10 RENUNGAN DALAM BERPUASA


10 RENUNGAN DALAM BERPUASA

 

Wahai saudaraku yang sedang menjalankan ibadah puasa, aku mengucapkan salam Islam yang abadi pada anda

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

         Aku memohon pada Allah 'Azza wa Jalla (Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia) agar anda sehat wal afiat dan semoga Allah memberkahi dan menjadikan kita termasuk mereka yang berpuasa dan mendirikan malam Bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan yang benar dan semoga Allah menerima amalan kita, sesungguhnya Dia Yang Maha Berkuasa.

Wahai saudaraku yang berpuasa, pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan secara ringkas beberapa renungan tentang Bulan yang utama ini

Renungan pertama:

Wahai saudaraku yang berpuasa, pertama-tama aku ucapkan selamat atas datangnya Bulan Ramadhan yang diberkahi, Bulan Al-Qur'an dan shalat malam. Karena itu sadarilah nikmat yang agung ini serta bergembiralah dengan datangnya bulan yang mulia.

Bulan yang mulia ini menaungi untuk mendekatkan anda pada Allah Yang Maha Suci, dan agar anda menyadari anugrah yang telah Allah berikan sehingga anda termasuk dari mereka yang menjumpainya. Ketuhilah bahwa sebagian orang terluput dari bulan ini disebabkan kekufuran wal-'iyadzubillah. Tetapi Allah dengan karunia-Nya menganugrahkannya pada anda. Sebagian yang lain ada yang menemui ajalnya sebelum menjumpai Bulan Ramadhan. Maka bersyukurlah atas karunia-Nya, dan bergegaslah. Nabi r bersabda: "Apabila Bulan Ramadhan datang, maka dibukalah pintu-pintu sorga, ditutuplah pintu-pintu neraka Jahannam dan syetan-syetan dibelenggu"  (Muttafaqun 'Alaih)

Renungan kedua:

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, semoga Allah menunjuki anda segala kebaikan. Aku berwasiat agar anda memanfaatkan kesempatan dalam bulan yang agung ini untuk mendapatkan ampunan dari segala dosa dan kesalahan serta mendekatkan diri pada Allah 'Azza wa Jalla dengan membaca Al-Qur'an baik di malam maupun siang hari. Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an, maka jangan sampai anda kikir pada diri anda dari kebaikan. Allah berfirman:

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 

Artinya :

" Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.  (Q.S Al-Baqarah 185)

Berkata Umar bin Abdul Aziz: "Sesungguhnya malam dan siang melaluimu, maka beramallah di saat kedatangannya".

 

 

Renungan ketiga:

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, demi Allah berapa banyak kesempatan bagi anda untuk terlepas dari dosa dan introspeksi diri di medan keimanan ini untuk menambah kebaikan dan ketakwaan serta bermuhasabah. Jika anda masih banyak kekurangan, maka bertaubatlah pada Allah karena pintu (taubat) masih terbuka. Jika anda termasuk mereka yang Allah anugrahi kebaikan dan petunjuk, maka tingkatkanlah kadar ketakwaan anda dan jangan berhenti pada tingkatan tertentu.

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, Adalah suatu kesempatan berharga di saat anda berpegang pada syareat Allah dan berhenti dari apa yang diharamkan Allah sebagai realisasi ketaatan pada-Nya.

Jika dengan tekad dan kesungguhan anda mampu berhenti dari kemaksiatan yang anda lakukan, maka jangan menambah atau ragu-ragu dalam mendekatkan diri pada Allah di bulan yang mulia ini. Jadikan Ramadhan sebagai awal dari sebuah lembaran baru untuk merendah diri pada Allah 'Azza wa Jalla agar Dia mengaruniakan pada anda taubat nasuha dan menetapkan hati anda di atas jalan yang lurus.

Wahai orang yang berbuat dosa di Bulan Rajab

Hingga Bulan Sya'ban masih juga ia bermaksiat pada Tuhannya

Bulan Ramadhan telah mendatangimu setelah kedua bulan berlalu

Maka janganlah engkau melakukan hal yang sama dengan bermaksiat

Bacalah Al-Qur'an dan bertasbihlah di bulan itu dengan bersungguh-sungguh

Ramadhan adalah bulan tasbih dan bulan Qur'an

Berapa banyak engkau ketahui mereka yang dahulunya berpuasa

Baik mereka dari keluarga, tetangga ataupun teman

Kematian telah mengantarkan mereka dan setelah itu

Engkau masih menjalani kehidupan, betapa dekatnya orang yang bermaksiat dengan ajalnya

 

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Wahai anak Adam, engkau ibarat hari-hari. Jika sebuah hari berlalu berarti sebagian dari dirimu juga pergi".

Renungan keempat :

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, sering kita dengar sebagian orang mengatakan 'Ramadhan Karim' / Ramadhan bulan yang mulia. Itu memang benar, akan tetapi berdalih dengan ungkapan di atas adalah tidak benar. Bisa jadi ia berbuat kesalahan atau maksiat lalu mengatakan bahwa Ramadhan adalah karim/bulan yang mulia. Ia mendengarkan nyanyian dan menyaksikan apa yang diharamkan dengan dalih Ramadhan adalah bulan yang mulia. Ini adalah tidak benar. Ramadhan adalah bulan mulia bagi siapa yang melakukan ketaatan dengan membaca Al-Qur'an, Shalat Taraweh, puasa dan shalat malam, dan sebaliknya tidak mulia bagi kemaksiatan. Maka renungkanlah semoga Allah memberkahi anda. Alllah berfirman:

ﭣ  ﭤ  ﭥ  ﭦ       ﭧ  ﭨ  ﭩ    ﭪ      ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ   ﭯ  ﭰ  ﭱ 

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Q.S Al-Baqarah 183)

Dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a bahwa Rasulullah r bersabda: "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkannya dari neraka sepanjang perjalanan tujuh puluh musim disebabkan puasanya di hari itu)   (H.R Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Renungan kelima :

Sebagian wanita semoga Allah memberikan hidayah pada mereka, jika datang Bulan Ramadhan sibuk untuk mempersiapkan berbagai macam menu makanan dan minuman sehingga waktunya yang berharga di bulan yang mulia ini berlalu begitu saja selama berjam-jam di siang hari Ramadhan hanya untuk di dapur dan pergi ke pasar di malam hari. Ia lalui Ramadhan dalam keadaan seperti ini. Wallahul Musta'an (kepada Allahlah tempat meminta pertolongan). Wahai saudariku yang sedang berpuasa, jangan sampai anda tertipu di bulan yang mulia ini.

Renungan keenam :

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, akhlak yang baik memiliki derajat yang tinggi yang dengannya seorang muslim dekat dengan Rasulullah r . Akan tetapi amat disayangkan, sebagian orang ada yang masih buruk akhlaknya terutama di Bulan Ramadhan. Ia tidak ingin di ajak bicara atau berbicara dengan orang lain, juga tidak mau menanggung kesalahan baik di rumah maupun di jalan. Allah Ta'ala berfirman:

ﮱ  ﯓ   ﯔ  ﯕ  ﯖ   ﯗ              ﯘ  ﯙ  ﯚ  ﯛ  ﯜ  ﯝ  ﯞ 

"Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan"  (Q.S Al-Furqan: 63) 

Rasulullah SAW bersabda: "Seorang mukmin dengan kebaikan akhlaknya akan mendapatkan derajat orang yang berpuasa dan shalat malam" (H.R Abu Dawud).  Berkata Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah: "Barangsiapa yang buruk akhlaknya, maka jiwanya akan tersiksa".

 

 

 

Renungan ketujuh :

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, bulan yang mulia ini adalah kesempatan berharga bagi kaum beriman untuk menambah amalan-amalan utama. Rasulullah SAW  bersabda:

 

"Barangsiapa mendirikan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu"  (Muttafaq 'Alaih).

 

Termasuk dari mendirikan (Bulan Ramadhan) adalah shalat taraweh yang merupakan sunnah yang ditetapkan. Maka peliharalah Shalat Taraweh bersama imam sampai selesai. Rasulullah r bersabda: "Seseorang yang shalat bersama imam hingga ia selesai, maka akan dituliskan baginya pahala shalat malam"  (H.R Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

 

         semoga Allah memberi hidayah pada Sebagian orang yang menyia-nyiakan Shalat Taraweh, dan barangkali ia shalat dua rakaat lalu berpaling, seakan-akan dengan perbuatannya tersebut ia kikir pada dirinya sendiri dengan pahala. Maka manfaatkanlah wahai saudaraku bulan yang agung ini, hari-harimu adalah terbatas, bersegeralah sebelum datangnya sesuatu yang menghancurkan kelezatan dan memisahkan dari teman (maksudnya kematian).

 

Renungan kedelapan:

 

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, diantara keutamaan Bulan Ramadhan bahwa didalamnya terdapat Lailatul Qadar yang mana Allah berfirman:

ﭑ  ﭒ  ﭓ  ﭔ  ﭕ  ﭖ  ﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ  ﭛ      ﭜ   ﭝ  ﭞ         ﭟ  ﭠ  ﭡ  ﭢ   ﭣ  ﭤ  ﭥ  ﭦ   ﭧ  ﭨ   ﭩ  ﭪ  ﭫ            ﭬ     ﭭ  ﭮ  ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭲ        ﭳ  

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar"    (Q.S Al-Qadr 1-5)

         Maka bersungguh-sungguhlah semoga Allah memberkahi anda untuk memanfaatkan malam yang mulia ini yang diantara keutamaannya adalah:

 

  1. Kitabullah (Al-Qur'an) diturunkan di malam itu.
  2. Lebih baik dari seribu bulan.
  3. Para malaikat dan Jibril turun temurun disebabkan banyaknya keberkahan di malam itu. Selain itu malam Lailatul Qadar adalah keselamatan dari siksaan bila seorang hamba menjalankan apa yang diperintahkan Allah.

 

Nabi Muhammad SAW  menanti datangnya malam lailatul qadar pada sepuluh hari yang terakhir, terlebih lagi pada malam-malam ganjilnya. Maka bersemangatlah untuk mencari malam tersebut dan janganlah engkau menunda-nunda, karena sikap tersebut telah membinasakan kaum yang telah lalu.

 

Renungan kesembilan:

 

Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, ada sebagian orang yang bersemangat untuk menunaikan umrah di Bulan Ramadhan. Tidak diragukan lagi bahwa amalan tersebut memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana sabda nabi  :

 

"Umrah di Bulan Ramadhan itu sama nilainya dengan haji bersamaku"  (Muttafaq 'Alaih)

 

       Pada kesempatan ini ada beberapa catatan yang ingin penulis sampaikan, dimana sebagian orang yang menunaikan umrah melakukannya:

 

  1. Sebagian orang ada yang menunaikan umrah di Bulan Ramadhan dan ia meninggalkan anak-anak serta keluarganya tanpa ada rasa tanggung jawab dan perhatian. Hal ini jelas tidak dibenarkan. Perkara yang disunnahkan tidak didahulukan atas perkara yang wajib.

 

  1. Sebagian orang ada yang membawa keluarga dan anak-anaknya ke Masjidil Haram. Ini adalah sesuatu yang baik, akan tetapi ia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam Masjidil Haram sedang anak-anaknya keliling di pasar atau bermain-main di gedung perumahan. Sedang sang ayah tidak berkumpul dengan mereka lagi kecuali di saat buka puasa atau sahur. Adapun waktu lainnya sama sekali tidak ia ketahui apa yang mereka lakukan. Karena itu agar anda tidak terjatuh dalam hal ini, maka barhati-hatilah dan agar anda memperhatikan/mementingkan segala sisi dan tidak meninggalkan satu sisi yang bisa jadi lebih penting.

 

Renungan kesepuluh :

 

       Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, setiap amalan bergantung pada kesudahannya, yang saya maksud adalah menambah amalan pada sepuluh hari yang akhir dari Bulan Ramadhan. Rasulullah r bersungguh-sungguh pada sepuluh hari yang akhir tidak seperti pada malam-malam sebelumnya  (H.R Muslim). Beliau membangunkan keluarganya dan bersungguh-sungguh. Maka bersungguh-sungguhlah anda wahai saudaraku, semoga Allah memberkahi anda untuk menambah amalan. Janganlah termasuk orang-orang yang bersungguh-sungguh di awal Bulan Ramadhan lalu sedikit demi sedikit menurun sampai ketika datang akhir bulan yang mana kebaikan dan pahala dilipat gandakan, rasa malas mulai muncul untuk membaca Al-Qur'an dan shalat taraweh serta shalat malam.

 

         Wahai saudaraku yang sedang berpuasa, teladanilah pada orang yang Allah utus  untuk mengambil sikap teladan darinya. Allah berfirman:

ﯯ  ﯰﯱ  ﯲ  ﯳ  ﯴ  ﯵ   ﯶ  ﯷ     ﯸ         ﯹ  ﯺ  ﯻ  ﯼ   ﯽ  ﯾ  ﯿ

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"  (Q.S Al-Ahzaab 21)

      Sebagai penutup, marilah kita memohon pada Allah 'Azza Wa Jalla agar menerima puasa dan shalat malam kita dan agar Dia berkenan mengampuni dosa-dosa serta menghilangkan kegundahan kita. Sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Pelindung lagi Maha Berkuasa.

      Semoga shalawat dan salam tetap tercurah atas nabi kita Muhammad, keluarga beserta shahabat beliau.

        

 

Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan Manasik Haji

Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam tetap terlimpah atas Rasulullah. Amma ba'du:

*  Adab-adab haji dan umrah. Allah berfirman:

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats[1], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal"         (Q.S Al-Baqarah 197)

 

- Nabi r bersabda: "Disyari'atkannya thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i antara shafa dan marwah serta melempar jumrah adalah dalam rangka mengingat/dzikir pada Allah". Beliau r  juga bersabda: "Haji yang mabrur tidak ada balasannya melainkan surga".

 

- Wahai jamaah haji, lakukanlah amalan-amalan ibadah haji dalam rangka mengagungkan, memuliakan, rasa cinta dan ketundukan pada Allah Tuhan semesta alam. Laksanakan dengan penuh sakinah, tenang dan  sesuai dengan petunjuk Rasulullahr .

 

- Manfaatkan tempat-tempat yang agung tersebut dengan memperbanyak dzikir, takbir (Allahu Akbar), tasbih (Subhaanallah),  tahmid (Alhamdulillah) dan istighfar (Astaghfirullah). Semenjak anda mulai berihram, berarti anda dalam rangkaian ibadah hingga tahallul.

 

- Ibadah haji bukan dalam rangka tamasya atau bermain-main sekehendak hati seperti yang terjadi pada sebagian orang yang membawa alat permaianan dan nyanyian serta apa yang menghalangi dzikir pada Allah dan menjerumuskannya pada jurang kemaksiatan. Anda  bisa menyaksikan sebagian orang yang melampaui batas dalam bermain, tertawa, mengejek orang lain dll dari perbuatan yang diharamkan. Seakan-akan ibadah haji disyari'atkan untuk bersenda gurau dan bermain.

 

- Adalah wajib bagi anda wahai jamaah haji untuk memelihara apa yang Allah wajibkan pada diri anda berupa shalat jamaah pada waktunya dan amar makruf dan nahi mungkar.

- Sudah selayaknya anda untuk bersungguh-sungguh untuk berkhidmat serta berbuat baik pada kaum muslimin dengan memberi pengarahan, nasehat, dan bantuan ketika diperlukan. Selain itu dengan menyayangi orang yang lemah di antara mereka terutama di tempat-tempat yang berdesakan dll. Karena kasih sayang terhadap makhluk akan mendatangkan rahmat dari Sang Khaliq. Allah akan memberi rahmat pada hamba-hamba-Nya yang berkasih sayang. Jauhilah perbuatan rafats, kefasikan, maksiat dan perdebatan yang bukan dalam membela kebenaran. Adapun perdebatan untuk membela kebenaran adalah wajib pada tempatnya.

 

- Jauhilah sikap memusuhi atau mengganggu orang lain. Jauhilah ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), celaan, atau memukul (orang lain), begitu pula memandang wanita yang bukan muhrimnya. Karena hal itu adalah diharamkan baik ketika ihram maupun tidak. Akan tetapi lebih diharamkan ketika sedang ihram.

 

Dari Kitab: Al-Manhaj li Murid  Al-Umrah wal Hajj,  Syaikh Muhammad bin 'Utsaimin rahimahullah.

 

Hari Tarwiyah  (Tanggal delapan Dzul Hijjah)

 

* Amalan yang dilakukan :

 

1.   Disunnahkan untuk mandi dan memakai wewangian sebelum ihram.

 

2.   Disunnahkan bagi yang hajinya tamattu' untuk ihram haji sebelum tergelincir matahari.

 

3.   Niat ihram untuk haji dengan mengucapkan: Labbaika Hajjan (Ya Allah aku sambut panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah haji).

      Jika ia khawatir ada halangan untuk menyempurnakan hajinya, maka hendaklah ia mengucapkan syarat : وإن حَبَسَنِيْ حَابِسٌ فَمَحَلِّيْ حَيْثُ حَبَسَنِيْ

"Jika aku terhalang oleh sesuatu, maka tempat tahallulku adalah di tempat aku terhalangi"

Adapun jika ia tidak khawatir, maka tidak perlu mengucapkan syarat di atas.

 

         4.   Menuju Mina pada Hari Tarwiyah dan menginap di sana pada malam sembilan. Tidak keluar dari Mina kecuali setelah terbitnya matahari dan melakukan shalat lima waktu di sana.

 

          5.     Memperbanyak bacaan talbiyah. 

 

( لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ اْلحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ، لاَ شَرِيْكَ لَكْ )

“Kusambut panggilan-Mu, ya Allah.Kusambut panggilan-Mu. Kusambut panggilan-Mu.Tiada sekutu bagi-Mu.Kusambut panggilan-Mu.Sesungguhnya segala puji, karunia dan kekuasaan hanyalah milik-Mu.Tiada sekutu bagi-Mu”.   

Bacaan talbiyah ini tetap diucapkan hingga akan melempar Jumrah 'Aqabah pada Hari Kurban

 

          6. Mengqashar shalat yang empat raka'at tanpa jamak. Dengan melaksanakannya secara jamaah dan bersungguh-sungguh untuk melakukan shalat witir.

 

* Nasehat atas beberapa kesalahan:

 

1. Tetap memakai ihram dalam posisi idhtiba'  (pundak kanan terbuka) dalam melaksanakan semua amalan haji. Yang disyari'atkan adalah membuka pundak sebelah kanan ketika thawaf qudum atau thawaf umrah saja.

 

2. Keyakinan sebagian jamaah haji bahwa ihram adalah dengan memakai pakaian ihram semata. Yang benar, bahwa memakai pakaian adalah persiapan untuk ihram dan belum dikatakan ihram. Karena ihram adalah niat masuk/memulai amalan (haji).

 

3. Keyakinan sebagian orang adanya warna khusus pakaian ihram seperti hijau. Ini adalah keliru. Bagi wanita, ia berihram dengan menggunakan pakaian yang biasa ia pakai (namun bukan pakaian untuk berhias). Adapun pakaian yang sempit dan tipis maka tidak boleh dikenakan, baik ketika ihram maupun di luar ihram.

 

4. Shalat dengan menggunakan kain ihram bawah tanpa mengenakan kain ihram bagian atas. Ini adalah salah. Nabi r bersabda: "Janganlah salah seorang di antara kalian shalat dengan hanya memakai satu pakaian, sehingga pundaknya tidak ditutupi apa-apa"   (Muttafaq 'Alaihi)

 

5. Memendekkan janggut ketika ihram, padahal memangkas dan mencukur janggut adalah di larang dalam segala keadaan. Dagu termasuk dari janggut (jadi, janggut yang ada padanya juga tidak boleh di potong - pent).

 

6.  Keyakinan sebagian jamaah haji bahwa pakaian ihram yang ia pakai di miqat tidak boleh di ganti meski sudah kotor. Yang benar adalah boleh untuk menggantinya dengan semisalnya atau mencucinya.

 

7. Talbiyah secara berjamaah. Ini adalah tidak ada dasarnya.

 

8. Menjamak shalat ketika di Mina. Padahal yang disyari'atkan adalah mengqashar tanpa menjamak.

 

9. Memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada tempat-tempat ini. Yang merupakan tempat-tempat ibadah.

 

10. Tidak bermalam di Mina malam hari Arafah dengan tanpa uzur.

 

 

 

Hari Arafah (Tanggal sembilan Dzul Hijjah)

 

* Amalan yang dilakukan:

 

1.   Menuju Arafah setelah terbitnya matahari pada tanggal sembilan Dzul Hijjah.

 

2.   Tinggal sementara di Masjid Namirah hingga tergelincirnya matahari jika hal ini mudah dilakukan. Jika tidak, maka tidak mengapa, karena hukumnya adalah sunnah.

 

3.   Shalat Dzuhur dan Ashar secara jamak dan qashar (jamak takdim) seperti yang dilakukan Nabi r  agar tersedia banyak waktu untuk berada di Arafah dan berdoa.

 

4.   Disunnahkan bagi jamaah haji ketika di Padang Arafah untuk bersungguh-sungguh dalam dzikir, berdoa dan merendahkan diri pada Allah Ta'ala. Ketika berdoa, hendaklah mengangkat kedua tangan. Jika ia bertalbiyah atau membaca Al-Qur'an maka itu juga baik.

 

5.   Berada di Padang Arafah hingga terbenamnya matahari.

 

6.   Berbuat kebaikan pada sesama jamaah haji dengan memberikan minuman dan membagi makanan.

 

* Nasehat atas beberapa kesalahan:

 

1. Berada di luar batas Arafah. Padahal perbatasan Padang Arafah sudah ditandai dengan jelas. Berada di Padang Arafah adalah rukun yang tidak sempurna ibadah haji melainkan dengannya. (Lembah 'Uranah bukan termasuk dari Arafah).

 

2. Sebagian jamaah haji meninggalkan Arafah sebelum terbenamnya matahari. Ini adalah tidak diperbolehkan karena menyelisihi As-sunnah (tuntunan nabi r). Beliau menetap di sana hingga terbenamnya matahari.

 

3. Berpayah-payah menuju ke bukit (rahmah) dan menaikinya serta mengusapnya dan meyakini bahwa ia memiliki keutamaan. Hal ini adalah tidak ada dasarnya dari amalan nabi r.

 

4.  Sebagian jamaah haji  menghadap Jabal Rahmah ketika berdoa, walaupun kiblat di belakang, kanan, atau kiri mereka. Hal ini adalah menyelisihi sunnah. Karena yang dituntunkan adalah menghadap kiblat sebagai mana yang dilakukan nabi r.

 

5.  Pada Hari Arafah sibuk dengan tawa, canda, ucapan yang batil dan tidak dzikir serta berdoa di tempat yang agung tersebut.

 

6. Sebagian jamaah haji membawa kamera dan menggunakannya di tempat tersebut. Ini adalah hal yang tidak layak dilakukan jamaah haji.

 

 

Malam Muzdalifah   

 

* Amalan yang dilakukan:

 

1.  Dari Arafah berangkat menuju Muzdalifah setelah terbenamnya matahari dengan penuh sakinah dan khusyu'.

 

2. Shalat Maghrib dan Isya secara jamak dan qashar dengan satu adzan dan dua iqamah sesampainya di Muzdalifah.

 

3. Jika jamaah haji tidak mungkin sampai di Muzdalifah sebelum pertengahan malam, maka untuk lebih hati-hatinya agar shalat maghrib dan isya di jalan.

 

4. Bersegera tidur setelah shalat dan tidak sibuk dengan hal lainnya.

 

5. Menginap di Muzdalifah. Ini adalah hal yang wajib. Diperbolehkan bagi orang-orang yang lemah baik laki maupun perempuan untuk meninggalkan Muzdalifah di akhir malam setelah bulan tidak tampak lagi. Adapun siapa yang tidak lemah atau bersama orang yang lemah, maka ia tetap tinggal di Muzdalifah hingga Shalat Fajar/Subuh sebagai realisasi mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah r .

 

6. Bersegera melakukan Shalat Fajar, kemudian menuju Masy'aril haram[2]  lalu mengesakan Allah dan bertakbir dan berdoa apa yang ia inginkan sampai langit terlihat kuning sekali. Jika tidak mudah baginya menuju Masy'aril Haram, maka hendaklah ia berdoa di tempatnya. Berdasarkan sabda nabi r : "Aku berada di sini dan Muzdalifah seluruhnya adalah mauqif".

 

* Nasehat atas beberapa kesalahan:

 

1. Tidak berusaha menghadap kiblat ketika Shalat Maghrib, Isya atau Subuh. Yang wajib bagi jamaah haji adalah bertanya pada orang yang tahu arah kiblat.

 

2.  Di Muzdalifah sibuk memungut kerikil sebelum shalat, padahal kerikil boleh di pungut di Mina atau lainnya.

 

3. Tidak berusaha mencari batas Muzdalifah   ketika bermalam di sana.

 

4. Mengakhirkan Shalat Maghrib dan Isya hingga pertengahan malam. Ini tidak diperbolehkan.

 

5. Sebagian jamaah haji meninggalkan Muzdalifah sebelum pertengahan malam dan tidak menginap di sana padahal itu adalah termasuk dari wajib haji.

 

6. Dispensasi bagi mereka yang kuat untuk meninggalkan Mina sebelum subuh, padahal yang mendapatkan keringanan adalah mereka yang lemah. Adapun selain mereka, maka sebelum terbitnya matahari.

 

7. Menghidupkan malam Muzdalifah dengan shalat, dzikir atau membaca Al-Qur'an. Ini adalah menyelisihi Sunnah.

 

8. Mengakhirkan Shalat Subuh hingga mendekati terbitnya matahari atau setelahnya.

 

9. Tidur setelah Shalat Subuh.

 

10. Tergesa-gesanya jamaah haji ketika meninggalkan (Muzdalifah) dengan kendaraan mereka dan berdesakan dengan jamaah haji  sehingga terjadi kecelakaan.

 

 

Hari Kurban (tanggal sepuluh Dzul Hijjah)

 

* Amalan yang dilakukan:

 

1. Meninggalkan Muzdalifah menuju Mina sebelum terbitnya matahari dengan penuh sakinah dan kekhusyu'an.

 

2. Disunnahkan untuk lebih cepat ketika melewati wadi Muhassir, jika hal itu memungkinkan.

 

3. Menyibukkan diri dengan talbiyah hingga sampai di Jumrah 'Aqabah, lalu menghentikan bacaan, menjadikan Mina di sebelah kanan dan Ka'bah di sebelah kirinya, melempar Jumrah 'Aqabah dengan  tujuh kerikil secara berurutan, mengangkat tangan setiap kali lemparan dan bertakbir.

 

4. Jika jamaah haji sudah selesai dari melempar Jumrah 'Aqabah, hendaklah menyembelih hadyu. Disunnahkan baginya untuk menyembelih sendiri jika hal itu memungkinkan, sebagai mana yang dilakukan oleh nabi r. Ketika menyembelih mengucapkan: بسم الله والله أكبر، اللهم هذا منك ولك

"Allah Maha Besar, Ya Allah, ini adalah dari Engkau dan untuk-Mu, dengan menyebut nama Allah"

Hendaknya mengarahkan (hewan yang disembelih) ke arah kiblat.

 

5. Jika sudah selesai menyembelih, menggundul rambut atau memendekkannya. Menggundul adalah lebih utama. Tidak cukup hanya memendekkan sebagian rambut kepala, bahkan mesti meratakannya seperti halnya menggundul. Adapun bagi wanita, memendekkan (ujung rambut) sebesar ujung jari.

 

6. Setelah melempar Jumrah 'Aqabah dan menggundul atau memendekkan rambut, dibolehkan bagi orang yang sedang ihram melakukan apa saja kecuali berhubungan badan dengan istri. Inilah yang dinamakan tahallul awwal.

 

7. Disunnahkan setelah tahallul awal, untuk membersihkan diri, memakai wewangian dan menuju ke Mekkah untuk melakukan Thawaf  Ifadhah. Thawaf ini dinamakan (Thawaf Ziarah) yang merupakan rukun yang tidak sempurna haji melainkan dengannya. Setelah itu maka dihalalkan melakukan semuanya termasuk berjima' (dengan istri).

8. Sa'i antara Shafa dan Marwah bagi jamaah haji yang tamattu', ifrad dan qiran dan belum thawaf qudum.

9. Jika ia mendahulukan kurban sebelum lempar jumrah atau mencukur rambut, maka hal itu dibolehkan, walaupun yang lebih utama adalah melempar, kemudian menyembelih, lalu mencukur rambut dan thawaf.

 

* Nasehat atas beberapa kesalahan:

 

1.   Melempar jumrah dari kejauhan dan tidak memastikan sampainya (lemparan kerikil) ke tiang tugu atau ke dalam lubang jumrah.

 

2.   Sebagian orang yang fisiknya kuat mewakilkan dalam melempar, padahal mewakilkan hanya diperbolehkan bagi orang yang lemah dan semisalnya.

 

3.   Melempar jumrah dengan sandal atau batu besar dan semisalnya.

 

4.   Dalam setiap lemparan mengucapkan : اللهم إغضاباً للشيطان، وإرضاءً للرحمن

"Ya Allah (lemparan ini adalah untuk membuat marah setan dan meridhakan Ar-Rahman (Allah)"

 

5.  Berdiri untuk berdoa di samping Jumrah Aqabah.

 

6.  Keyakinan sebagian jamaah haji bahwa mereka melempar setan. Mereka namai tempat lempar jumrah dengan setan. Ini adalah keyakinan yang salah.

 

7.  Banyak hadyu yang sudah disembelih sia-sia, padahal mungkin untuk diberikan pada kaum fakir.

 

8.  Ramal  (berlari kecil) dan idhtiba'  (membuka pundak sebelah kanan) dalam thawaf ifadhah dan wada', padahal yang disyari'atkan pada thawaf pertama baginya.

 

9. Berdesakan untuk dapat mencium hajar aswad. Sehingga menyebabkan pertengkaran yang tidak sepantasnya dilakukan dalam ibadah dan tempat tersebut. Allah Ta'ala berfirman:

 

ﭑ  ﭒ   ﭓ  ﭕ  ﭖ  ﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ   ﭛ  ﭜ  ﭝ    ﭞ  ﭟ  ﭠ  ﭢ  ﭣ  ﭤ  ﭥ   ﭦ  ﭧ  ﭩ  ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭯ   ﭰ  ﭱ  ﭲ 

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats[3], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal"                   (Q.S Al-Baqarah 197)

      10. Keyakinan sebagin orang bahwa hajar aswad dapat memberikan manfaat. Sehingga anda dapati setelah mereka mengusap hajar aswad tersebut, mereka dengan tangan mereka ke seluruh bagian tubuh mereka. Ini adalah suatu kejahilan dan kesesatan. Yang dapat memberikan manfaat hanyalah Allah semata. Ketika Umar mengusap Hajar Aswad beliau mengatakan: "Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau tidak dapat memberikan mudharat ataupun manfaat. Seandainya aku tidak melihat rasulullah menciummu, tentulah aku tidak melakukannya.

 

      11. Sebagian jamaah haji  mengusap semua rukun/siku-siku Ka'bah, dan barangkali mereka juga mengusap dinding-dinding Ka'bah. Ini adalah suatu kejahilan dan kesesatan. Karena mengusap adalah merupakan ibadah dan pengagungan pada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia. Maka wajib untuk mengikuti tuntunan. Yang dicontohkan dari nabi r, beliau tidak mengusap dari Ka'bah kecuali Rukun Yamani dan Hajar  Aswad.

 

     12. Mencium Rukun Yamani. Yang disyari'atkan adalah mengusapnya.

 

     13. Mengkhususkan setiap putaran dengan doa khusus.

 

     14.  Berdoa secara bersama-sama. Ini akan menyebabkan kegaduhan bagi jamaah lain yang sedang thawaf dan ini adalah termasuk perbuatan bid'ah yang tidak ada dasarnya dari nabi r maupun para shahabat beliau.

 

     15. Langsung shalat di belakang maqam Ibrahim padahal masih penuh sesak. Shalat tersebut mungkin dilakukan di mana saja dari Masjidil Haram.

 

     16. Memanjangkan bacaan pada shalat sunnah thawaf, kemudian mengangkat kedua tangan dan berdoa setelahnya. Ini adalah menyelisihi tuntunan nabi r.

 

      17.  Thawafnya sebagian jamaah haji dengan bergandengan tangan, ini akan membuat sesak hamba-hamba Allah (jamaah haji lainnya).

 

     18.  Thawaf sekeliling Ka'bah dengan melewati dalam Hijir Ismail, ini adalah tidak benar.

 

     19.  Bertakbir ketika mendekati Rukun Yamani dan tidak mengusapnya.

 

    20. Menjamak shalat-shalat selama di Mina.

 

     21. Tidak menginap di Mina.

 

 

Hari-hari Tasyriq (Tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah)

 

* Amalan yang dilakukan :

 

1. Para jamaah haji kembali menuju Mina pada Hari Raya setelah thawaf dan sa'i. Mereka tinggal di sana sampai selesai hari-hari tasyriq dan malam-malamnya. Bagi mereka yang hendak meninggalkan Mina pada tanggal dua belas, maka wajib baginya menginap malam sebelas dan malam dua belas. Adapun malam tiga belas bagi mereka yang ingin tetap tinggal.

 

2. Melempar jumrah yang tiga, dimulai dari jumrah yang kecil (Sughra), sedang(Wustha) kemudian yang besar (Aqabah). Melempar pada setiap jumrah tujuh kerikil secara berurutan dan bertakbir pada setiap lemparan. Lempar jumrah dilakukan setelah tergelincirnya matahari.

 

3. Disunnahkan setelah melempar untuk ke samping kanan dan menghadap kiblat lalu berdoa dalam waktu yang lama sambil mengangkat kedua tangan. Ini dilakukan di Jumrah Sughra (kecil) dan Wustha (tengah). Dan tidak dilakukan di Jumrah 'Aqabah.

 

4. Thawaf Wada', inilah amalan haji yang terakhir.

 

5. Memanfaatkan hari-hari (haji) dalam rangka ketaatan pada Allah yaitu dengan membaca Al-Qur'an, dzikir dan takbir dll.

 

* Nasehat atas beberapa kesalahan:

 

1. Tidak berdoa di samping Jumrah Sughra dan Wustha.

 

2. Melempar jumrah sebelum tergelincirnya matahari padahal waktu melempar dimulai dengan tergelincirnya matahari.

 

3. Melempar kerikil dengan kasar sambil berteriak dan mencela yang diarahkan untuk setan-setan menurut anggapan mereka. Ini adalah suatu kejahilan. Disyari'atkan melempar jumrah adalah untuk mengingat Allah. Karena itulah nabi r bertakbir setiap kali melempar.

 

4. Berdoa di samping Jumrah 'Aqabah.

 

5. Sebagian jamaah haji memulai melempar dari Jumrah 'Aqabah kemudian Wustha lalu Sughra, ini adalah keliru. Yang benar adalah sebaliknya.

 

6. Melempar kerikil sekaligus dengan satu tangan, ini adalah kesalahan fatal. Sebagian ulama mengatakan: (Jika seseorang melempar dengan satu tangan lebih dari satu kerikil, maka tidak teranggap kecuali satu kerikil saja). Yang wajib yaitu melempar satu kerikil satu kerikil sebagaimana yang dilakukan nabi r.

 

7. Sebagian jamaah haji meremehkan dalam melempar jumrah. Sehingga anda dapati mereka mewakilkan pada orang lain padahal mereka mampu melakukannya. Ini adalah menyelisihi apa yang Allah Ta'ala perintahkan untuk menyempurnakan ibadah haji dalam firman-Nya: ﮱ  ﯓ  ﯔ  ﯕ

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah"     (Q.S Al-Baqarah 196)

 

8. Sebagian mereka mewakilkan dalam melempar lalu meninggalkan (Mina) pada sore hari tanggal sebelas (Dzul Hijjah), sehingga ia tidak menginap (malam dua belas) dan tidak melempar (untuk keesokan harinya).

 

9. Sebagian jamaah haji pada hari raya berangkat dari Mina untuk menunaikan thawaf wada'  sebelum melempar jumrah, lalu mereka kembali (ke Mina) untuk melempar jumrah lantas kembali (ke negeri mereka). Ini adalah tidak diperbolehkan, karena menyelisihi perintah nabi r agar akhir perjanjian jamaah haji adalah (thawaf) mengelilingi ka'bah/Thawaf wada', sebagai amalan terakhir jamaah haji.

 

Kami memohon pada Allah Yang Maha Pemurah agar mengabulkan amalan shalih kita semua, semoga shalawat dan salam tetap tercurah nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat beliau.

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam tetap terlimpah pada yang tidak ada nabi sesudahnya, Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba'du:

 

Saya telah menelaah penjelasan dan peringatan berkaitan dengan amalan haji dan apa yang dilakukan jamaah haji selama musim haji. Dan beberapa kesalahan yang terjadi pada  sebagian orang.

 

Saya mendapatkan tulisan ini cocok dan isinya adalah benar. Bagi setiap muslim agar mempelajari tuntunan nabi dan menerapkannya. Allah-lah Maha Pemberi taufik. semoga shalawat dan salam tetap tercurah nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat beliau.

 

Syaikh Abdullah bin Abdurrhaman Al-Jibrin

 



[1] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. (pent)

[2] Yang dimaksud adalah Quzah, yaitu gunung yang sangat terkenal di Muzdalifah. Hadits ini merupakan hujjah/alasan para ulama fikih bahwa Masy'ar il Haram adalah Quzah. Jumhur ulama tafsir dan sejarah serta ulama hadits berkata: Masy'aril Haram adalah seluruh wilayah Muzdalifah. Lihat Syarah Muslim oleh Imam Nawawi rahimahullah (pent)

[3] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. (pent)

Keistimewaan Sedekah





Keistimewaan Sedekah

( Renungan Bagi Orang Sakit )

 

Segala puji hanya milik Allah, kita selalu memujiNya dikala senang maupun susah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah -yang pernah mengalami sakit dan tertimpa cobaan- , kepada keluarga dan sahabat beliau yang penyabar lagi ridha terhadap taqdir Allah.

           Pada zaman ini berbagai penyakit semakin menyebar dan banyak macamnya. Bahkan beberapa penyakit tidak bisa ditangani oleh dokter dan belum ditemukan obatnya, seperti kanker dan semisalnya, meskipun sebenarnya obat penyakit tersebut ada. Allah tidak menciptakan suatu penyakit, melainkan ada obatnya. Namun obat tersebut belum diketahui, karena suatu hikmah tertentu yang dikehendaki oleh Allah.

           Mungkin penyebab utama banyaknya penyakit adalah banyaknya kemaksiatan dan dilakukan dengan terang-terangan tanpa malu. Kemaksiatan yang menyebar ditengah masyarakat dapat membinasakan mereka. Allah berfirman yang artinya:

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri" (Surat Asy Sura 30)

  

Diantara hikmah penyakit yang diderita seorang hamba adalah sebagai ujian dari Allah kepadanya, dunia adalah tempat berseminya berbagai musibah, kesedihan, kepedihan dan penyakit.

           Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa perihnya, mereka telah  melakukan berbagai macam ikhtiar namun mereka melewatkan sebab penyembuhan yang hakekatnya dari Allah. Maka saya tergerak menulis untuk semua orang yang sedang sakit, agar rasa duka dan sedihnya lenyap, dan penyakitnya dapat terobati.

 

           Wahai anda yang sedang sakit menahan lara, yang sedang gelisah menanggung duka , yang tertimpa musibah dan bala, Semoga keselamatan selalu tercurah kepadamu, sebanyak kesedihan yang menimpamu, sebanyak duka nestapa yang kau rasakan.

             Penyakitmu telah memutuskan hubunganmu dengan manusia, menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain tertawa sedang engkau menangis. Sakitmu tidak kunjung reda, tidurmu tidak nyenyak, engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan semua yang engkau punya.

           Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu, namun saya akan memberimu obat mujarab dan membuatmu terlepas dari derita yang bertahun tahun. Obat ini didapat dari sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

"Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah"

(Dihasankan oleh syaikh Albani dalam Shahihul Jami')

  

           Benar saudaraku, obatnya adalah sedekah dengan niat mencari kesembuhan. Mungkin engkau telah banyak sedekah, namun tidak engkau niatkan agar Allah menyembuhkanmu dari penyakit yang engkau derita. Cobalah sekarang dan hendaknya engkau yakin bahwasanya Allah akan menyembuhkanmu. Berilah makan orang fakir, atau tanggunglah beban anak yatim, atau wakafkanlah hartamu, atau keluarkanlah sedekah jariahmu. Sungguh sedekah dapat menghilangkan penyakit dan kesulitan, musibah atau cobaan. Mereka dari golongan Allah yang diberi taufik oleh Allah telah mencoba resep ini. Akhirnya mereka mendapatkan obat ruhiyah yang lebih mujarab dari obat jasmani. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengobati dengan obat ruhiyah sekaligus obat ilahiyah. Para salafush shalih juga mengeluarkan sedekah yang sepadan dengan penyakit dan musibah yang menimpa mereka. Mereka mengeluarkan harta mereka yang paling mereka cintai. Jangan kikir untuk dirimu sendiri, jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. Inilah kesempatannya telah datang..!!

 

           Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya pada para tabib, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnul Mubarak pun berkata kepadanya, "Pergilah dan galilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang engkau gali dan dapat menyembuhkan sakit  di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali sumur dan ia pun sembuh". (Kisah ini terdapat dalam Shahihut Targhib).

  

           Seorang laki-laki pernah ditimpa penyakit kanker. Ia lalu mencari obat keliling dunia, namun ia tidak mendapatkannya. Ia kemudian bersedekah pada seorang janda yang memiliki anak-anak yatim dan Allah pun menyembuhkannya.

 

           Kisah lain, orang yang mengalami kisah ini menceritakan kepadaku, ia berkisah, "Anak perempuan saya yang masih kecil tertimpa penyakit di tenggorokannya. Saya membawanya ke beberapa rumah sakit. Saya menceritakan penyakitnya kepada banyak dokter, namun tidak ada hasilnya. Dia belum juga sembuh, bahkan sakitnya tambah parah. Hampir saja saya ikut jatuh sakit karena sakit anak perempuan saya yang mengundang iba semua keluarga. Akhirnya dokter memberinya suntikan untuk mengurangi rasa sakit, hingga kami putus asa dari semuanya kecuali dari rahmat Allah. Hal itu berlangsung sampai datangnya sebuah harapan dan dibukanya pintu kelapangan. Seorang shalih menghubungi saya dan menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "Obatilah orang sakit diantara kalian dengan sedekah" (Dihasankan oleh Albani dalam Shahihul Jami') Saya berkata, "Saya telah banyak bersedekah". Ia pun menjawab, "Bersedekahlah kali ini dengan niat untuk kesembuhan anak perempuanmu". Sayapun mengeluarkan sedekah sekedarnya untuk seorang fakir, namun tidak ada perubahan. Saya kemudian mengabarinya dan ia berkata, "Engkau adalah seorang yang banyak mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah, hendaknya engkau bersedekah sebanding dengan banyaknya hartamu". Sayapun pergi pada kesempatan kedua, saya penuhi isi mobil saya dengan beras, ayam dan bahan-bahan sembako dan makanan lainnya dengan menghabiskan uang yang cukup banyak. Saya lalu membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan dan mereka senang dengan sedekah saya. Demi Allah saya tidak pernah menyangka bahwa setelah saya mengeluarkan sedekah itu anak saya tidak perlu disuntik lagi, anak saya sembuh total walhamdulillah. Saya yakin bahwa faktor (yang menjadi sebab) paling besar yang dapat menyembuhkan penyakit adalah sedekah. Sekarang sudah berlalu tiga tahun, ia tidak merasakan penyakit apapun. Semenjak itu saya banyak mengeluarkan sedekah khususnya berupa wakaf. Setiap saat saya merasakan hidup penuh kenikmatan, keberkahan, dan sehat sejahtera baik pada diri pribadi maupun keluarga saya.

           Saya mewasiatkan kepada semua orang sakit agar bersedekah dengan harta mereka yang paling mereka cintai, dan mengeluarkan sedekah terus menerus, niscaya Allah akan menyembuhkannya walaupun hanya sebagian penyakit. Saya yakin kepada Allah dengan apa yang saya ceritakan. Sungguh Allah tidak melalaikan balasan untuk orang yang berbuat baik.

  

   Kisah lainnya, diceritakan oleh pelakunya sendiri. Ia berkata, "Saudara laki-laki saya pernah pergi ke suatu tempat. Ditengah jalan ia berhenti. Sebelumnya ia tidak pernah mengeluh sakit apapun. Pada saat itu tiba-tiba ia jatuh pingsan, seolah-olah peluru menembus kepalanya. Kami mengira ia tertimpa al 'ain (sakit karena pengaruh mata dengki seseorang) atau kanker atau penyempitan pembuluh darah. Kami lalu membawanya ke berbagai klinik dan rumah sakit. Kami melakukan berbagai macam pemeriksaan dan roentgen. Hasilnya, kepalanya normal saja, namun ia mengeluh sakit yang membuatnya tidak bisa berbaring. Juga tidak bisa tidur dan hal ini berlangsung lama. Bahkan jika sakitnya parah, ia tidak bisa bernapas apalagi berbicara.

Saya lalu bertanya kepadanya, "Apakah engkau mempunyai harta yang bisa kami sedekahkan? Semoga Allah menyembuhkanmu". Ia menjawab, "Ada". Lalu ia memberiku kartu ATM dan aku cairkan dari kartu tersebut sekitar tujuh belas juta rupiah. Setelah itu saya menghubungi salah seorang yang shalih yang mengenal beberapa orang fakir, agar ia membagikan uang tersebut kepada mereka. Saya bersumpah demi Allah yang maha mulia, saudara saya sembuh dari sakitnya pada hari itu juga, sebelum orang-orang fakir itu menerima harta titipan tersebut. Saya benar-benar yakin bahwa sedekah mempunyai pengaruh yang besar bagi kesembuhan penyakit seseorang. Sekarang sudah berlalu satu tahun, ia sama sekali tidak mengeluhkan sakit di kepalanya lagi, alhamdulillah. Dan saya wasiatkan kepada kaum muslilimin agar mengobati penyakit mereka dengan sedekah.

 

   Berikut kisah lainnya, pelakunya sendiri yang menceritakan kisah ini. Ia berkata, "Anak perempuan saya menderita sakit demam dan panas. Ia tidak mau makan. Saya membawanya ke beberapa klinik, namun panasnya masih tinggi dan keadaannya semakin memburuk. Saya masuk rumah dengan gelisah. Saya bingung apa yang harus saya perbuat. Istri saya berkata, "Kita akan bersedekah untuknya". Saya lalu menghubungi seseorang yang mengenal orang-orang miskin. Saya berkata kepadanya, "Saya harap anda datang shalat bersama saya di masjid. Ambillah dua puluh kantong beras dan dua puluh kotak ayam di tempat saya, lalu bagikanlah kepada orang-orang yang membutuhkan". Saya bersumpah demi Allah dan saya tidak melebih-lebihkan cerita, lima menit setelah saya menutup telpon, tiba-tiba saya melihat anak saya menggerak-gerakkan kaki dan tangannya, bermain dan melompat diatas tempat tidur. Ia pun makan hingga kenyang dan sembuh total. Ini semua berkat karunia Allah kemudian sebab sedekah. Saya wasiatkan semua orang untuk mengeluarkan sedekah ketika tertimpa penyakit".

 

           Marilah saudaraku, pintu telah terbuka, tanda kesembuhan telah tampak di depanmu. Bersedekahlah dengan sungguh-sungguh dan percayalah kepada Allah. Jangan seperti orang yang melalaikan resep yang mujarab ini, hingga ia tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk bersedekah lagi. Padahal bertahun-tahun ia menderita sakit dan mondar mandir ke dokter untuk mengobati penyakitnya, dengan merogoh banyak uang dari sakunya.

  

           Jika engkau telah mencoba resep ini dan engkau sembuh, jadilah orang yang selalu menolong orang lain dengan harta dan usahamu. Jangan engkau membatasi diri dengan sedekah untuk dirimu sendiri, namun obatilah penyakit orang-orang yang sakit dari keluargama dengan sedekah. Jika engkau tidak sembuh total, ketahuilah engkau sebenarnya telah disembuhkan walau sedikit. Keluarkan sedekah lagi, perbanyak sedekah semampumu. Jika engkau masih belum sembuh, mungkin Allah memperpanjang sakitmu untuk sebuah hikmah yang dikehendakiNya atau karena kemaksiatan yang menghalangi kesembuhanmu. Jika demikian cepatlah bertaubat dan perbanyak doa di sepertiga malam terakhir.

   Sedangkan bagi anda yang diberikan nikmat sehat oleh Allah, jangan tinggalkan sedekah dengan alasan engkau sehat. Seperti halnya orang yang sakit bisa sembuh maka orang sehatpun bisa sakit. Sebuah pepatah mengatakan, "Mencegah lebih baik dari mengobati".

   Apakah engkau akan menunggu penyakit hingga engkau berobat dengan sedekah? Jawablah…! Kalau begitu bersegeralah bersedekah.

 

Kehidupan Sehari-hari yang Islami

 



Kehidupan Sehari-hari yang Islami

 

1.       Apakah anda selalu shalat subuh berjamaah di masjid setiap sehari ?

2.       Apakah anda selalu menjaga shalat yang lima waktu di masjid  ?

3.       Apakah anda hari ini membaca Al-Qur’an  ?

4.       Apakah anda rutin membaca dzikir setelah selesai melaksanakan shalat wajib  ?

5.       Akakah anda selalu menjaga shalat sunnah rawatib sebelum atau sesudah shalat wajib   ?

6.       Apakah anda hari ini khusyu dalam  shalat, menghayati apa yang anda baca ?

7.       Apakah anda (hari ini) mengingat mati dan kubur ?

8.       Apakah anda (hari ini) mengingat hari kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya   ?

9.       Apakah anda telah memohon kepada Allah sebanyak tiga kali agar memasukkan anda ke dalam sorga?  Sesungguhnya barangsiapa yang memohon demikian, sorga berkata; “Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam sorga”.

10.    Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali? Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata; ”Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka".(Berdasarkan hadits Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya, "Barangsiapa yang memohon sorga kepada Allah sebanyak tiga kali, sorga berkata; “wahai Allah masukkanlah ia ke dalam sorga.Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata; “wahai Allah selamatkan ia dari api neraka” HR Tirmidzi dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahih Al Jami’ no. 911.

11.    Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ?

12.    Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?

13.    Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?

14.    Apakah anda hari ini menangis karena takut kepada Allah ?

15.    Apakah anda selalu membaca dzikir pagi dan sore hari ?

16.    Apakah anda hari ini telah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosamu ? 

17.    Apakah anda telah memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid ? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid, maka Allah akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal diatas tempat tidur”  H.R.Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Hakim dan ia menshahihkannya.

18.    Apakah anda telah berdoa kepada Allah agar Ia menetapkan hati anda atas agamaNya   ?

19.    Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdoa kepada Allah di waktu-waktu yang mustajab ?

20.    Apakah anda telah membeli buku-buku Islam untuk memahami agama ?

21.    Apakah anda telah memintakan ampun kepada Allah untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah? karena setiap mendo’akan mereka engkau akan mendapatkan kebajikan pula.

22.    Apakah anda telah memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas nikmat Islam?

23.    Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?

24.    Apakah anda hari ini telah besedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya  ?

25.    Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi dan berusaha untuk marah apabila aturan-aturan Allah dilanggar ?

26.    Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri  ?

27.    Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah ?

28.    Apakah anda telah mendakwahi keluarga, saudara-saudara, tetangga dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda ?

29.    Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?

30.    Apakah anda mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” jika mendapatkan musibah ?

31.    Apakah anda hari ini mengucapkan doa ini:

اللْهمَّ إنِيّ أعُوذ بِكَ أنْ أشْركَ بِكَ وَأنَا أعْلَمُ وَأسْتَغْفِركَ لِمَا لا أعْلَم

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepadaMu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”

Barangsiapa mengucapkan demikian, Allah akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. Lihat Shahih Al Jami’ no 3625.

32.    Apakah anda berbuat baik kepada tetangga ?

33.    Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad dan dengki ?

34.    Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?

35.    Apakah anda takut kepada adzab Allah sehingga hati-hati dalam hal penghasilan, makanan dan minuman serta pakaian ?

36.    Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya disegala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?

Wahai saudaraku seiman...

Jawabalah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan agar engkau menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat insya Allah.