Istiqomah Setelah Ramadhan

2. Istiqomah Setelah Ramadhan


Khutbah Pertama


الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر، ولله الحمد، الله أكبر كلما أفاضَ الربُّ على الخلق من الخيرات، الله أكبر كلما تجاوزَ عن السيئات، الله أكبر كلما رفعَ السائِلون أيديهم

لإلى الله بأنواع الحاجات، الله أكبر عدد ما أعدَّ الله للصائمين من قُرَّة أعينٍ في الجنات، الله أكبر رِضا نفسه، وزِنةَ عرشه، ومِدادَ كلماته، وعددَ خلقه.

لوأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له المُلك وله الحمدُ، وأشهد أن نبيَّنا وسيِّدَنا محمدًا عبده ورسوله أفضلُ من صلَّى وصام، ووفَّى كلَّ مقامٍ لربِّه من التعبُّد، اللهم صلِّ وسلِّم

لوبارِك على عبدِك ورسولِك محمدٍ، وعلى آله وصحبِه الذين فازُوا بالسَّبق إلى الطاعات والتفرُّد.

لللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Ibadallah,

Khotib berwasiat kepada diri pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah dalam setiap waktu. Karena kita tidak akan mampu mencapai kebaikan di dunia dan di akhirat kecuali dengan ketakwaan.

لوَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” [Quran Al-Baqarah: 197].

Kaum muslimin,

Sekarang kita berada di Hari Raya Idul Fitri. Hari ini dinamakan “Yaumun Jawa-iz”. Yakni hari pemberian balasan atau pemberian hadiah. Pada hari ini, pahala dan ganjaran orang-orang yang berbuat kebaikan dicukupkan. Allah Ta’ala mengampuni dosa.

Melindungi hamba-hamba-Nya dari siksa. Pena-pena pencatat di bulan Ramadhan telah diangkat. Lembaran-lembarannya telah mengering dengan catatan-catatan amal yang kita isi. Jika kita mengisinya dengan kebaikan, maka catatan yang berisi adalah kebaikan. Jika kita isi dengan keburukan, maka isinya pun keburukan.

Allah, Rabb kita Yang Maha Penyayang memberi kabar gembira kepada orang-orang yang taat. Dan Dia tidak membuat orang-orang yang bermaksiat putus asa dari kasih sayang-Nya. Mereka bisa mengharap rahmat-Nya dengan taubat di bulan Ramadhan atau bulan-bulan lainnya.

Wahai orang-orang yang berbuat kebajikan, istiqomahlah. Wahai orang-orang yang berlaku buruk, berhentilah. Janganlah tertipu dengan kehidupan dunia ini. Karena kehidupan dunia ini hanyalah hiasan. Akan hilang masa-masa indahnya. Akan sirna kenikmatannya.

Keadaannya senantiasa silih berganti. Kebahagiaannya tidak langgeng.

Dan seseorang tidak pernah selalu berada dalam posisi dalam kehidupan dunia ini. Adapun akhirat adalah tempat yang kekal. Kenikmatannya langgeng. Dan adzabnya adalah adzab yang pedih.

Hari Id ini adalah hari dimana Anda mendapatkan kabar gembira dengan kebaikan yang banyak. Dari Saad bin Aus al-Anshari, dari ayahnya radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

لقال رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: «إذا كان يومُ عيد الفِطر وقفَت الملائكةُ على أبوابِ الطُّرق، فنادَوا: اغدُوا يا معشر المُسلمين إلى ربٍ كريمٍ، يمُنُّ بالخير ثم يُثيبُ عليه

لالجَزيل، لقد أُمِرتم بقيام الليل فقُمتُم، وأُمِرتم بصيام النهار فصُمتُم، وأطعتُم ربَّكم فاقبِضُوا جوائِزَكم. فإذا صلَّوا نادَى مُنادٍ: ألا إن ربَّكم قد غفرَ لكم، فارجِعوا راشِدين إل

لرِحالِكم، فهو يومُ الجائِزة، ويُسمَّى ذلك اليومُ في السماء: “يوم الجائِزة”»؛ رواه الطبراني في “المعجم الكبير

“Saat pagi hari raya Idul Fithri, malaikat berdiri di pinggir-pinggir jalanan seraya menyeru: “Berangkatlah kalian wahai kaum muslimin, menuju Allah Rabb Yang Maha Pemurah, yang senantiasa memberikan anugerah berupa pertolongan menjalankan kebaikan sekaligus memberikan pahala besar atas kebaikan tersebut.

Sungguh benar-benar kalian diperintahkan melakukan shalat malam dan kalian menjalankannya. Kalian diperintah berpuasa pada siang hari, lalu kalian pun berpuasa dan taat kepada Rabb kalian, maka terimalah balasan pahala kalian!” Ketika kaum muslimin telah usai melaksanakan shalat Id, maka ada malaikat yang menyeru: “Ingatlah, sesungguhnya Rabb kalian telah mengampuni kalian. Kembalilah ke rumah-rumah kalian dengan hati yang senang. Ini adalah hari al-Jaizah. Dan di langit juga dinamakan demikian.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لإذا كان يوم عيد الفطر هبطت الملائكة إلى الأرض في كل بلد فيقفون على أفواه السكك ينادون بصوت يسمعه جميع خلق الله إلا الجن والإنس يا أمة محمد اخرجوا إلى رب كريم يعطي

لالجزيل ويغفر الذنب العظيم فإذا برزوا إلى مصلاهم قال الله تعالى : “يا ملائكتي ما جزاء الأجير إذا عمل عمله فيقولون : إلهنا وسيدنا أن توفيه أجره ، فيقول عز وجل : أشهدكم

لأني قد جعلت ثوابهم من صيامهم وقيامهم رضاي ومغفرتي ، ويقول : سلوني فوعزتي وجلالي لا تسألوني اليوم شيئا في جمعكم هذا لآخرتكم إلاّ أعطيتكموه ولا لدنياكم إلا نظرت لكم،

لانصرفوا مغفوراً لكم، قد أرضيتموني ورضيت عنكم. (حديث مرفوع خرجه سلمة بن شبيب في كتاب فضائل رمضان وغيره)

“Saat hari raya Idul Fitri, malaikat turun ke bumi di setiap negeri. Mereka berhenti di sana seraya berseru yang suaranya didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia, “Wahai umat Muhammad, keluarlah kalian menuju Rabb Yang Maha Mulia. Yang memberikan ganjaran dan mengampuni dosa yang besar.

Apabila kaum muslimin telah sampai pada tempat sholat mereka, Allah berfirman, “Wahai malaikatku, apakah ganjaran bagi orang apabila telah selesai dari pekerjaannya?” Malaikat menjawab, “Tuhan kami, tentu ia diberikan upahnya”. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Saksikanlah bahwa Aku memberikan ganjaran dari puasa dan sholat mereka dengan keridhoan dan ampunan-Ku.”

Kemudian Allah berfirman, “Mintalah dengan kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, tidaklah kalian meminta sesuatu pada hari ini untuk akhirat kalian kecuali Aku berikan untuk kalian. Dan tidaklah untuk perihal dunia kalian kecuali Aku perlihatkan untuk kalian. Pulanglah dengan ampunan untuk kalian. Kalian telah membuat-Ku ridho dan Aku telah ridho pada kalian.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Shalat Id adalah wujud dari sempurnanya ketaatan. Idul Fitri sendiri hadir setelah sempurnanya puasa. Sedangkan Idul Adha hadir setelah sempurnanya rukun haji. Kaum muslimin pada hari ini menikmati sesuatu yang baik dan yang Allah halalkan. Dengan shalat, syariat telah memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh badan. Dengan badan yang sehat akan membantu dalam mengerjakan amalan ketaatan. Badan yang sehat akan membantu manusia menjalankan peranannya dalam kehidupan. Demikian juga dengan ruh. Syariat telah memberikan tuntunan yang dapan mensucikannya dan menguatkannya. Yaitu dengan melakukan amalan-amalan wajib dan sunat.

Di hari kemarin, diharamkan pada kaum muslimin di siang hari: makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa. Pada hari ini kita wajib berbuka, yaitu makan. Dari Abu Said radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang puasa pada dua hari: hari Idul Fitri dan Hari menyembelih.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

للهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan kebaikan dan keberkahan,

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan setelah usai menunaikan ibadah di bulan Ramadhan kemarin. Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah tentang diterima atau tidaknya amalan kita. Orang-orang shaleh sebelum kita, sangat khawatir amalan ibadah mereka tidak diterima.

Mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima. Permohonan itu mereka lakukan bukan hanya satu atau dua hari, tapi hingga enam bulan setelah usai bulan Ramadhan mereka terus memohon kepada Allah agar amalan Ramadhan mereka diterima.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 60).

Ayat di atas, kata Syaikh As-Sa’di rahimahullah menceritakan tentang orang-orang yang melakukan shalat, zakat, haji dan sedekah serta amalan lainnya, namun hati mereka dalam keadaan takut.

Mereka khawatir dengan amalan mereka ketika dihadapkan di hadapan Allah, bisa jadi amalan mereka tidak selamat dan malah mendapatkan siksa-Nya. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 583)

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang-orang yang dimaksud dalam ayat di atas, apakah mereka itu melakukan zina, mencuri dan minum minuman keras. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لاَ يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِى الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

“Tidak wahai binti Ash-Shiddiq (puteri Abu Bakr Ash-Shiddiq, pen.). Akan tetapi, mereka itu rajin puasa, shalat dan sedekah. Namun mereka khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka itu adalah orang-orang yang bersegera dan terdepan dalam kebaikan.” (HR. Tirmidzi, no. 3175; Ibnu Majah, no. 4198. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Karena Allah Ta’ala menyatakan,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27).

Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala

Berikutnya, hal yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana agar tetap istiqomah usai Ramadhan. Karena muslim yang hakiki adalah yang senantiasa menjaga ketakwaannya sepanjang umurnya. Mukmin yang benar adalah mukmin yang menjaga amalnya dengan taat pada Allah dan menjauhi maksiat dan larangan Allah.

Ia terus menjaga iman dan takwanya tadi sampai maut menjemputnya. Walaupun bulan Ramadhan telah usai, tapi hak Allah atas kita belum usai hingga ajal menjemput kita. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” [Quran Al-Hijr: 99]

Allah adalah Rabb pemiliki dan penguasa di bulan Ramadhan. Dia juga memiliki dan menguasai bulan-bulan lainnya. Karena itu tetaplah menjaga ketaatan. Apa yang sudah Anda biasakan di bulan Ramadhan jangan Anda tinggalkan begitu saja.

Anda telah merajut rapi benang-benang hingga menjadi sesuatu yang indah, jangan Anda rusak tenunan yang telah susah payah Anda buat. Allah Ta’ala berfirman,

وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” [Quran An-Nahl: 92].

Seorang hamba diperintahkan menjauhi apa yang dilarang oleh Rabbnya. Dia memerintahkan pada sesuatu yang maslahat. Dan melarang segala hal yang berbahaya, merusak, dan membinasakan. Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى (36) أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim).” [Quran Al-Qiyamah: 36-37].

Maksudnya, apakah manusia mengira kami menciptakan mereka tanpa perintah dan larangan? Kemuliaan seorang hamba adalah dengan menaati tuannya. Keberhasilan, kebaikan, dan kebahagiaannya terdapat pada beribadah kepada Allah.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Keadaan seseorang setelah Ramadhan itu ada dua macam :

Lebih baik dari sebelum Ramadhan. Ia jadi orang yang kembali pada Allah, semangat dalam kebaikan, semangat dalam ibadah, rutin menghadiri shalat Jumat dan jamaah, terus istiqamah dan menjauhi maksiat, itu tanda amalannya diterima.

Keadaannya sama dengan sebelum Ramadhan. Walaupun taruhlah Allah menerima amalannya di bulan Ramadhan, namun ia balik ke belakang lagi dengan cepat, ia kembali lagi bermaksiat, ia tinggalkan ibadah, ia terjang larangan Allah, ia lalaikan shalat, hingga senang kembali melakukan maksiat dengan pendengaran, penglihatan, anggota badan, perkataan, perbuatan dan hartanya; orang semacam ini sebenarnya semakin jauh dari Allah. Wal ‘iyadzu billah.

Perhatikan perkataan dari Ka’ab,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ هُوَ يُحَدِّثُ نَفْسَهُ إِذَا أَفْطَرَ مِنْ رَمَضَانَ لَمْ يَعْصِ الله دَخَلَ الجَنَّةَ بِغَيْرِ مَسْأَلَةٍ وَ لاَ حِسَابٍ وَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ هُوَ يُحَدِّثُ نَفْسَهُ إِذَا أَفْطَرَ عَصَى رَبَّهُ فَصِيَامُهُ عَلَيْهِ مَرْدُوْدٌ

“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan terbetik dalam hatinya, nantinya ba’da Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, ia bertekad tidak akan bermaksiat pada Allah, maka ia akan masuk surga tanpa masalah, tanpa dihisab. Namun siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan ia terbetik dalam hatinya ba’da Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, ia akan bermaksiat pada Allah, maka puasanya tertolak.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Intinya, jangan jadikan ibadah hanya pada bulan Ramadhan saja.

Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan,

بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Beribadahlah sampai mati.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99).

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa Allah tidak menjadikan batasan waktu untuk beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 392)

Dalam Kitab Tafsirnya (4: 666), Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa ayat di atas jadi dalil bahwa ibadah seperti shalat dan lainnya, wajib dijalankan oleh setiap orang selama akal masih ada. Apa pun keadaannya, ia tetap shalat.

Dalam hadits shahih dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari ‘Imran bin Hushain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, shalatkan dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu, shalatlah dengan tidur menyamping.” (HR. Bukhari, no. 1117).

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

لأَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

لاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

لاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Bagaimana kita bisa istiqamah dalam beramal bada Ramadhan?

Pertama : Perbanyak doa minta istiqamah seperti,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” (HR. Tirmidzi, no. 2140; Ibnu Majah, no. 3834. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua : Kumpul dengan teman-teman yang shalih yang mengantarkan pada kebaikan.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28). Dalam ayat ini ada perintah untuk berteman dengan orang shalih.

Karena berkumpul dengan orang shalih, hati akan menjadi tenang. Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ

“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.” (Siyar A’lam An- Nubala’, 8: 435).

Di antara cara agar bertemu dengan orang-orang shaleh adalah tetap menjaga shalat lima waktu di masjid. Menghadiri pengajian-pengajian yang diadakan di masjid. Pengajian-pengajian yang di dalamnya dibahas Alquran dan hadits-hadits Rasulullah.

Ketiga : Beribadah yang ajeg walau sedikit, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai di sisi Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walau jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari, no. 5861 dan Muslim, no. 782, 783). Aisyah setiap kali beramal, ia konsekuen untuk menjaga amalannya rutin.

Kita bisa menjaga terus amalan kita di bulan Ramadhan seperti shalat malam dan baca Al-Qur’an. Walau nanti intensitasnya berkurang yang penting bisa rutin dijaga.

Marilah kita tutup khutbah ied kali ini dengan doa, moga Allah perkenankan setiap doa-doa kita di hari yang penuh berbahagia ini.

لاللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

لاللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،

لَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

لاللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

لاللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ

لرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

لتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم

لعِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ

لكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

لوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

لوَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Andai Ini Adalah Ramadhan Terakhir Bagiku

1. Andai Ini Adalah Ramadhan Terakhir Bagiku


الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

اللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن

وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحمد.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ . َأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللهم صل وسلم عَلَيْ محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. أوصيكم وإياي بتقوي الله لعاكم ترحمون . قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ

الكَرِيْمِ: [يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah memberi nikmat kesempatan kepada kita untuk bisa bertemu dengan Ramadhan, sehingga kita bisa menunaikan ibadah shiyam, qiyam, dan ibadah-ibadah lainnya.

Kita juga bermohon kepada Allah agar ibadah-ibadah tersebut diterima dan dilipatgandakan pahalanya. Dan akhirnya kita bermohon agar kiranya diizinkan menutup Ramadhan dengan menggapai keridhaan, ampunan dan pelepasan dari api neraka.

Selawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Muhammad, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir sebagaimana umur manusia berakhir, demikian juga dengan Ramadhan, ia akan berakhir.

Rasanya seperti baru kemarin kita menjemput Ramadhan, namun kini ia telah pergi lagi, meski ia masih akan kembali, namun belum tentu ia bertemu dengan kita lagi, karena kematian setiap saat bisa datang memutus semua hubungan, termasuk memutus hubungan kita dengan Ramadhan tahun depan. Nabi bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian” (HR. Tirmidzi)

Umur manusia di dunia ini tidak akan ada nilainya jika tanpa amal, seseorang menjadi mulia atau hina bukan karena umurnya, tapi karena amal yang menghiasi umurnya.

Nabi memandang bahwa orang yang paling baik adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sebaliknya, orang yang paling buruk adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.

Dunia ini seperti juga dengan Ramadhan akan meninggalkan di belakangnya dua golongan, yaitu ahli taat dan ahli maksiat. Siapa yang menanam kebaikan akan menuai kebaikan dan siapa yang menanam keburukan akan menuai keburukan.

Setiap muslim di akhir Ramadhan hendaklah menjadi orang yang tinggi semangat juangnya kepada kebenaran, menguat keimanannya kepada Allah, meninggi rasa cinta dan kepeduliaanya kepada sesama, maksimal taqarrub dan ibadahnya, dan tersambungkan silaturahimnya dengan sesama.

Intinya, Ramadhan telah menebar kebaikan dan potensi keshalihan, yang dengan itu seseorang akan berhak dengan surga yang dijanjikan.

Keutamaan yang ada pada Ramadhan mengharuskan setiap muslim untuk selalu merindukan bertemu dengannya, dan kepergiannya menjadi kesedihan baginya.

Menurut Ibnu Rajab, para sahabat Nabi SAW apabila mereka bertemu dengan Ramadhan, mereka memohon agar ibadah yang telah ditunaikan di dalamnya diterima oleh Allah hingga enam bulan lamanya, dan enam bulan lagi lamanya mereka berdoa agar bisa dipertemukan Ramadhan berikutnya.

Jika Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir bagi kita, marilah kita jaga kebaikan-kebaikan yang telah tercipta bersama Ramadhan tersebut, dengan begitu, kalau pun Ramadhan tahun depan kita tidak bertemu lagi, paling tidak Ramadhan tahun ini mampu mengantar kita kepada ketaqwaan dan husnul khatimah.

Ada pun beberapa warisan Ramadhan yang harus dijaga, yaitu :

1. Jagalah Spirit Keimanannya

Bulan Ramadhan dengan seluruh keutamaannya telah memberikan spirit keimanan bagi setiap muslim. Atas dasar kekuatan imanlah ia mampu menahan lapar dan dahaganya saat berpuasa, dan atas dasar iman pula ia bertahan qiyam setiap malam, dan atas dasar iman pulalah ia mengeluarkan zakat fitrah dari hartanya di penghujung Ramadhan.

Andaikata Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir bagi seorang muslim, tentu dia tidak akan membiarkan spirit keimanannya redup, dengan spirit tersebut ia akan terus bermujahadah untuk menggapai taqwa. Sebagaimana Firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran : 102)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تتقون

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 183)

2. Jagalah Tradisi Ubudiyahnya

Bulan Ramadhan adalah momentum menguatnya tradisi beribadah, bukan hanya menguat secara kuantitas tetapi juga kualitas. Tradisi ubudiyah tidak hanya menguat di siang hari, tapi juga di malam hari.

Intensitas ibadah semakin diperintahkan dipacu dengan mencari malam lailatul qadar. Nabi SAW bersabda :

َ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan”. (HR. Bukhari)

Dalam mencari lailatul qadar, tidak ada yang lebih kuat dipacu selain ibadah-ibadahnya, baik itu ibadah qalbiyah (ibadah hati), jasadiyah (ibadah fisik) atau pun ibadah maliyah (ibadah harus).

Tradisi menguatnya ibadah di bulan Ramadhan ini harus bisa ditransfer ke bulan-bulan lainnya sesudah bulan Ramadhan.

3. Rawatlah Benteng-bentengnya

Amalan ibadah yang paling utama di bulan Ramadhan adalah ibadah puasa. Ia adalah benteng bagi setiap muslim, benteng dari syahwat dan benteng dari api neraka. Nabi bersabda :

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ هُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Puasa adalah tameng yang dijadikan tempat perlindungan seorang hamba dari neraka. Puasa itu untuk-Ku dan Saya sendiri yang memberinya pahala” (HR. Ahmad)

Hadist tersebut menegaskan bahwa puasa adalah benteng pertahanan yang kuat bagi seorang muslim dari buruknya pengaruh syahwat perut dan kelamin. Nabi SAW bersabda :

““Sungguh yang sangat aku takutkan dari kalian adalah syahwat keji dari perut, dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang menyesatkan.”

عن أبي هريرة قال سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة فقال تقوى الله وحسن الخلق وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار فقال الفم والفرجِ

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah SAW pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab :

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab : “Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi)

4. Jagalah Kemesraan Dengan Alquran

Nabi SAW bersabda: “Bacalah Alquran karena ia datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pemiliknya. Bacalah zahrawain; Al Baqarah dan Ali ‘Imran, karena keduanya datang pada hari kiamat seolah-olah naungan, seolah-olah awan atau seolah-olah dua kelompok burung berbaris berhujjah membela para pemiliknya.

Bacalah surat Al Baqarah karena mengambilnya berkah, meninggalkannya kerugian dan tidak bisa dikalahkan oleh tukang-tukang sihir.” (HR. Ahmad)

Ramadhan telah berperan menjaga hubungan baik kita dengan Alquran dengan membacanya, mentadabburinya, serta mengamalkannya. Semua ini adalah pola kemesraan hubungan dengan Alquran yang harus terus dijaga agar ia juga menjaga kita dunia dan akhirat.

5. Peliharalah Atmosfir Keagamaannya

Sekali dalam setahun Allah datangkan dalam kehidupan orang-orang beriman momentum yang begitu kuat atmosfir keagamaannya, itulah bulan Ramadhan. Pada momentum ini pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.

Padanya semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Dan di dalamnya ada satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan.

Bulan yang telah menghadirkan atmosfir keagamaan ini telah pergi, tapi kepergiannya tidak boleh menjadikan atmosfir keagamaan yang telah didatangkannya juga harus pergi. Kita wajib menjaga atmosfir keagamaan tersebut dalam kehidupan kita sesudah Ramadhan ini hingga nanti Allah menetapkan ajal kita. Allah berfirman :

إيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran : 102)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat :

وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

Artinya, peliharalah Islam dalam diri kalian sewaktu kalian sehat dan sejahtera agar kalian nanti mati dalam keadaan beragama Islam, karena sesungguhnya sifat dermawan itu terbina dalam diri seseorang berkat kebiasaannya dalam berderma.

Barang siapa yang hidup menjalani suatu hal, maka ia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada hal itu; dan barang siapa yang mati dalam keadaan berpegang kepada suatu hal, maka kelak ia dibangkitkan dalam keadaan tersebut.

Perintah untuk menjaga atmosfir spiritual adalah perintah yang logis, karena hanya dengan menjaganyalah seseorang akan dengan mudah menjadikan akhir kehidupannya sebagai akhir kehidupan yang baik.

Akhirnya marilah kita senantiasa menjaga warisan-warisan kebaikan yang telah dititipkan Ramadhan kepada kita, sehingga andai kita tidak bisa lagi bertemu Ramadhan yang akan datang, kita tetap akan berbahagia karena telah memelihara keutamaan yang telah diajarkannya kepada kira semua.

Selanjutnya, pada penghujung khutbah ini, marilah kita sama-sama menundukkan kepala dan merendahkan hati kita tunduk dan berdoa kepada Allah SWT, Pemilik Segala Keagungan :

اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِناْ وَلِوَالِدَيناَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِا صَغِيْرَا

Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami (Ibu dan Bapak kami), sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami di waktu kecil.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rezki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami karena ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami karena ia menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami.

Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.


Fadhilah ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

 

Fadhilah ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah  mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil pertanian).

Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah yang menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana firman Allah taala yang berbunyi:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 277 ).

Juga firman-Nya :

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Q.S. Ar Ruum : 39 ) .

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 274 ) .

Dalam ayat lain Allah taala berfirman:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. At Taubah : 103 ) .

Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain : 

Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu  bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi shallallahu `alaihi wasallam  seraya berkata, “Wahai Rasulullah! beritahu aku suatu amalan, bila aku mengerjakannya, aku masuk surga?”, Beliau bersabda :  “Beribadahlah kepada Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya, dirikan shalat, bayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan,” ia berkata, “Aku tidak akan menambah amalan selain di atas”, tatkala orang tersebut beranjak keluar, Nabi shallallahu `alaihi wasallam  bersabda : “Siapa yang ingin melihat seorang lelaki dari penghuni surga maka lihatlah orang ini”. Muttafaq ’alaih. [1]

Allah SWT, adalah Dzat yang Maha Suci dan tidak akan menerima kecuali hal-hal yang suci dan baik, demikian juga shadaqah kecuali dari harta yang suci dan halal. Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam  bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari  usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang  di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung.” Muttafaq ’alaih. [2]

Zakat, infaq dan shadaqah memiliki fadhilah dan faedah yang sangat banyak, bahkan sebagian ulama telah menyebutkan lebih dari duapuluh faedah, diantaranya:

1-   Ia bisa meredam kemurkaan Allah, Rasulullah SAW, bersabda: " Sesunggunhnya shadaqah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Rabb (Allah)" (Shahih At-targhib)

2-   Menghapuskan kesalahan seorang hamba, beliau bersabda: "Dan Shadaqah bisa menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api" (Shahih At-targhib)

3-   Orang yang besedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda: "Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya diantaranya yaitu: "Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (Muttafaq 'alaih)

4-   Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani. Rasulullah saw, bersabda: "Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah." (Shahih At-targhib) beliau juga bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya: "Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim." (HR. Ahmad)

5-   Sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah.

6-   Orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Tidaklah dating suatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, "Ya, Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan, dan yang lain mengatakan, "Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya)." (Muttafaq 'alaihi)

7-   Orang yang membayar zakat akan Allah berkahi hartanya, Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta." (HR. Muslim)

8-   Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, (QS. Al-Baqarah: 245)

9-   Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang, Rasulullah saw bersabda, "Shadaqah merupakan bukti (keimanan)." (HR.Muslim)

10-            Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran, sebagaimana wasiat beliau kepada para pedagang, "Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah." (HR. Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah juga disebutkan dalam Shahih Al-Jami').

            Inilah beberapa manfaat dan faidah dari zakat, infaq, dan shadaqah yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, kita memohon semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang senang berinfaq dan bershadaqah serta menunaikan zakat dengan ikhlas karena mengharap wajah dan keridhaan-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

Abu Ziyad

Sumber:

-Mukhtashar al-Fiqh al-Islamy, Muhammad At-Tuwaijry.

-Shadaqah, fadhailuha wa anwa'uha, Dar-Al Qashim

 



[1] . muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :1397 dan  Muslim no hadist: 14.

[2] . muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 1410 dan  Muslim no hadist: 1014.

Keutamaan Shalawat Untuk Nabi Muhammad Saw

 Keutamaan Shalawat Untuk

Nabi Muhammad Saw 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam, sholawat dan salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sesungguhnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits). Di mana orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Maka sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan itu. Dan karena masalah ini memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan tulisan-tulisan sederhana ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sholawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini.

Ya Allah! Berilah Sholawat dan Salam atas nabi dan kekasih-Mu Muhammad selama siang dan malam yang silih berganti.

 

Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

 

Allah subhaanhu wa ta’aala berfirman:

} إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”                     (Q.S. Al-Ahzab: 56)

Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanhu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanhu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”

Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”

Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam

, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.

Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan  bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan  menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.

 

Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam

Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.

Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”

 

Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

 

1. Sebelum berdoa:

Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:

((إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ))

“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.”                      [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]

Dalam salah satu hadits disebutkan:

((الدُّعَاءُ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ الدَّاعِي عَلَى النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم ))

“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.”                     [H.R. Thabarani]

Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”

Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.

2. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:

Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((رَغَمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))

“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.”     [H.R. Tirmidzi dan Hakim]

 

3. Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:

Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((إنَّ أفْضَلَ أيَّامِكُمْ يَوُمُ الجُمْعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ ...))

“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku......”   [H. R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim]

 

4. Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:

Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”

Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.

 

5. Ketika masuk dan keluar mesjid:

Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:

((بِسْمِ اللهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاغْفِرْ لَنَا وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ رَحْمَتِكَ))

”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”

“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:

((وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ فَضْلِكَ))

“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.”   [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]  

 

Cara Sholawat dan Salam Untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam

Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam berfirman:

} إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”                     (Q.S. Al-Ahzab: 56)

Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau sollallohu ‘alaihi wa sallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah:

((اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))

“Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”    [Muttafqun ‘Alaihi]

Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:

((اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))

“Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.

 

Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam

Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((إذَا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا لِي الوَسِيلَةَ فَإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأرْجُو أنْ أكُونَ هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الوَسِيلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ))

“Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian  mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka  ia berhak mendapatkan syafa’at.”                 [H.R. Muslim]

Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي))

“Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.”     [H.R. Thabarani]

Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))

“Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.”      [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]

Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.”  [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]

Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.”  [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((إنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِينَ يُبَلِّغُونَنِي مِنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ))

“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]

Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.”  [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]

Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.”  [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]

Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca:

((اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ ، آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ))

“Ya Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”

Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat.    [H.R. Bukhari dalam shohihnya]

 

Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.

 

Dari Abu Huraerah -Radhiyallahu ‘Anhu-­ berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut di sisinya ia tidak bersholawat untukku, celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian keluar sebelum ia diampuni, celakalah seseorang, kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” Abdurrahman salah seorang perawi hadits dan Abdurrahman bin Ishak berkata: “Saya kira ia berkata: “Atau salah seorang di antara keduanya”                       [H.R. Tirmidzi dan Bazzar]

Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((البَخِيلُ كُلَّ البُخْلِ الَّذِي ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))

“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.”               [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]

Dari Ibnu Abbas, Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَنْ نَسِيَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ خُطِئَ طَرِيقَ الجَنَّةَ))

“Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi jalan surga.”    [Telah ditashih oleh Al-Albani]

Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: “Suatu kaum yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir kepada Allah dan bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki maka mereka akan diampuni.”  [H.R. Tirmidzi dan mentahsinnya serta Abu Daud]

Diriwayatkan oleh Abu Isa Tirmidzi dari sebagian ulama berkata: “Jika seseorang bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam sekali dalam suatu majelis, maka itu sudah memadai dalam majelis  tersebut.”

 

Faedah dan Buah Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

 

Ibnul Qoyyim menyebutkan 39 manfaat sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah sebagai berikut:

        1. Melaksanakan perintah Allah subhaanahu wa ta’aala

        2. Mendapatkan sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca sholawat satu kali.

        3. Ditulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejahatan.

        4. Diangkat baginya sepuluh derajat.

        5. Kemungkinan doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan sholawat, dan doanya akan naik menuju kepada Tuhan semesta alam.

        6. Penyebab mendapatkan syafa’at sollallohu ‘alaihi wa sallam bila diiringi oleh permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi olehnya.

        7. Penyebab mendapatkan pengampunan dosa.

        8. Dicukupi oleh Allah apa yang diinginkannya.

        9. Mendekatkan hamba dengan nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat.

       10.Menyebabkan Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang yang bersholawat.

       11.Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab sholawat dan salam orang yang bersholawat untuknya.

       12.Mengharumkan majelis dan agar ia tidak kembali kepada keluarganya dalam keadaan menyesal pada hari kiamat.

       13.Menghilangkan kefakiran.

       14.Menghapus predikat “kikir” dari seorang hamba jika ia bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika namanya disebut.

       15.Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama dengan yang ia mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh rasul-Nya.

       16.Akan mendapatkan berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya dan kemaslahatannya, karena orang yang bersholawat itu memohon kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan keluarganya, dan doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya.

       17.Nama orang yang bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di sisi Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam seperti penjelasan terdahulu, sabda Rasul: “Sesungguhnya sholawat kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan kehormatan bila namanya disebut dengan kebaikan di sisi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.

       18.Meneguhkan kedua kaki di atas Shirath dan melewatinya berdasarkan hadits Abdurrahman bin Samirah yang diriwayatkan oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam: “Saya melihat seorang di antara umatku merangkak di atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.”           [H.R. Abu Musa Al-Madiniy]

       19.Akan senantiasa mendapatkan cinta Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bahkan bertambah dan berlipat ganda. Dan itu termasuk ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali dengannya, karena seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya, menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang melahirkan cinta, maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa rindu kepadanya akan semakin bertambah, bahkan akan menguasai seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak mengingat dan menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali melihat orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya kecuali dengan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya cinta itu tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan keadaan lahir menunjukkan hal itu.

       20.Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang hidup. Semakin banyak ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun semakin bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam hatinya penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi  keraguan terhadap apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut telah tertulis di dalam hatinya, menerima petunjuk, kemenangan dan berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama yang mengetahui dan mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap pengetahuan mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang diinginkan untuknya dari Allah.

Sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya