal. 
Dan disebutkan oleh Al-Mundzir bin Sa’id dari seorang budak wanita  milik Al-Rabi’ bahwa seseorang masuk ke dalam kamarnya dan di dalam kamar itu terdapat mushaf maka diapun menutupnya”. 
Disebutkan oleh Ibnul Jauzi bahwa Dawud bin Abi Hind berpuasa selama sepuluh tahun dan keluarganya tidak mengetahuinya, dia membawa bekal makan siangnya lalu keluar menuju pasar dan dia mensedekahkannya di jalan, orang-orang di pasar mengira kalau dia telah makan di rumah dan keluarganya di rumah mengira kalau dia telah makan di pasar.
Syafi’I rahimahullah berkata: Aku menginginkan jika manusia mempelajari ilmu ini dan mereka tidak menisbatkan apapun dari ilmu tersebut kepadaku”. 
Al-Hasan berkata: Sesungguhnya seseorang menghafal seluruh Al-Qur’an namun tidak seorangpun dari manusia mengetahui, terkadang seseorang memahami fiqih secara dalam namun tidak seorangpun menyadari (kalau dia memiliki kepahaman yang dalam), dan terkadang seseorang shalat dengan shalat yang panjang dan dia mempunyai tamu yang banyak namun mereka tidak mengetahui perbuatannya, aku telah hidup bersama kaum di mana tidaklah ada amal baik di muka bumi ini yang sanggup dikerjakan secara rahasia (maka mereka mengerjakannya secara rahasia) dan selamanya tidak menjadi amal yang dipertontonkan, dahulu kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam berdo’a namun tidak terdengar dari mereka suara apapun, dia hanya bisikan antara dirinya dan Tuhannya, sebab Allah SWT berfirman: 
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً 
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. QS. Al-A’raf: 55
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

MERENUNGI FIRMAN ALLAH SWTوَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ

MERENUNGI FIRMAN ALLAH SWT
وَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga. (QS. Al-Baqarah: 25)

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda RasulullahSAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Sesungguhnya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an ini untuk ditabburi dan direnungkan makna yang tekandung di dalamnya. Allah SWT berfirman: 
وَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقاً قَالُواْ هَـذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُواْ بِهِ مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 25) 
Allah SWT berfirman: وَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ
Di sini perintah bagi Rasulullah SAW, atau perintah tersebut berlaku bagi setiap orang yang bisa diajak berkomunikasi. Dia diperintahkan memberikan kabar gembira, sekalipun dia adalah seorang Rasul, maka setiap orang yang diberi tugas menyebarkan ilmu dan dakwah dia boleh menyampaikan kabar gambira ini, yaitu memberitahukan sebuah berita yang menggembirakan, dan orang yang memberikan kabar gembira di sini adalah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang beriman dan beramal shaleh. Isi berita gembira itu adalah adanya surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan yang memberi kabar gembira adalah Rasulullah SAW, serta yang memeritahkan adalah Allah SWT.
Firman Allah SWT: الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ 
yaitu orang yang mensinergikan antara kepasrahan batin, dalam wujud keimanan, dan kepasrahan lahiriyah, dalam bentuk amal shaleh, mereka menggabungkan antara keikhlasan hati, dan ini termasuk perkara batin dan mengikuti Rasulullah SAW, hal ini termasuk perkara lahiriyah, maka beruntunglah bagi mereka yang mengumpulkan dua perkara tersebut.
Firman Allah SWT:                                  تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَار
yaitu kebun-kebun yang ditumbuhi berbagai jenis pohon, dinamakan dengan nama jannah karena surga tersebut bisa membuat orang yang berada di dalamnya tertutupi oleh pohon tersebut, atau memagari dengan kelebatan pohon dan dahannya. sedangkan darun na’im (surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan) yang telah disediakan oleh Allah SWT bagi orang-orang yang bertaqwa, sungai-sungai mengalir di bawahnya, di bawah istana dan pohon-pohon, sungai-sungai tersebut terbagi menjadi empat kelompok: 
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاء حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ
  Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya. (QS. Muhammad: 15)
Firman Allah SWT:
 كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقاً قَالُواْ هَـذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُواْ بِهِ مُتَشَابِهاً
(Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu)
Sebab semua buah-buahan tersebut mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang serupa, namun pada saat mereka mencicipinya ternyata dia berbeda, ini adalah salah satu wujud kesempurnaan kelezatan orang yang memakan suatu makanan pada saat mereka mampu membedakan  rasa makanan atau buah-buahan yang memiliki wujud yang serupa namun berbeda dalam rasa. Maka ini adalah wujud kesempurnaan bagi kelezatan makanan dan kesempuranaan nikmat.
firman Allah SWT yang mengatakan:             وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ. 
Mujahid berkata: Suci dari haid dan berak, kencing, dahak dan liur, mani dan anak. 
Dari Anas RA bahwa Nabi bersabda: Bepergian di waktu pagi atau sore di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya, dan tempat busur panah atau tempat cambuk salah seorang di antara kalian di dalam surga lebih baik dari dunia dan seisinya, dan seandainya seorang  wanita dari surga melihat ke dunia niscaya bumi dan langit  akan bercahaya dan berbau harum, dan selendang yang berada pada kepalanya lebih baik dari pada dunia dan seisinya”. 
Dari Zaid bin Arqom RA bahwa Nabi bersabda: Demi yang jiwa Muhammad di tangan -Nya, sesungguhnya seorang lelaki dari penghuni surga diberikan kekuatan seperti seratus kekuatan lelaki dalam makan, minum, bersetubuh dan kekuatan syahwat”. 
Dan firman Allah swt berfirman: وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 
(dan mereka kekal di dalamnya). Yaitu kesempurnaan kebahagiaan, sesungguhnya mereka bersama kenikmatan ini, kenikmatan pada tempat yang aman dari kematian dan terputusnya nikmat,  dia adalah kenikmatan yang kekal dan abadi.
Diantara pelajaran yang bisa dipetik dari ayat yang mulia ini adalah: 
Pertama: Sepantasnyalah seorang yang bekerja diberikan kabar gembira tentang balasan pahala yang akan didapatakannya, sebab hal tersebut akan memberikan dorongan baginya agar dia tetap bersabar dan bersamangat dalam beramal.
Kedua: Kabar gembira tentang surga tidak diberikan kecuali bagi orang yang beriman dan beramal shaleh, maka aqidah semata tidak cukup memberikan jaminan bagi didapatkannya kabar gembira tentang surga, namun akidah tersbut harus dibarengi dengan iman dan amal shaleh, oleh karena itulah Allah SWT mengaitkan antara keimanan dan amal shaleh.
Ketiga: Di dalam surga itu terdapat sungai-sungai dan buah-buahan, namun dia berbeda dengan apa yang ada di dunia dengan perbedaan yang besar, dan tidak mungkin dijangkau oleh indra manusia, sebgaimana Allah SWT berfirman:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang memnjakan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Sajdah: 17)
Dari Abi Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman: Aku telah mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah telrintas dalam hati manusia. firman Allah SWT: 
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang memanjakan pandangan”.
Keempat: Di dalam surga terdapat istri-istri yang suci yang bisa dinikmati oleh manusia dan bersenang-senang dengannya. Sebgaimana firman Allah SWT: 
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِؤُونَ لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ سَلَامٌ قَوْلًا مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (56)Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. (57)Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (58)Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (QS.Yasin: 55-58)
Di dalam surat Al-Rahman Allah SWT berfirman:
مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Mereka bertelekan di atas permadani yang bagian dalamnya terbuat dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55)Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (56)Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. QS. Al-Rahman: 54-56
Hal ini menunjukkan bahwa mereka menikmati hidup bersama istri-istri mereka dari bidadari-bidadari, mereka duduk bertelekan di atas dipan-dipan, disuguhkan berbagai jenis buah-buahan oleh anak-anak dan pembantu-pembantu bagi mereka.
Kelima: Penghuni surga kekal, dan ayat yang lain menjelaskan bahwa hal ini adalah kekalan yang abadi. Allah SWT berfirman: 
خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا 
“mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya”.( QS. Al-Kahfi: 108 )
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

MERENUNGI FIRMAN ALLAH SWT:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم: 6)

MERENUNGI FIRMAN ALLAH SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم: 6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du.
Sesungguhnya Allah swt menurunkan yang agung ini untuk ditadabburi dan diamalkan. Allah swt berfirman: 
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. QS. Shad: 29
Dalam rangka mengamlkan ayat ini maka marilah kita mengkaji firman Allah swt di dalam kitab Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. Al-Tahrim: 6
Firman Allah swt: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Amirul mu’minin Ali ra berkata: Ajarkanlah kepada mereka adab dan tanamkanlah pada diri mereka kebaikan  Qotadah rahimahullah berkata: Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka bermaksiat kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah teradap mereka, memerintahkan mereka  dengan perintah Allah dan membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”. 
Firman Allah swt: وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ maksudnya adalah bahan bakarnya adalah bangkai-bangkai anak Adam dan batu-batu. Ibnu Mas’ud berkata: Batu itu berasal dari batu korek (sejenis batu bara) hitam. 
Firman Allah swt: عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ Ibnu Sa’di berkata: Mereka bertabi’at kasar, membentak dengan kasar dan mereka membuat orang gemetar dengan suara mereka dan  membuat orang ketakutan dengan rupa mereka, mereka mempermaikan penghuni neraka dengan kekuatan mereka, mereka menjalankan perintah Allah yang telah menetapkan siksa bagi penghuni neraka dan mengharuskan bagi mereka siksa  yang pedih 
Dan firman Allah swt:   لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون ayat ini menjelaskan tentang pujian terhadap para malaikat, mereka tunduk terhadap perrintah Allah dan taat kepadaNya pada segala urusan yang diperintahkan kepadanya oleh Allah swt.
Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat yang mulia ini:
1-Wajib bagi seseorang untuk memerintahkan dan mendorong keluarganya mengerjakan yang ma’ruf, melarang dan menghardik mereka berbuat yang mungkar. Dia harus memerintahkannya mengerjakan  shalat, menunaikan zakat, menjalankan puasa dan semua kewajiban Islam. Memerintahkan mereka berakhlak dengan akhlak yang baik dan adab yang bagus, mendoroang mereka melaksanakan amal-amal yang utama, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang bermanfaat. Allah swt berfirman kepada NabiNya saw: 
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا 
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. QS. Thaha: 132
Allah swt berfirman tentang Isma’il alaihis salam: 
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. QS. Maryam: 55
Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Nabi saw bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat pada saat usia mereka tujuh tahun dan pukullah mereka pada saat telah mencapai usia sepuluh tahun dan pishakanlah antara mereka dalam ranjang tidur mereka”. 
 Demikian juga wajib bagi orang tua untuk mencegah meraka dari segala perkara yang bisa menjadikan Allah murka baik berupa perkataan atau perbuatan, dia harus  mencegah mereka dari kekejian baik yang tampak atau yang tersembunyi, melarang mereka berdusta, melarang keluarga wanita menampakkan wajah dan membuka aurat, bepergian ke pasar dan tempat-tempat yang meragukan, melarang seluruh keluarganya dan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya bersahabat dengan orang-orang yang buruk, melarang mempergauli mereka, melarang menyerupai orang-orang kafir dan fasik, memutuskan segala fasilitas yang mengarahkan mereka kepada murka Allah dan amarahNya, melarang mereka menjauhi fasilitas yang menjauhkan keluarga dari ridha dan taat kepada Allah, seperti sarana elektronik, televisi dan fasilitas lainnya yang menyeru kepada kekejian dan keburukan akhlak.
Dari Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang diuji oleh Allah dengan memiliki anak wanita ini maka dia menjadi penghalang baginya dari api neraka”. 
2-Kepedihan siksa dan balasan yang disediakan oleh Allah bagi musuh-musuhNya, di dalam ayat ini. Di dalam ayat Allah swt memberitahukan bahwa bahan bakar api neraka yang dijdikan sebagai alat untuk menyalakan api neraka adalah bangkai-bangkai anak Adam dan batu-batu yang berasal dari batu bara yang hitam.  Dan di dalam ayat yang lain Allah swt telah menjelaskan tentang keganasan dan kekuatan api tersebut. Allah swt berfirman: 
كَلَّا إِنَّهَا لَظَى نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى وَجَمَعَ فَأَوْعَى
Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, Yang mengelupaskan kulit kepala, Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama). Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya. QS. Al-Ma’arij: 15-18.
Allah swt berfirman: 
وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُلَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُلَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ 
Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. QS. Al-Mudatstsir: 27-29
Allah swt berfirman:
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ
Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahanam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab :Masih adakah tambahan? ".QS. Qaf: 29
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jahannam pada hari itu di datangkan di mana dia memiliki tujuh puluh tali, dan pada setiap talinya terdapat tujuh puluh malaikat yang menariknya”. 
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Api yang nyalakan oleh Ibnu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam. Para shahabat berkata: Panas yang demikian saja sudah cukup wahai Rasulullah?. Beliau bersabda, “Sesungguhnya neraka jahannam dilebihkan atas api di dunia sebesar enam puluh sembilan bagian, semuanya sama dalam derajat panasnya”. 
3-Menetapkan bahwa malaikat ada dan wajib diimani, dan mereka memiliki golongan-golongan. Penjaga neraka ditugaskan untuk menyiksa penghuni neraka dan menghinakan mereka, dan jumlah mereka seperti apa yang disebutkan oleh Allah swt adalah sembilan belas, Allah swt berfirman:
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). QS. Al-Mudatsir: 19. Dan tokoh besar malaikat ini bernama Malik. Allah swt berfirman: 
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini".QS. Al-Zukhruf: 77
Dan beriman kepada malaikat dan mereka adalah hamba yang mulia, mereka tidak menolak perintah yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka dan mereka mengerjakan segala apa yang perintahkan oleh Allah teramsuk dalam rukun iman yang enam. Allah swt berfirman: 
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". QS. Al-Baqarah: 285
4-Seharusnya bagi seorang muslim untuk menjaga dirinya dari api neraka. Keinginan untuk menjaga diri dari api neraka ini bisa diwujudkan walaupun dengan perkara yang paling kecil dari kebaikan.
Dari Adi bin Hatim ra berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak seorangpun dari kalian kecuali Allah akan berbicara dengannya dan tidak ada antara dirinya dengan Allah seorang penerjemahpun, lalu sang hamba melihat ke arah sebelah kanannya maka dia tidak melihat kecuali apa yang telah diperbuatnya, lalu dia mengarahkan pandangan ke arah orang yang lebih buruk darinya maka dia tidak melihat kecuali apa yang telah diperbuatnya, lalu dia mengarahkan pandangan ke hadapannya maka dia tidak melihat dihadapannya kecuali api neraka, maka jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan sebelah biji kurma”. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Bahaya Parabola

Bahaya Parabola

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
Pembahasan kita kali ini tentang sebuah fitnah yang menyerang masuk ke dalam rumah-rumah kaum muslimin, di mana fitnah ini telah menimbulkan dampak negatif dan kerusakan yang banyak, itulah fitnah parabola. Pembahasan tentang parabola berkisar pada beberapa point penting berikut ini:
Pertama: Penyimpangan syari’at 
Kedua: Perkataan para ulama
Ketiga: Beberapa syubhat dan bantahan terhadap syubhat tersebut, acara sitar akademi dan bahayanya.
Di antara penyimpangan syari’at yang berhubungan dengan perkara aqidah, penyimpangan ini paling berbahaya. Parabola telah mempertontonkan foto-foto orang-orang kafir dan peradaban mereka dalam gambarannya yang mengagumkan dan mempesona, hal ini akan mengakibatkan melemahnya sisi baro’ah (berlepas diri) terhadap orang-orang musyrik dan orang-orang kafir seperti yang diperintahkan di dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang mulia. Allah SWT berfirman: 
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ 
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. (QS. Al-Mujadilah: 22)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Hadits Al-Baro’ bin Azib bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”. 
Di antara penyimpangan syari’at yang berhubungan dengan aqidah adalah memperlihatkan syi’ar-syi’ar Islam dalam bentuknya yang tidak menyenangkan, seprti menempatkan jenggot pada seorang yang kurang akal, memperlihatkan citra poligami sebagai pengkhianatan kehidupan berumah tangga, memperolok-olok orang-orang yang shaleh dan pelaku kebaikan serta perkara lainnya yang termasuk bentuk memperolok-olok syi’ar Islam secara nyata. Allah SWT berfirman: 
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ 
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat -Nya dan Rasul -Nya kamu selalu berolok-olok?. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. Al-Taubah: 65-66).
Di antara penyimpangan syari’at adalah mempertontonkan  pergaulan bebas campur antara laki dan perempuan, seakan perbuatan tersebut sebagai tindakan yang tidak diharamkan. Hal itu terlihat melalui sinetron atau kisah-kisah cinta. Realita ini mangakibatkan tersebarnya perzinaan dan kekejian. Allah SWT berfirman: 
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.  Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nur: 19)
Dan orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menundukkan pandangan mereka dari wanita yang asing, yang bukan mahromnya. Allah SWT berfirman: 
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. Al-Nur: 30)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jarir bin Abdillah berkata: Aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang pandangan yang terjadi secara tiba-tiba maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan pandangan”.  Lalu bagaimana dengan orang yang memandang kepada wanita yang berpakaian namun bertelanjang dalam berbagai adegan pada layar televisi dengan perhiasan yang sempurna, begitu pula wanita asing yang melihat seorang lelaki dengan perhiasan dan pakaian yang serba mewah. Allah SWT berfirman: 
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ 
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, (QS. Al-Nur:  31)
 Di antara bentuk penyimpangan syari’at adalah nyanyian yang diiringi dengan musik. Allah SWT berfirman: 
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Lukman: 6)
Sebagian besar ahli tafsir seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud menafsirkannya dengan nyanyian bahkan Ibnu Mas’ud bersumpah dengan hal tersebut. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abi Malik Al-Asy’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Akan ada di pada umatku sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutra, khamar dan musik”. 
Maka pemberitahuan Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa mereka menghalalkannya berarti hukum dasarnya adalah haram.
Di antara bentuk penyimpangan terhadap syari’at adalah membunuh rasa cemburu di hati kaum muslimin. Bagaimana seorang muslim yang memiliki rasa cemburu bisa merelakan jika istri dan anak-anaknya duduk santai di hadapan layar televisi sambil menikmati para pemuda dan pemudi dalam penampilan yang buruk yang memperihatinkan dan hati bergolak karenanya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Mugiroh bin Syu’bah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’ad, sungguh aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dariku, oleh karena itulah Dia mengharamkan kekejian baik yang nampak atau yang tersembunyai”. 
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Di masa-masa ini telah tersebar di tengah masyarakat apa yang disebut dengan parabola atau nama-nama lainnya, dia bisa mempertontonkan di hadapan masyarakat dunia segala bentuk fitnah, kerusakan, aqidah yang sesat, menyeru kepada penyimpangan. Selain itu, dia juga mempertontonkan gambar-gambar wanita, perkumpulan untuk meneguk minuman keras dan kerusakan-kerusakan serta berbagai keburukan lainnya yang membudaya di luar negeri. Sungguh aku telah mengetahui secara pasti bahwa alat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kita, alat ini diperjualbelikan di berbagai belahan negari. Oleh karena itulah kita harus memperingatkan masyarakat tentang bahayanya, wajib diperangi dan mewaspadainya serta mengharamkan pemanfaatannya baik di rumah atau tempat lainnya, diharamkan memperjual belikannya dan memproduksinya, sebab hal itu mengakibatkan bencana yang sangat besar, dan merupakan bentuk kerja sama dalam mewujudkan dosa dan permusuhan, menyebarkan kekufuran dan kerusakan yang besar di tengah-tengah masyarakat muslim…dan kita harus menyeru masyarkat agar mereka meninggalkan alat ini dengan perkataan dan perbuatan….”.  Syekh Al-Utsaimin berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba diberikan tanggung jawab untuk mengurusi urusan rakyat, kemudian dia meninggal dan pada hari kematiannya dia berkhianat terhadap rakyatnya maka Allah akan mengharamkan baiginya memasuki surga”.  Dan tanggung jawab ini meliputi tanggung jawab umum, tanggung jawab besar dan kecil, termasuk tanggung jawab seorang suami terhadap keluarganya. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW, “Dan seorang suami adalah pemimpin di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepeminpinannya”. 
Oleh kerena itulah barangsiapa yang meninggal kemudian dia meninggalkan di dalam rumahnya sebuah antena parabola maka dia telah meninggal dalam keadaan berkhianat terhadap rakyat yang dipimpinnya dan dia akan diharamkan memasuki surga seperti yang disebutkan di dalam hadits di atas. Oleh karena itulah kami tegaskan: Sesungguhnya kemaksiatan apapun yang merupakan akibat dipasangnya antena parabola ini sebelum kematiannya maka dosanya akan tetap mengalir kepadanya setelah kematiannya sepanjang  zaman berlalu dan sejauh kemaksiatan itu berkemabang. 
Wahai saudaraku semuslim, Waspadalah!!, jika engkau meninggalkan setelah kematianmu apa yang membuatmu mendapat dosa di dalam kuburmu, dan jika engkau memiliki parabola maka engkau wajib menghancurkannya, sebab biasanya engkau tidak akan mengambil manfaat darinya kecuali dalam perkara yang diharamkan, dan tidak mungkin menjualnya  sebab jika engkau menjualnya kepada orang lain maka engkau telah memberikan kesempatan bagi sang pembeli untuk memanfaatkannya dalam kemaksiatan kepada Allah SWT, maka dengan tindakan seperti ini berarti engkau teramsuk orang yang memberikan pertolongan dalam dosa dan permusuhan, begitu juga jika engkau menghadiahkannya kepada orang lain, maka engkau telah membantunya dalam dosa dan aniaya, maka tidak ada jalan lain untuk bertaubat dari perbuatan ini sebelum kematian kecuali dengan mengahancurkan fasilitas ini, yaitu menghancurkan parabola tersebut, sebuah fasiltas hidup yang telah menimbulkan berbagai keburukan dan bencana seperti yang dimaklumi oleh orang awan dan khusus. Waspadalah wahai saudaraku terhadap kematian yang bisa menjemputmu secara tiba-tiba, dan di dalam rumahmu tersimpan alat yang buruk ini, sebab dosanya akan kembali kepadamu dan akan tetap mengalir kepadamu sehingga kematianmu”. 
Di antara syubhat yang sering terdengar adalah perkataan sebagian orang dari mereka: Dengan para bola ini dia menyaksikan acara-acara keagamaan, berita dunia, maka dikatakan bahwa acara seperti ini ada pada siaran “Idza’atul Qur’anil Karim”,  dan lebih baik darinya, dan syekh bin Baz telah menasehatkan agar seorang muslim mendengarkan acara tersebut dan banyak lagi alternatif lainnya.
Dewan majlis ulama Suadi Arabia pernah ditanya tentang salah satu acara yang ditayangkan oleh salah salah satu stasiun televise berupa acara yang disebut dengan “sitar academi”(?) dan acara-acara lainnya yang serupa. Lalu setelah mempelajari permasalahan ini dewan fatwa Saudi Arabia menegaskan keharaman menayangkan acara itu menyaksikan, membiayai dan berpartisipasi dalam acara itu, tidak diperbolehkan menelpon untuk memberikan dukungan suara atau memperlihatkan kekaguman padanya, sebab acara tersebut mempertontonkan perilaku-perilaku yang diharamkan secara ijma’ ulama dan merupakan bentuk melakukan kemaksiatan secara terang-terangan. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Malik Al-Asya’ari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Akan ada pada umatku sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutra, khamar dan musik”. 
Di dalam As-Shahihaini dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang berbuat kemaksiatan secara terang-terangan, termasuk berbuat kemaksiatan secara terang-terangan adalah  seorang lelaki mengerjakan sebuah kemaksiatan pada waktu malam lalu pada waktu paginya, di mana Allah telah menutupinya, namun dia bercerita: Wahai fulan tadi malam aku telah berbuat begini, begini, pada waktu malam Allah telah menutupi kemaksiatannya namun pada waktu pagainya dia membuka apa yang telah ditutupi oleh Allah”. 
Adakah bentuk mempertontonkan kemaksiatan dan kekejian yang melebihi dari apa yang ditayangkan dalam acara-acara layar televisi, yang nyata-nyata memperlihatkan kemaksiatan yang besar, di antara kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Pergaulan  bebas antara laki-laki dan permpuan. Allah SWT berfirman: 
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ 
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (QS. Al-Ahzab: 53)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali dia harus ditemani oleh mahromhnya”. 
Alangkah kejinya acara seperti ini, yang dasar pemikirannya  berpijak pada kebebasan bergaul antara laki-laki dan perempuan dan menghilangkan pembatas antara dua jenis manusia tersebut, yang ditambah dengan penampilan wanita yang terbuka dan bersolek cantik serta memperlihatkan bagian tubuh yang menggoda yang bisa mengakibatkan munculnya keburukan dan bencana. Allah SWT berfirman: 
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ 
“…dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka…”, (QS. Al-Nur: 31)
Kedua: Seruan secara nyata untuk kekejian dan jalan yang mengarah kepada kekejian. Allah SWT berfirman: 
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Nur: 19)
Ketiga: Seruan untuk mematikan perasaan malu, membunuh rasa cemburu yang tumbuh di dalam hati-hati kaum muslimin dengan membiasakan menonoton acara-acara seperti ini, acara yang bisa merangsang nafsu seksual, jauh dari pencerminan akhlak yang baik dan utama. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari  di dalam kitab shahihnya dari Abi Mas’ud Al-Badari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara apa yang didapatkan oleh manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah apabila kamu tidak malu maka lakukanlah apa-apa yang kamu kehendaki”. 
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Mughiroh bin Syu’bah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’ad, sungguh aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dariku….”. 
Wahai saudaraku! Tidak cukup bagimu hanya tidak ikut serta dan melihat acara seperti ini, akan tetapi dirimu juga dituntut untuk menasehati dan mengingatkan orang yang engkau ketahui berpartisipasi dalam acara seperti ini, hal ini sebagai perwujudan dari tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa serta saling tolong menolong dalam melarang berbuat dosa dan aniaya. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Istighfar

Istighfar

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du: 
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Aghrul Mizani RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku (terkadang) merasakan kegalauan di dalam hatiku, dan sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam satu hari seratus kali”. 
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Abdullah bin Umar berkata, “Sungguh kita menghitung bahwa Rasulullah SAW seratus kali  mengucapkan:.
 رب اغفرلي وتب علي إنك أنت التواب الرحيم
“Ya Allah ampunilah aku, dan berilah taubatmu kepadaku sesungguhnya Engkau Maha Memberi taubat dan Maha Penyayang”. 
Syikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang selalu berada di antara nikmat Allah SWT yang wajib disyukurinya, dan dosa yang menuntut taubat, dalam kedua perkara inilah seorang hamba menjalani hidupnya setiap hari, manusia senantiasa hidup dalam nikmat dan karunia Allah SWT dan manusia senantiasa butuh kepada taubat, istighfar, oleh karena itulah penghulu anak Adam dan imam orang-orang yang bertaqwa, Muhammad SAW selalu beristighfar kepada Allah dalam semua kondisi”. 
Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba -Nya yang beriman untuk beristighfar dan Allah-pun menjanjikan mereka dengan ampunan. Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا 
“dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Nisa’: 106. Allah SWT) berfirman: 
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad: 19).
Allah SWT berfirman; 
وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  (QS. Al-Muzzammil: 20).
 Istighfar itu boleh untuk diri sendiri dan orang lain, Allah SWT berfirman: 
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ 
(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,( QS. Gafir: 7)
Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ 
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami ampunan dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (QS. Al-Hasyr; 10)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka akan terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak shaleh yang selalu berdo’a untuknya”. 
Tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik walaupun dia sebagai kekasih atau kerabat. Allah SWT berfirman: 
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam. (114)Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. Al-Taubah: 13-14).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata, Nabi Muhammad SAW mengunjungi kubur ibunya lalu beliau menangis dan membuat para shahabat yang lainpun menjadi menangis, dan beliau bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku memintakan ampun bagi ibuku namun Dia tidak mengizinkan aku, dan aku meminta izin untuk berziarah ke kuburnya maka Dia mengizinkan aku, berziarahlah ke kubur sebab hal tersebut mengingatkan kalian kepada akherat”.  Allah SWT menerangkan bahwa istighfar untuk mereka tidak akan memberikan manfaat apapun dan Allah SWT tidak akan menerimanya dari orang yang melakukannya, Allah SWT berfirman:
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِن تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَن يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُواْ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Al-Taubah: 80)
Dan bacaan-bacaan istighfar itu sangat banyak, dan telah disebutkan di dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Nabi Muhammad SAW, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA, budak Nabi Muhammad SAW bahwa dia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan:
  أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه 
  “Aku meminta ampun kepada -Mu Ya Allah, Yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dialah Yang Maha Hidup dan Yang berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepada -Nya”. Maka akan diampuni dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”. 
Dan ucapan istighfar yang paling afdhol adalah bacaan istighfar yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Syaddad bin Aus berkata, “Penghulu istighfar itu adalah seorang hamba mengucapkan:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
 “Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau-lah yang mencip-takan aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada -Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat -Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh keyakinan lalu dia meninggal pada siang hari itu sebelum memasuki waktu sore maka dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang membacanya pada waktu malam dengan penuh keyakinan dan dirinya meninggal sebelum memasuki waktu pagi maka dia termasuk penghuni surga”.  
Istighfar disyari’atkan pada setiap waktu, dan wajib bagi orang yang beristighfar untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa saat terjebak ke dalam dosa, dia harus istighfar darinya. Istighfar juga dianjurkan setelah mengerjakan amal shaleh, agar dia dapat menutupi kekurangan yang ada padanya, seperti beristighfar tiga kali setelah selesai menunaikan shalat, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, istighfar pada saat menjalankan ibadah haji. Allah SWT berfirman: 
ثُمَّ أَفِيضُواْ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُواْ اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 199.)
Dan waktu istighfar yang paling baik adalah pada waktu akhir malam. Allah SWT berfirman:
 وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ 
“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”. (QS. Al-Dzariyat): 18. Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ أُوْلَـئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.  Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imron: 135-136).
Al-Fadhl bin Iyadh berkata: “Istighfar yang tidak dibarengi dengan menjauhkan diri dari dosa adalah taubatnya orang yang dusta, sama seperti apa yang dikatakan oleh Rabi’atul Adawiyah: Istighfar kita membutuhkan istighfar yang banyak.
Istighfar adalah sebab bagi turunnya hujan, mendatangkan harta dan anak. Allah SWT berfiraman: 
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)
Istighfar adalah sebab bagi tertolaknya bencana. Allah SWT berfirman: 
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al-Anfal: 33). 
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Tidaklah suatu bencana diturunkan kecuali karena adanya dosa dan tidak ada yang mengangkatnya kecuali taubat”. Abu Musa berkata, “Kita memiliki dua perkara yang menjamin kemamanan kita, dan telah pergi salah satu dari keduanya, yaitu keberadaan Rasulullah Muhammad SAW di tengah-tengah kita dan  tinggallah istighfar masih bersama kita, maka jika dia pergi binasalah kita ini”. 
Istighfar adalah sebab turunnya rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman: 
قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat". (QS. Al-Naml: 46)
Isitgfar adalah penghapus dosa di dalam majlis. Diriwaytkan oleh Al-Tirmidzi di dalam sunannya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berada pada sebuah majlis yang terjadi padanya keributan, lalu sebelum dirinya bangkit dari majlis itu hendaklah dia membaca:
 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.
“Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji -Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada -Mu.” 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Keutamaan Shalat Subuh

Keutamaan Shalat Subuh

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
Seusungguhnya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita tidak terhitung dan tidak terhingga. Allah SWT berfirman: 
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا 
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.  (QS. Ibrahim: 34)
Allah SWT berfirman:    
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ  
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), (QS. Al-Nahl: 53). Di antara nikamat yang diberikan oleh Allah SWT adalah nikmat tidur yang telah disebut oleh Allah SWT pada hamba -Nya. Allah SWT berfirman: 
وَمِن رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan karena rahmat -Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia -Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada -Nya. (QS. Al-Qoshos: 73). 
Allah SWT berfirman:   وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS. Al-Naba: 9)
Maka beristirahatnya seorang muslim beberapa jam dari malam setelah bekerja secara kontinyu akan membantu kehidupannya dan akan menstabilkan perkembangan dan kreatifitasnya, agar dia selalu mampu menunaikan segala tugas yang berikan oleh Allah SWT sebagai tujuan penciptaannya. Di antara tugas ini adalah menjalankan shalat fajar secara berjama’ah di mesjid, dan dia adalah shalat yang memiliki nilai keutamaan yang tinggi. Aku akan mengetengahkan kehadapanmu beberapa kabar gembira dan keutamaan agung yang diberikan kepada orang yang menunaikan shalat fajar secara berjama’ah: 
Pertama: Dia berada di dalam penjagaan Allah SWT, atau jaminan Allah SWT, pengawasan -Nya dan pemeliharaan Allah SWT di dunia dan akherat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jundub bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada di dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menuntut kamu dengan sesuatu yang berada di dalam jaminan -Nya, sebab barangsiapa yang dituntut oleh Allah dengan sesuatu dari apa yang ada pada jaminan -Nya maka dia pasti akan merasakan akibatnya, lalu Allah akan mencampakkan dia di atas wajahanya di dalam neraka Jahannam”. 
Kedua: Menjalankan shalat fajar akan menyelamatkan seseorang dari api neraka. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ammarah bin Ruwaibah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan pernah masuk neraka orang yang menjalankan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya, yaitu shalat fajar dan asar”. 
Ketiga: Menjalankan shalat fajar sebagai sebab masuk surga. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka dia akan masuk surga”. 
Keempat: Malaikat menyaksikan shalat ini. Allah SWT berfirman: 
وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“…dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya  salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isro’: 78)
Diriwayatkan Al-Bukhari  dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Saling berdatangan menghampiri kalian malaikat malam dan malaikat siang, lalu mereka berkumpul pada shalat fajar dan asar, kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian pada waktu malam, lalu Allah SWT bertanya kepada mereka dan Dia Maha Mengetahui tentang keadaan mereka: Bagaimanakah kalian meninggalkan hamba-hamba -Ku?. Maka mereka berkata: Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mendirikan shalat dan mendatangi mereka dalam keadaan mendirikan shalat”. 
Kelima: Orang yang mendirikan shalat fajar akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Sahl bin Sa’d Al-Sa’idi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi mereka yang berjalan pada kegelapan menuju mesjid bahwa mereka mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. 
Keenam: Akan ditulis baginya bangun semalam suntuk. Diriwayatkan oleh Muslim dari Utsman bin Affan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat isya’ secara berjama’ah maka sungguh dia seakan-akan bangun setengah malam dan barangsiapa yang shalat subuh secara berjama’ah maka seakan-akan dia shalat semalam suntuk”. 
Ketujuh: Aman dari sifat kemunafikan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya dan shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka pasti mendatanginya dengan cara merangkak, sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”. 
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Sungguh aku telah melihat dari golongan kami dan tidaklah ada orang yang meninggalkan shalat jama’ah kecuali orang yang munafiq, yang telah diketahui kemunafiqannya. Sungguh seorang lelaki dibawa menuju shalat jama’ah dengan diapit di antara dua lelaki sehingga dia bisa tegak di dalam shaf”. 
Ibnu Umar berkata: Sungguh apabila kita tidak melihat seseorang menghadiri shalat isya’ dan fajar maka kami berprasangka buruk terhadapnya”. 
Kedelapan: Dua rekaat sebelum fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Aisyah RA bahwa  Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dua rekaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”. 
Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia dan kelezatannya, lalu bagaimanakah dengan shalat fajar itu sendiri?.
Kesembilan: Melihat Allah SWT, dan inilah tujuan utama yang dikejar oleh mereka yang berusaha dengan bersungguh-sungguh dan manusia berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Jarir Al-Bajali RA berkata: Kami di sisi Nabi Muhammad SAW dan pada suatu malam beliau melihat ke arah bulan purnama lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian mampu melihat bulan purnama ini, kalian tidak akan merasa susah melihatnya, seandainya kalian mampu untuk tidak dikalahkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya matahari, maka lakukanlah, kemudian beliau membaca sebuah ayat: 
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
“…dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya)”. (QS. Qaf: 39 )
Kesepuluh: Orang yang selalu menjaga shalat fajar adalah orang yang paling baik dalam kehidupannya, orang yang paling kreatif, dan berhati paling lembut. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setan mengikat tengkuk kepala salah seorang di antara kalian pada saat tidurnya dengan tiga ikatan, dia memukul setiap ikatan dengan mengatakan bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Lalu apabila dia bangun dan menyebut nama Allah maka terlepaslah satu ikatan, lalu jika dia berwudhu’ maka terlepaslah ikatan ke dua, dan jika dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga, maka dia akan mengawali pagi dengan jiwa yang kreatif dan berjiwa baik, namun jika tidak maka dia akan menjadi berjiwa buruk dan pemalas”. 
Terdapat banyak riwayat yang melarang meremehkan shalat fajar. Di antara riwayat tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”. 
Sebagian ulama berkata; Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak ingin melakukan hal yang demikian itu kecuali karena orang yang meninggalkan shalat jama’ah ini telah melakukan dosa yang agung dan kesalahan yang besar.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud berkata: Disebutkan di sisi Nabi Muhammad SAW seorang lelaki yang tertidur pada waktu malamnya hingga pagi harinya, maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Itulah lelaki yang dikencingi oleh setan pada kedua telinganya atau beliau bersabda: Pada telinganya”. 
Cukup itu sebagai kerugian dan kekecewaan serta keburukan.
Di antara akibat meremehkan shalat subuh secara berjama’ah adalah dihadapkannya seseorang pada ancaman siksa Allah SWT di dalam kuburnya dan di hari kiamat. Allah SWT berfirman: 
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)
Di dalam shahihul Bukhari di dalam kisah mimpi Nabi Muhammad SAW yang panjang, disebutkan di dalam kisah tersebut bahwa seorang lelaki yang memecah kepalanya dengan sebuah batu, lalu Nabi Muhammad SAW bertanya tentang masalah itu maka dikatakan kepadanya, “Itulah orang yang mengambil Al-Qur’an lalu menolaknya dan tertidur dari melaksanakan shalat yang diwajibkan”. 
Dan majlis fatwa ulama Saudi Arabia ditanyakan (fatwa nomor: 5130) tentang seseorang yang tidak shalat subuh kecuali setelah matahari terbit, bagaimanakah hukum shalatnya?. Apakah hal itu akan memberikan pengaruh pada puasanya?. Maka jawabannya adalah: jika dia meninggalkan shalat subuh bukan karena ketiduran atau lupa namun hanya karena kemalasan sehingga mengerjakannya setelah matahari terbit maka dia telah kufur dengan kekufuran yang besar, berdasarkan pendapat yang shahih dari perkataan para ulama. Berdasarkan pendapat ini maka puasanya tidak sah.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Haudh (Telaga) Nabi Muhammad saw

Haudh (Telaga) Nabi Muhammad saw

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:

Allah swt berfirman: 
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al-Kautsar: 1-3).
Diriwayatkan oleh AL-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Abu Bisr berkata: Aku berkata kepada Abu Bisyar, sesungguhnya banyak orang yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga?. Abu Sa’id berkata: Sungai yang terdapat di dalam surga itu termsuk salah satu bagian dari kebaikan yang berikan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW”. 
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Pada saat aku berjalan di dalam surga dan tiba-tiba aku berada di sisi sebuah sungai yang kedua sisinya adalah kubah-kubah permata yang melengkung. Aku bertanya: Apakah ini wahai Jibril? Dia menjawab: Ini adalah al-kautsar yang telah diberikan oleh Allah SWT bagimu dan ternyata tanahnya adalah minyak kasturi yang sangat wangi. 
Dan Al-kautsar ini memiliki dua pancuran yang mengalirkan air menuju haudh Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar RA bahwa pada saat Nabi Muhammad SAW menyebut tentang AL-Haudh beliau bersabda: mengalir padanya dua pancuran dari surga dan barangsiapa yang meminum nya maka dia tidak akan lagi kehausan”. 
Di dalam riwayat yang lain Muslim menyebutkan: Terdapat di dalamnya dua pancuran air yang mengalir dari surga salah satunya pancuran yang terbuat dari emas dan yang lain dari perak”. 
Dan ketentuan tentang sifat haudh ini disebutkan dalam berbagai riwayat dari banyak shahabat Nabi Muhammad SAW, riwayat-riwayat tersebut sangat masyhur dan banyak bahkan disebutkan dalam berbagai kitab hadits baik riwayat-riwayat yang shahih, hasan, dan pada kitab hadits yang ditulis berdasarkan sanad-sanad dan kitab-kitab sunan. Haudh adalah tempat berkumpulnya air. Imam Nawawi rahimhullah berkata: Ini adalah penegasan bahwa haudh itu benar-benar ada seperti yang tersebut secara zahir (riwayat) sebagaimana ditegaskan sebelumnya dan pada saat sekarang ini dia telah diciptakan Allah SWT”. 
Syekh Utsaimin rahimahullah berakata: (Dan Haudh itu ada pada saat sekarang ini)  berdasarkan riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Uqbah bin Amir bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar lalu shalat untuk mereka yang mati syahid pada perang Uhud, yaitu shalat seperti shalat mayit kemudian beliau mendatangi mimbar dan bersabda: Sesungguhnya aku akan mendahului kalian, dan aku adalah saksi bagi kalian serta sungguh aku sedang melihat kepada haudhku sekarang ini”. 
Dan diriwiyatkan oleh Al-Bikhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan mimbarku di atas haudhku”. 
Oleh karena itulah bisa jadi haudh itu berada di tempat ini namun kita tidak menyaksikannya sebab dia termasuk perkara gaib dan bisa jadi mimbar tersebut akan diletakkan di atas haudh tersebut pada hari kiamat kelak. 
Adapun tentang airnya, warnanya lebih putih dari air susu dan rasanya lebih manis dari madu dan baunya lebih harum dari minyak kasturi.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Dzar bahwa pada saat Nabi Muhammad SAW menyebutkan tentang al-haudh beliau bersabda: Airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu”.  Di dalam Ashahihaini disebutkan: dan baunya lebih harum dari minyak kasturi”. 
Adapun bejana-bejana yang ada padanya bagikan bintang-bintang di langit, dan penjelasan ini didasarkan pada beberapa hadits yang disebutkan di dalam kitab ashahihaini  dan di dalam riwayat yang lain disebutkan: “Bejana-bejananya seperti bintang-bintang di langit”. 
Ini adalah lafaz yang paling global sebab maskudnya adalah bejana-bejananya seperti bintang-bintang di langit dari sisi jumlahnya, dan dari sisi sifatnya yang bercahaya dan mengkilap. Maka bejana-bejana yang ada padanya sebanyak dan bercahaya seperti bintang-bintang di langit, dan disebutkan di dalam sebagian riwayat yang shahih bahwa ceret-ceret minuman yang terdapat padanya terbuat dari emas dan perak. 
Dan luas haudh ini adalah, sepanjang perjalanan satu bulan dan selebar perjalanan satu bulan. Syekh Ibnu Utsaimin berkata: Hal ini menunjukkan bahwa bentuknya adalah bundar, sebab tidak mungkin dijelaskan dengan penyebutan sisinya seperti yang disebutkan di atas, kecuali jika bentuknya bundar, dan jarak ini seperti yang telah diketahui pada masa Nabi Muhammad SAW yaitu jarak yang diukur dengan kecepatan biasa perjalanan seekor onta disebutkan di dalam ashahihaini bahwa sesungguhnya lebarnya sama dengan jarak antara Amman dan Ailah. Amman adalah sebuah kota di Balqo’ di negeri Syam dan Ailah adalah sebuah negeri di ujung laut Qalzum di ujung negeri Syam, negeri itu telah punah dan selalu dilewati oleh para jama’ah haji dari Mesir  Di dalam sebuah riwayat disebutkan: (Jaraknya adalah antara Jarba’ dan Adzrah). Keduanya adalah dua kampung di negeri Syam yang bisa dilalui dengan perjalanan tiga hari . Dan di dalam riwayat yang lain disebutkan: Ukuran haudhku adalah sama seperti ukuran antara kota Ailah dan Shan’a dari Yaman”.  Dan di dalam riwayat yang lain disebutkan: Dan jarak antara kedua ujung haudhku adalah sebagaimana jarak antara shan’a dan Madinah”. 
Para ualma telah menyebutkan penafsiran tentang perbedaan-perbedaan riwayat yang menjelaskan tentang luas  dan panjang haudh Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW diberitahukan tantang jarak yang pendek kemudian diberitahukan kembali tentang jarak yang panjang. Beliau memberitahukan hal itu seakan-akan Allah SWT memberikan anugrah kepada beliau bahwa haudh tersebut meluas sedikit demi sedikit, maka yang menjadi patokan dalam penjelasan ini adalah riwayat yang menjelaskan tentang sifat haudh yang paling panjang dan di dalam penjelasan yang lain disebutkan selain ini. 
Dan masa mendatangi haudh adalah sebelum melewati shirat sebab keadaan menuntut hal itu, sebab manusia sangat membutuhkan air minum di hari kiamat sebelum mereka melewati shirat, sebagian ahlul ilmi telah menguatkan penjelasan yang disebutkan ini, dan barangsiapa yang meminum dari haudh maka dia tidak akan pernah kehausan selamanya, berdsarkan apa yang diriwayatkan oleh  Abdullah bin Amru di dalam Ashahihaini:  Dan barangsiapa yang meminum darinya maka dia tidak akan kehausan selamanya”. 
Perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kita boleh meminum dari haudh Nabi Muhammad SAW:
Pertama: Berpegang teguh kepada kitab dan sunnah serta konsisten dengannya, menjauhi semua bid’ah dan dosa-dosa besar. Diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrok dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya aku telah meninggalkan bagi kalian dua perkara yang mana kalian tidak akan tersesesat, yaitu kitab Allah dan sunnahku, dan dia tidak akan berpisah sehingga dia datang menuju haudh”. 
Diriwayatkan oleh Al-Bukahri dan Muslim dari Abi Sa’id Al-Khudri RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Aku akan mendahului kalian di haudh dan barangsiapa yang mendatangiku maka dia akan meminumnya, dan barangsiapa yang meminumnya maka dia tidak akan pernah haus selamanya, akan datang kepadaku sekelomopok kaum di mana mareka mengenalku dan aku pun mengenal mereka namun aku dihalangi dari mereka, lalu aku mengatakan: Sesungguhnya mereka ini dari golonganku, maka dikatakan: Sesungguhnya engkau tidak mengetahui perbuatan-perbuatan bid’ah yang mereka lakukan setelah dirimu meninggal, maka aku berkata:  menjauhlah, menjauhlah orang yang telah merubah din ini setelah kematianku”. Maka Ibnu Abi Mulaikah berkata: Ya Allah aku berlindung kepada -Mu jika kami terusir hina atau terfitnah sehingga jauh dari agama kami”. 
Ibnu Abdil Barr berkata: Setiap orang yang membuat-buat perkara baru di dalam agama maka dia termasuk orang-orang yang terusir dari Al-Haudh, seperti kelompok Khawarij, Rafidhah dan seluruh kelompok yang mengikuti hawa nafsu. Dan dia juga berkata: demikian juga orang-orang zalim, yang melampaui batas dalam berbuat kezaliman dan menghapus kebenaran, orang-orang yang dilaknat karena berbuat dosa-dosa besar. Dia berkata: Orang-orang yang seperti ini dikhawatirkan jika merekalah yang dimaksud dengan hadits ini. Allah A’alm. 
Kedua: Bersabar terhadap apa yang dialami oleh seorang mu’min berupa kekurangan dari harta dunia, dan dia mendahulukan orang lain dengannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepada para shahabatnya dari kalangan Al-Anshor: Kalian akan mendapatkan sepeninggalku orang-orang yang lebih mementingkan duniawi, maka bersabarlah sehingga kalian menemui Allah SWT dan Rasul -Nya di saat berada pada Al-Haudh”. 
Ketiga: Menjaga wudhu’. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Hudzaifah RA bahwa pada saat Nabi Muhammad SAW menyebut tentang Al-Haudh beliau bersabda: Sungguh yang jiwaku berada di tangan -Nya, aku pasti akan menghalau sekolompok orang dari haudhku sebagaimana seorang lelaki menghalau onta yang bukan miliknya dari kolam tempat ontanya minum. Para shahabat bertanya:  Apakah engkau mengetahui kami pada saat itu?. Maka beliau menjawab: Ya, kalian akan mendatangi aku dengan penuh cahaya di kening kalian karena bekas air wudhu’ dan cahaya itu tidak terdapat pada orang selain dari kalian”. 
Ya Allah berikanlah kami minum dari haudh Nabi -Mu, dan jadikanlah kami sebagai pengikut sunnah beliau, ya Allah cucurkanlah kepada kami air minum dari tangan beliau yang mulia, yaitu minuman yang dengannya kami tidak merasakan kehausan selamanya, ya Allah kumpulkankanlah kami dalam kelompok beliau Muhammad SAW, dan jadikanlah kami sebagai pengikut beliau bersama para nabi-nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang yang shaleh, merekalah sebaik-baik teman bergaul.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Kisah Nabi Ayyub Alaihis Salam

Kisah Nabi Ayyub Alaihis Salam

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
AllahSWT telah menceritakan kepada kita beberapa kisah nabi dan  rasul di dalam kitab-Nya yang mulia agar dijadikan sebagai pelajaran, ibroh bagi kita, meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, memperkuat keimanan orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. AllahSWTberfirman: 

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).
Allah SWT berfirman:
وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
Di antara rasul yang diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah Nabi Ayyub alaihis salam. Allah SWT berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.(QS. Al-Anbiya’: 83-84)
AllahSWTberfirman: 
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَى لِأُوْلِي الْأَلْبَابِ  وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan 
siksaan". (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk 
untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).  (QS. Shad: 41-44)
Ulama tafsir dan sejarah mengatakan, “Pada mulanya Ayyub alaihis salam adalah seorang lelaki yang memiliki banyak harta, berupa tanah yang luas, hewan ternak dan kambing, yaitu pada sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, di Huran, yang terletak di negeri Syam. Ibnu Asakir berkata, “Semua lahan yang luas itu adalah miliknya lalu Allah SWT menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut, dia diuji dengan berbagai macam ujian yang menimpa tubuhnya, sehingga tidak ada sejengkalpun dari bagian tubuhnya kecuali ditimpa penyakit kecuali hati dan lisannya. Dia selalu berzikir dengan kedua indra tersebut, bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam, pagi dan sore. Akhirnya dengan penyakit tersebut seluruh temannya merasa jijik terhadapnya, sahabat karibnya menjadi tidak tenang dengannya. Setiap orang merasa jijik dengannya baik kerabat atau teman jauh. Akhirnya dia diasingkan pada sebuah tempat pembuangan sampah di luar kota tempat tinggalnya, dan tidak ada yang menemaninya kecuali seorang istrinya, yang selalu menjaga hak-haknya dan membalas budi baik yang pernah dilakukan terhadap dirinya serta dorongan rasa belas kasihan padanya, dia bekerja untuk mendapat upah dari orang lain, lalu dia membelikannya makanan dengan upah itu, dibarengi dengan rasa sabar melepas semua harta dan anak, bersabar dengan penyakit suami setelah hidup dalam kenikmatan dan kehormatan yang pernah disandangnya. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Sebelumnya dijelaskan bahwa sang istri bekerja kepada orang lain untuk mengejar upah yang digunakan utnuk membeli makanan bagi Ayyub alaihis salam, lalu masyarakat tidak lagi membutuhkannya karena mereka mengetahui bahwa wanita itu adalah istri Ayyub, mereka takut jika terkena dengan penyakit yang menimpa Ayyub atau tertular dengan penyakit melalui interaksi secara langsung dengan sang istri, akhirnya dia tidak menemukan seorangpun yang bisa memberinya pekerjaan yang mendatangkan upah. Lalu dia pergi menuju orang-orang yang kaya dan menggadaikan kepang rambutnya dengan dengan makanan yang banyak lalu makanan itu dibawanya kepada Ayyub dan Ayyub berkata, “Dari manakah engkau mendapatkan makanan ini?. Dan dia marah kepadanya. Sang istri menjawab, “Aku telah bekerja pada banyak orang dan mendapatkan upah karenanya. Lalu pada keesokan harinya dia tidak menemukan seorangpun yang menyuruhnya bekerja dan akhirnya dia kembali menjual belahan kepangan rambut yang kedua lalu membeli makanan dengannya namun Ayyub tetap mengingkarinya, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya tidak mau memakan makanan ini sehingga sang istri memberitahukan dari manakah dia memperoleh makanan ini. Akhirnya sang wanita membuka kerudung yang menutupi kepalanya, lalu pada saat dia melihat rambut istrinya telah tercukur rata dia berdo’a:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya’: 82).
Lalu Allah mendatangkan pertolongan -Nya kepadanya:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
 (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (QS. Shad: 42)
Artinya Allah SWT memerintahkan: Pukullah bumi ini dengan kakimu. Maka diapun melaksanakan perintah Tuhan -Nya, lalu Allah SWT memancarkan mata air yang dingin, dan Dia memerintahkan kepadanya agar dia mandi dan minum dari air tersebut, kemudian Allah SWT  menghilangkan semua penyakit dan penderitaan yang menimpa tubuhnya baik yang lahir atau batin, dan Allah SWT menggantikannya dengan kesehatan yang sempurna baik lahir dan batin serta harta yang banyak sehingga limpahan harta menghujani dirinya, belalang-belalang dari emas. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang tiba-tiba belalang dari emas terjatuh kepadanya lalu Ayub menangkapnya dengan pakaiannya lalu Tuhannya berseru kepadanya: Wahai Ayyub!, Tidakkah Aku telah mencukupkanmu dari apa yang kau pandang sekarang ini?. Ayyub menjawab: Benar wahai Tuhanku akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dengan keberkahan yang engkau berikan kepadaku”.  
Dan Allah SWT mengembalikan keluarganya yang telah tiada, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT: 
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-Anbiya’: 84)
Dikatakan tentang penafsiran ayat tersebut bahwa Allah SWT menghidupkan mereka. Dalam perkataan yang lain disebutkan: Allah  SWT memberikan ganti rugi baginya saat hidup di dunia dan pendapat yang lain berkata maksud firman di atas adalah lain. Hal itu sebagai kasih sayang Allah SWT kepadanya, dan belas kasihan serta peringatan bagi orang-orang yang beribadah. 
Di antara pelajaran yang bisa dipetik dari cerita Nabi Ayyub alaihis salam ini adalah: 
Pertama: Beratnya ujian Allah SWT bagi Nabi Ayyub ‘alaihi salam. Semua ujian itu tidak menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan rasa syukur kepada -Nya, sehingga Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran, dia sebagai contoh dalam menghadapi berbagai penyakit. Al-Suddy berkata, “Semua kulit luar sudah berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan urat. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam kitab musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah, Ayyub bertahan dengan penuh kesabaran menghadapi berbagai penyakit dalam waktu delapan belas tahun, dia ditolak oleh kerabat dekat dan jauh kecuali dua lelaki dari saudaranya, keduanya selalu datang kepadanya baik pada waktu pagi atau sore. Suatu hari, salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain: Apakah engkau mengetahui bahwa Ayyub telah berbuat dosa dengan dosa yang tidak pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini?. Maka teman yang satu bertanya: Dosa apakah yang pernah dilakukan oleh Ayyub?. Sahabat itu berkata: Sejak delapan belas tahun dia tidak pernah dikasihsayangi oleh Allah sehingga Allah menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Lalu pada saat mereka berdua pergi menemui Nabi Ayyub salah seorang shahabatnya tidak berasabar menahan dirinya dan akhirnya menceritakan apa yang pernah didengarnya. Maka Ayyub berkata: Aku tidak memahami apa yang kalian katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang lelaki yang sedang bertikai, lalu mereka berdua mengingatkan nama Allah, lalu akupun kembali kerumahku dan aku membantu keduanya untuk menghapuskan kesalahan mereka, karena aku tidak suk mereka menyebut nama Allah kecuali untuk suatu kebenaran…”. 
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya dia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling besar cobaannya?. Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang yang shaleh, kemudian orang yang terbaik dari manusia. Seseorang akan diuji berdasarkan tingkat keagamaannya, jika dia memiliki agama yang tipis maka ujiannyapun diperingan, dan jika dia memiliki agama yang kuat maka ujiannyapun akan ditambah sehingga dirinya akan berjalan di muka bumi ini tanpa memiliki kesalahan”. 
Kedua: Dikatakan: Wahai orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta, anak-anak dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya Dia pasti akan mengganti. Allah SWT berfirman: 
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ  الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.  (QS. Al-Baqarah; 155-157)
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya, hartanya dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub alaihis salam, di mana Allah SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan baginya”. 
Ketiga; Bahwa orang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT dan istrija’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan, sama seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub alaihis salam. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ummu Salamah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku, “Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh suatu musibah lalu dia mengucapkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu membaca: (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Allahumma Ajirni fi mushibati wakhluf li kahairan minha). Sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan kepada Allah-lah kita akan kembali, ya Allah berikanlah bagiku balasan kebaikan atas musibah yang menimpaku dan berikanlah balasan yang baik bagiku”. Barangsiapa yang membaca do’a di atas maka Allah SWT akan menggantikan baginya dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Ummu Salamah berkata, “Pada saat Abu Salamah meninggal dunia aku berkata: Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, shahabat Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memberikan kekuatan bagiku untuk mengucapkannya maka akupun membacanya. Ummu Salamah berkata: Maka akupun menikahi Rasulullah SAW. 
Keempat: Di dalam kisah ini terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus bersabar menghadapi suami-suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan lainnya, lihatlah istri Ayyub alaihis salam sebagai contoh, dia sungguh sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala cobaan yang menimpa suaminya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak diperbolehkan seseorang manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain, dan seandainya diperbolehkan seseorang bersujud kepada manusia yang lain maka sungguh aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya karena keagungan hak suami atas dirinya, demi yang jiwaku berada di tangan -Nya seandainya dari ujung kaki sang suami terdapat luka yang memancarkan nanah dan darah kemudian dia meminumnya sungguh hal itu belum memenuhi hak sang suami”. 
Kelima: Sesungguhnya Allah SWT manjadikan bagi hamba -Nya yang bertaqwa jalan keluar dan kelapangan. Sesungguhnya Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus cambukan, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya, maka dia diperbolehkan untuk mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai kurma lalu dia memukulnya dengan satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari seratus pukulan serta dengannya dia telah memenuhi sumpah dan tidak melanggarnya. Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan dan jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada -Nya dan mentaati -Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa. Oleh karena itulah Allah SWT mengakhiri penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firmanNya: 
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44).
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***

Merenungi Firman Allah dalam Surat At-Thurوَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ

Merenungi Firman Allah dalam Surat At-Thur
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ

Dan orang-orang yang beriman, serta anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du: 
Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang yang beriman, serta anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.  (QS. Al-Thur: 21)
Ibnu Katsir berkata, “Allah SWT memberitahukan tentang karunia, pemberian, anugrah dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya  serta kebaikan Allah SWT kepada mereka: Apabila orang-orang yang beriman diikuti oleh keluarga-keluarga mereka dengan keimanan maka mereka akan mengikuti bapak-bapak mereka dalam tingkatan surga, sekalipun amal-amal mereka tidak sampai pada tingkatan tersebut agar bapak-bapak mereka merasa senang dengan keberadaan anak-anak mereka bersama mereka pada tingkatan yang sama, Allah SWT akan mengumpulkan mereka dengan wajah yang paling baik, Allah SWT  mengangkat orang yang kurang amal shalehnya dengan mereka yang amalanya sempurna dan tidak mengurangi dari jumlah amal mereka sedikitpun dan tidak pula tingkatan mereka, agar tingkatan mereka menjadi sama antara dirinya dengan yang lain”. 
Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi mengangkat derajat keturunan orang-orang yang beriman pada tingakatan yang didapatkannya di dalam surga sekalipun di antara mereka ada yang amalnya kurang agar mereka senang dengan kebersamaan mereka dengan para keturunan mereka, kemudian beliau membaca firman Allah SWT: وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ
Dan orang-orang yang beriman, serta anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah karunia  Allah Ta’ala kepada anak-anak karena keberkahan amal bapak-bapak mereka. Adapun karunia Allah SWT bagi anak-anak untuk bapak-bapak mereka karena do’a anak-anak mereka adalah, seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajat seorang hamba yang shaleh di dalam surga, dan hamba itu bertanya: Wahai Tuhanku bagaimana aku bisa mendaptakan derajat ini?. Maka Allah berfirman: Karena istighfar anakmu bagimu”.( ) 
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka akan terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak shaleh yang selalu berdo’a untuk kedua orang tuanya”. 
Allah SWT berfirman:
 كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Al-Thur: 21.)
Setelah Allah SWT menyebutkan berbagai bentuk karunia -Nya, dan pengangkatan derajat keturunan kepada tingkat bapak padahal tanpa dibarengi dengan amal, kemudian Allah SWT menyebutkan bentuk keadilan Allah SWT, bahwa Dia tidak akan mengazab seseorang karena dosa orang lain, Allah SWT berfirman: كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ atau seseorang tergantung dengan amalnya dan tidak menanggung dosa orang lain, baik dosa bapak-bapaknya atau anaknya, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT: 
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan,berada di dalam surga, mereka saling menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa”. (QS. Al-Mudatsir: 38-41).
Beberapa faedah yang dapat dipetik dari ayat ini adalah: 
Pertama: Diikutkannya keturunan seorang mu’min kepada derajat bapaknya dengan syarat keimanan. Adapun jika tidak beriman maka anak keturunan tidak mendapat manfaat apapun dengan kesalehan bapaknya, Allah SWT berfirman: 
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُواْ عَنْهَا لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاء وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula)mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.  (QS. Al-A’rof: 40)
Allah SWT berfirman:
 فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ 
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat. (QS. AlMudatsir: 48)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ibrahim bertemu dengan bapaknya, Azar pada hari kiamat dan pada wajah Azar terdapat bintik hitam dan kusam seperti abu maka Ibrahim berkata kepadanya: Bukankah aku telah berkata kepadamu agar engkau tidak menolak ajakanku?. Bapaknya berkata: Pada hari ini aku tidak menolak ajakanmu. Ibrahim berkata: Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menjanjikan kepadaku bahwa Engkau tidak menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan, dan adakah kehinaan yang lebih hina dari kehinaan ayahku  yang dijauhkan (dari rahmat-Mu?) maka Allah berfirman: Aku telah mengharamkan surga atas orang-orang kafir, lalu dikatakan: Wahai Ibrahim apa yang ada di bawah kedua kakimu?, lalu Ibrahim menoleh dan tiba-tiba seekor anjing hutan yang telah berlumuran dengan najis  yang menjijikkan lalu diambillah kaki tangannya lalu dicampakkan ke dalam api neraka”. 
Kedua: Sesungguhnya karunia Allah SWT itu amat luas, Dia tidak memberikan pengurangan sedikitpun dari amal seorang yang beriman bahkan Allah SWT melipat gandakannya dengan lipatan yang banyak. Allah SWT berfirman: 
وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“…dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”  (QS. Al-Thur: 21)
Allah SWT berfirman: 
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لاَ أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى بَعْضُكُم مِّن بَعْضٍ 
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain”. (QS. Ali Imron: 195).
Allh SWT berfirman: 
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
“Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan ada pengurangan haknya”. (Thaha: 112.)
Allah SWT berfirman: 
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika )amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah  Kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS. Al-Anbiya’: 47)
Ketiga: Keadilan Allah SWT. Dia tidak akan menyiksa seorang hamba karena dosa orang lain. Allah SWT berfirman: 
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 141).
Allah SWT berfirman:   أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى 
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,( Al-Najm: 38).
Keempat: Ayat ini sebagai kabar gembira yang besar sehingga orang-orang yang beriman bergembira dengannya. Allah SWT berfirman: 
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat -Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus: 58)
Kelima: Memperhatikan pendidikan anak dengan pendidikan yang islami, seperti mengajarkan kepada mereka tata cara beribadah, menganjurkan secara kontinyu, memasukkan mereka ke sekolah tahfizul Qur’an dan mengajarkan mereka adab-adab yang baik, akhlak yang mulia, menjauhkan mereka dari perbuatan yang diharamkan serta mendo’akan mereka agar selalu mendapat kebaikan  dan petunjuk, sehingga mereka, mendapat kebaikan di dunia dan akherat. Allah SWT berfirman: 
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqon: 74).
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat pada saat usia mereka tujuh tahun dan pukullah mereka pada saat telah mencapai usia sepuluh tahun dan pisahkanlah antara mereka dalam ranjang tidur mereka”. 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Utsman bin Affan RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
***