MENJAGA LISAN DARI GIBAH DAN FITNAH

MENJAGA LISAN DARI GIBAH DAN FITNAH

Mukadimah

الحمد لله الذي أنعم علينا بنعمة الإسلام والإيمان، وهدانا إلى طريق الحق والبيان، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا.
من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Amma ba’du.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan bukan hanya soal ibadah yang tampak — seperti salat, puasa, dan zakat — tetapi juga mencakup ibadah batin dan etika dalam berucap.
Salah satu bentuk ketakwaan yang sering terlupakan adalah menjaga lisan.

Isi Ceramah

1. Lisan: Amanah yang Akan Dipertanggungjawabkan

Saudara-saudaraku yang berbahagia,
Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tidak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 18)

Ayat ini mengandung peringatan yang sangat dalam. Bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita akan dicatat oleh malaikat, baik atau buruk. Tidak ada satu huruf pun yang luput dari catatan itu.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Sesungguhnya seseorang dapat mengucapkan satu kata yang diridhai Allah tanpa ia sadari, namun dengan sebab itu Allah mengangkat derajatnya di surga. Dan seseorang dapat mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah tanpa ia sadari, namun dengannya ia terjerumus ke dalam neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa besar pengaruh lisan dalam kehidupan seseorang. Satu kata bisa menjadi sebab keselamatan, namun satu kata pula bisa menjadi sebab kehancuran.

2. Ghibah: Dosa yang Terasa Ringan Tapi Berat Akibatnya

Jamaah yang dirahmati Allah,
Salah satu penyakit lisan yang sering dianggap sepele adalah ghibah, yaitu membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuannya. Allah Subhanahu wa Ta‘ala menggambarkan perbuatan ini dengan perumpamaan yang sangat mengerikan:

“Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik.”
(QS. Al-Hujurat: 12)

Bayangkan, Allah menyamakan orang yang suka bergosip atau membicarakan keburukan orang lain seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati — sesuatu yang menjijikkan dan tercela.

Ghibah seringkali terjadi tanpa sadar. Dalam obrolan santai, rapat, bahkan dalam percakapan daring di media sosial. Padahal, ghibah dapat menghapus pahala amal kebaikan kita.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Ketika aku diisra’kan, aku melewati suatu kaum yang mencakar wajah dan dada mereka dengan kuku dari tembaga. Aku bertanya, ‘Siapa mereka, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatan mereka.’”
(HR. Abu Dawud)

Ghibah menghancurkan kehormatan orang lain, memutus ukhuwah, menanam kebencian, dan menumbuhkan prasangka buruk di antara sesama.

3. Fitnah: Dosa yang Lebih Kejam dari Pembunuhan

Selain ghibah, penyakit lisan yang tak kalah berbahaya adalah fitnah. Fitnah berarti menyebarkan berita dusta atau mengada-adakan sesuatu untuk menjatuhkan orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ

“Fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan.”
(QS. Al-Baqarah: 191)

Mengapa fitnah disebut lebih kejam dari pembunuhan? Karena pembunuhan hanya menghilangkan nyawa, sedangkan fitnah dapat menghancurkan nama baik, merusak kepercayaan, memecah belah keluarga, bahkan menimbulkan pertumpahan darah.

Rasulullah ﷺ juga mengingatkan:

“Fitnah itu tidur, dan Allah melaknat siapa yang membangunkannya.”
(HR. Ad-Dailami)

Dalam kehidupan sehari-hari, fitnah bisa tersebar melalui bisikan, kabar burung, atau bahkan jari jemari di media sosial. Betapa sering seseorang tanpa sadar menekan tombol “bagikan” pada berita yang belum tentu benar — padahal di sisi Allah, itu bisa bernilai dosa besar.

Oleh karena itu, sebelum berbicara, menulis, atau menyebarkan sesuatu, kita harus tabayyun, memastikan kebenarannya. Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

4. Menjaga Lisan: Jalan Menuju Surga

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,
Menjaga lisan bukan hanya sekadar menahan diri dari berkata buruk, tapi juga menggunakannya untuk kebaikan — untuk zikir, dakwah, nasihat, dan doa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain beliau bersabda:

“Sesungguhnya hamba tidak akan lurus imannya sampai lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sampai lurus lisannya.”
(HR. Ahmad)

Artinya, lisan adalah cerminan hati. Jika hati bersih, maka ucapannya akan lembut dan menyejukkan. Tapi jika hati kotor, maka lisan akan penuh kebencian dan kebohongan.

5. Cara Menjaga Lisan

Ada beberapa langkah praktis agar kita bisa menjaga lisan:

1. Berpikir sebelum berbicara.
Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ucapan ini benar? Apakah bermanfaat? Apakah membuat orang lain tersakiti?”

2. Biasakan diam jika tidak perlu bicara.
Diam bukan berarti lemah, tapi tanda kebijaksanaan.

3. Gunakan lisan untuk kebaikan.
Zikir, doa, memberi nasihat, membaca Al-Qur’an, dan menyebarkan ilmu.

4. Jauhi majelis yang berisi ghibah dan fitnah.
Jika tidak bisa menasihati, lebih baik meninggalkan majelis tersebut.

5. Jaga jari-jari di media sosial.
Karena jari juga bagian dari lisan di era digital ini. Ucapan tertulis juga dicatat malaikat.

Penutup

Jamaah yang dirahmati Allah,
Lisan kecil bentuknya, tapi besar pengaruhnya. Ia bisa menjadi sebab turunnya rahmat, atau sebab datangnya azab. Karena itu Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Mu‘adz bin Jabal:

> “Tahanlah lidahmu.”
Mu‘adz berkata, “Ya Rasulullah, apakah kita akan disiksa karena ucapan kita?”
Beliau menjawab, “Celaka engkau, wahai Mu‘adz! Bukankah yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah hasil dari ucapan lidah mereka?”
(HR. Tirmidzi)



Maka marilah kita jaga lisan kita dari ghibah, fitnah, dusta, dan ucapan sia-sia. Gunakan lisan untuk kebaikan, sebab di hari kiamat nanti, semua kata akan dimintai pertanggungjawaban.

اللهم طهر ألسنتنا من الكذب والغيبة والنميمة، واملأها بذكرك وشكرك وحسن عبادتك.
اللهم اجعل ألسنتنا عامرة بذكرك، وقلوبنا بخشيتك، وأعمالنا متقبلة عندك.
آمين يا رب العالمين

والله أعلم بالصواب
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

MENJAUHI TAKHAYUL DAN MEYAKINI KEKUASAAN ALLAH

🕌 KHUTBAH JUMAT: MENJAUHI TAKHAYUL DAN MEYAKINI KEKUASAAN ALLAH

KHUTBAH PERTAMA

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

أما بعد، فيا أيها الناس، أوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa, hidup kita akan terarah, hati menjadi tenang, dan amal kita diterima oleh Allah SWT.

Jamaah yang berbahagia,
Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

“Tidak ada ‘adwa (penyakit menular dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (takhayul karena pertanda burung), tidak ada hamah, tidak ada shafar, dan jauhilah orang yang terkena penyakit kusta sebagaimana engkau menjauh dari singa.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan pelajaran penting tentang kemurnian tauhid dan kebersihan akidah.
Rasulullah ﷺ menghapus berbagai bentuk keyakinan jahiliyah yang bertentangan dengan keimanan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

1. Tidak ada ‘Adwa

‘Adwa berarti keyakinan bahwa penyakit menular dengan sendirinya tanpa izin Allah.
Islam tidak menolak adanya proses penularan, tetapi menolak keyakinan bahwa penularan itu terjadi tanpa kehendak Allah.
Semua penyakit, musibah, dan kesembuhan terjadi atas izin-Nya.

➡️ Maka seorang Muslim wajib berikhtiar menjaga diri, berobat, dan berdoa, namun hatinya tetap yakin bahwa semua sebab hanya akan berpengaruh bila Allah menghendaki.

2. Tidak ada Thiyarah

Thiyarah ialah keyakinan akan pertanda kesialan atau keberuntungan dari arah, burung, angka, atau waktu tertentu.
Islam menghapus semua bentuk takhayul dan ramalan nasib.
Sebab hanya Allah yang menentukan baik buruknya kehidupan manusia.

➡️ Jangan sampai kita takut karena angka, tanggal, atau peristiwa tertentu, sebab itu semua hanyalah ujian bagi keimanan kita.

3. Tidak ada Hamah

Hamah adalah kepercayaan bahwa roh orang mati berubah menjadi burung hantu dan membawa sial.
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa keyakinan itu batil.
Roh orang yang meninggal telah berada di alam barzakh dan tidak gentayangan di dunia.

4. Tidak ada Shafar

Sebagian orang meyakini bahwa bulan Shafar membawa kesialan.
Padahal setiap bulan adalah ciptaan Allah. Tidak ada bulan sial, tidak ada hari buruk.
Yang membuat hari menjadi baik atau buruk adalah amal dan niat manusia sendiri.

5. Menjaga Diri dengan Ikhtiar

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jauhilah orang yang terkena penyakit kusta sebagaimana engkau menjauh dari singa.”

Ini adalah perintah untuk berhati-hati secara medis, bukan karena takut secara takhayul.
Islam mengajarkan keseimbangan antara tawakal dan ikhtiar — berdoa kepada Allah, tapi juga menjaga kesehatan dengan cara yang benar.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Hadis ini menegaskan bahwa keimanan sejati adalah ketika hati kita bersih dari segala bentuk kesyirikan halus — termasuk percaya pada tanda-tanda, waktu, atau benda pembawa sial.
Hanya Allah yang menentukan takdir. Maka tanamkan keyakinan penuh kepada-Nya, dan jauhilah segala bentuk takhayul dan ramalan.

أقول قولي هذا، وأستغفر الله العظيم لي ولكم، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa memperbarui ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Hidup ini penuh ujian, dan di antara ujian itu adalah menjaga kemurnian akidah.
Jangan biarkan diri kita tergoda oleh mitos, tahayul, ramalan, atau keyakinan yang tidak berdasar pada ajaran Rasulullah ﷺ.

Kita hidup di zaman modern, namun banyak orang masih mempercayai hari sial, angka naas, bulan angker, atau benda penolak bala.
Padahal semua itu adalah sisa-sisa kepercayaan jahiliyah yang bertentangan dengan iman.

➡️ Mari kita ganti semua itu dengan doa, dzikir, dan tawakal kepada Allah.
Yakinlah, jika Allah menolong kita, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa mencelakai kita.

Doa Penutup

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.
اللهم اجعلنا من الذين توكلوا عليك حق التوكل، وارضنا بقضائك وقدرك، واغفر لنا ذنوبنا، وكفر عنا سيئاتنا، وتوفنا مع الأبرار.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة، وفي الآخرة حسنة، وقنا عذاب النار.
وصلى الله على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.

Pesan Penutup

“Jangan takut pada tanda, tanggal, atau takhayul — takutlah hanya kepada Allah.”

Karena yang paling aman adalah hati yang berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada-Nya.

KHUTBAH JUMAT: HIJRAH YANG SEBENARNYA

🕌 KHUTBAH JUMAT: HIJRAH YANG SEBENARNYA

Khutbah Pertama

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

أوصيكم عباد الله ونفسي المقصرة بتقوى الله، فقد فاز المتقون.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Karena hanya dengan takwa, hidup kita akan penuh berkah, hati menjadi tenang, dan langkah kita mendapat bimbingan dari Allah Yang Maha Rahman.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kita mengenal istilah hijrah sebagai peristiwa besar dalam sejarah Islam — yaitu perpindahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari kota Makkah ke Madinah. Namun, makna hijrah yang sebenarnya jauh lebih luas dari sekadar berpindah tempat.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (رواه البخاري)

“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. al-Bukhari)

Jamaah yang dirahmati Allah,

Hadis ini menjelaskan bahwa hijrah sejati bukan hanya pindah dari satu negeri ke negeri lain, tetapi perpindahan hati dan perilaku dari maksiat menuju ketaatan, dari dosa menuju ampunan, dari gelap menuju cahaya.

Hijrah adalah langkah perubahan menuju kebaikan.
Setiap orang beriman dituntut untuk terus berhijrah setiap hari, memperbaiki diri dan meninggalkan segala yang dimurkai Allah.

🌿 1. Hijrah dari Dosa Menuju Ketaatan

Hijrah berarti meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
Dari meninggalkan shalat menjadi rajin shalat, dari suka berkata kotor menjadi lembut dalam ucapan, dari malas membaca Al-Qur’an menjadi cinta membaca dan mengamalkannya.
Setiap langkah menuju ketaatan adalah hijrah yang sejati.

🌿 2. Hijrah dari Kebiasaan Jahiliah Menuju Akhlak Islam

Hijrah juga berarti meninggalkan kebiasaan buruk: ghibah, dengki, sombong, dan fanatisme sempit.
Kita menggantinya dengan akhlak mulia: jujur, sabar, rendah hati, dan memaafkan.
Inilah bentuk hijrah sosial yang sangat dibutuhkan umat hari ini.

🌿 3. Hijrah dari Kelemahan Iman Menuju Keteguhan Iman

Banyak orang yang secara lahir terlihat baik, tapi imannya goyah saat diuji.
Hijrah berarti memperbarui iman setiap hari, meneguhkan hati dengan dzikir, memperbanyak istighfar, dan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Hijrah bukan hanya peristiwa masa lalu, tetapi perjalanan batin yang harus kita jalani sepanjang hidup.
Hijrah itu dimulai dari hati yang sadar, lidah yang beristighfar, dan langkah yang berani meninggalkan dosa.
Tidak ada hijrah tanpa pengorbanan, dan tidak ada pengorbanan tanpa cinta kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman dalam Surah Al-‘Ankabut ayat 69:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم.

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Kedua

الحمد لله رب العالمين، والعاقبة للمتقين، ولا عدوان إلا على الظالمين.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita perbaharui niat dan semangat hijrah kita.
Hijrah bukan hanya sekadar niat di awal tahun baru Islam, tetapi tekad untuk memperbaiki diri di setiap waktu.
Hijrah dari kelalaian menuju kesadaran, dari cinta dunia menuju cinta akhirat.

Hijrah yang sejati adalah hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Sesungguhnya amal itu  pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka barang siapa berhijrah karena Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar, rezeki yang luas, dan hati yang tenang.

اللهم اجعلنا من المهاجرين إليك حقاً، واجعلنا من عبادك المتقين، واهدنا صراطك المستقيم، وثبتنا على طاعتك حتى نلقاك وأنت راضٍ عنا.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.
اللهم أصلح شباب المسلمين، ووحّد صفوفهم، واهد قلوبهم إلى طاعتك، ووفق ولاة أمورنا لما فيه خير البلاد والعباد.

اللهم انصر الإسلام والمسلمين، واذل الشرك والمشركين، ودمر أعداء الدين، واجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكّرون.
فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون

Makna Hijrah yang Sebenarnya

🕌 Materi Ceramah Jumat: Makna Hijrah yang Sebenarnya

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، سيدنا محمدٍ، وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Karena hanya dengan takwa, hidup kita akan penuh keberkahan dan akhir kehidupan kita akan berakhir dengan husnul khatimah.

Saudara-saudara seiman yang berbahagia,

Tema khutbah kita hari ini adalah tentang Hijrah yang Sebenarnya.

Kita semua tentu mengenal peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah. Peristiwa itu bukan hanya sebuah perpindahan tempat, tetapi juga menjadi simbol perubahan, perjuangan, dan pembaharuan hidup ke arah yang lebih baik.

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (رواه البخاري)

“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari)

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa makna hijrah tidak hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi berpindah dari gelap menuju terang, dari maksiat menuju taat, dari keburukan menuju kebaikan.

Hijrah berarti meninggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya — sekecil apa pun itu.
Inilah hijrah yang sejati: perubahan hati dan perilaku menuju ridha Allah.

🌿 1. Hijrah dari Maksiat Menuju Taat

Hijrah bukan berarti harus pindah kota atau negara, tetapi pindah dari kebiasaan buruk menuju perbuatan baik.
Dari malas shalat menjadi rajin shalat, dari suka berbohong menjadi jujur, dari menunda amal menjadi segera beramal.
Setiap kali kita meninggalkan dosa, itulah hijrah.

🌿 2. Hijrah dari Tradisi Jahiliah Menuju Akhlak Islam

Dalam kehidupan modern, banyak kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai Islam — seperti budaya pamer, saling menghina di media sosial, atau mengikuti tren yang menjauhkan diri dari Allah.
Hijrah berarti berani berkata tidak pada keburukan, meski banyak yang melakukannya.
Karena ukuran kebenaran bukanlah jumlah yang mengikuti, tetapi ridha Allah yang kita cari.

🌿 3. Hijrah dari Kelemahan Iman Menuju Keteguhan Iman

Hijrah juga berarti memperkuat keyakinan.
Dari iman yang lemah menuju iman yang kokoh, dari hati yang lalai menuju hati yang selalu mengingat Allah.
Hijrah iman ini harus diperbarui setiap hari dengan dzikir, tilawah, dan amal saleh.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Hijrah adalah proses sepanjang hayat. Selama masih hidup, kita dituntut untuk terus memperbaiki diri.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Allah Maha Pengampun dan Maha Menerima taubat.

Allah berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 53:

“Katakanlah (wahai Muhammad), wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Maka, jangan pernah merasa terlambat untuk berhijrah.
Mulailah dari hal kecil: memperbaiki shalat, menjaga lisan, menahan amarah, dan memperbanyak istighfar.

Penutup:

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang senantiasa berhijrah — bukan hanya secara lahir, tetapi juga batin; bukan hanya berubah di awal tahun, tetapi istiqamah sepanjang hayat.

اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، ووفقنا لما تحب وترضى، واهدنا إلى صراطك المستقيم، وثبتنا على طاعتك حتى نلقاك وأنت راضٍ عنا يا أرحم الراحمين

آمين يا رب العالمين

EMPAT PERMATA DALAM DIRI MANUSIA

🕌 KHUTBAH JUMAT: EMPAT PERMATA DALAM DIRI MANUSIA

Khutbah Pertama

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا. من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

أوصيكم عباد الله ونفسي المقصرة بتقوى الله، فقد فاز المتقون.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ketahuilah bahwa setiap manusia memiliki potensi besar yang Allah tanamkan dalam dirinya, berupa keutamaan dan kemuliaan yang harus dijaga.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda sebagaimana disebutkan dalam Ihya’ Ulumiddin:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَرْبَعَةُ جَوَاهِرَ فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ، يُزِيلُهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ
أَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّينُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ.

“Ada empat permata dalam tubuh manusia, yaitu akal, agama, rasa malu, dan amal saleh.”

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa di dalam diri manusia terdapat empat permata berharga. Bila permata ini hilang, maka hilanglah kemuliaan dan arah hidupnya.

1. Akal (العقل)
Akal adalah cahaya yang membimbing manusia untuk berpikir, mengenal kebenaran, dan membedakan yang baik dari yang buruk.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk di sisi Allah ialah mereka yang tuli dan bisu, yang tidak menggunakan akalnya.” (QS. Al-Anfal: 22)
Maka gunakanlah akal untuk mencari ilmu dan merenungkan kebesaran Allah, bukan untuk menipu atau berbuat dosa.
2. Agama (الدين)
Agama adalah pedoman hidup dan penuntun hati. Tanpa agama, manusia kehilangan arah dan nilai-nilai moral.
Menjaga agama berarti menjaga iman, ibadah, dan akhlak.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Rasa Malu (الحياء)
Rasa malu adalah perhiasan orang beriman. Rasulullah bersabda:
“Malu itu bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila rasa malu hilang, maka dosa dan keburukan akan dianggap biasa. Malulah untuk berbuat maksiat, malulah untuk meninggalkan shalat, dan malulah bila mengabaikan orang tua.
4. Amal Saleh (العمل الصالح)
Amal saleh adalah bukti nyata dari iman. Tidak cukup hanya percaya, tapi iman harus diwujudkan dalam perbuatan.
Allah berfirman:
 “Barang siapa beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sungguh Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)



Jamaah Jumat rahimakumullah,

Empat permata ini adalah karunia besar dari Allah. Maka jagalah akal dengan ilmu, jaga agama dengan ibadah, jaga rasa malu dengan akhlak, dan jaga amal saleh dengan keikhlasan.
Karena siapa yang kehilangan salah satunya, maka ia telah kehilangan sebagian kemuliaan dirinya.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم.

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Kedua

الحمد لله رب العالمين، والعاقبة للمتقين، ولا عدوان إلا على الظالمين.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita terus menjaga empat permata dalam diri kita:
Akal yang berpikir untuk kebaikan,
Agama yang membimbing jalan hidup,
Rasa malu yang menahan dari dosa,
Dan amal saleh yang menjadi bekal menuju akhirat.

Ingatlah, hidup ini hanya sementara. Semua amal akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka, jadikan empat permata ini sebagai perhiasan yang menyinari hidup kita hingga akhir hayat.

اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، ووفقنا لما تحب وترضى، واغفر لنا ولوالدينا ولجميع المسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات.

اللهم أصلح شباب المسلمين، ووحّد صفوفهم، واهد قلوبهم، وارزقنا وإياهم العلم النافع والعمل الصالح، وحسن الخاتمة.

اللهم اجعلنا من أهل العقل والدين والحياء والعمل الصالح، ووفّقنا لطاعتك ما أبقيتنا في هذه الحياة، وتوفّنا وأنت راضٍ عنا يا أرحم الراحمين.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكّرون.
فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون