Mencari Rezeki yang Diberkahi Allah SWT

๐Ÿ•Œ Materi Ceramah Jumat: Mencari Rezeki yang Diberkahi Allah SWT

Mukadimah
Alhamdulillฤhi rabbil ‘ฤlamฤซn, segala puji hanya bagi Allah SWT, Dzat yang Maha Pemberi rezeki, Maha Kaya dan tidak pernah kekurangan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat beliau yang setia mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, khatib ingin mengingatkan diri sendiri dan seluruh jamaah tentang pentingnya mencari rezeki yang halal dan penuh keberkahan.

Isi Ceramah
Kita hidup di zaman yang serba cepat dan kompetitif. Banyak orang bekerja keras dari pagi hingga malam, berjuang mencari nafkah untuk keluarga. Namun muncul pertanyaan, apakah semua kerja keras itu bernilai di sisi Allah SWT? Apakah jerih payah kita hanya sekadar rutinitas duniawi, atau bisa menjadi ibadah yang bernilai pahala?
Allah SWT menjawab hal itu dalam firman-Nya:
 ูَุงุจْุชَุบُูˆุง ุนِู†ุฏَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ุฑِّุฒْู‚َ ูˆَุงุนْุจُุฏُูˆู‡ُ ูˆَุงุดْูƒُุฑُูˆุง ู„َู‡ُ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุชُุฑْุฌَุนُูˆู†َ
“Maka mintalah rezeki dari sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
(QS. Al-‘Ankabut: 17)
Ayat ini menegaskan bahwa mencari rezeki adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Rezeki yang kita cari tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga sebagai wujud penghambaan dan rasa syukur kepada Allah.
Bekerja dengan niat yang benar—yaitu untuk menafkahi keluarga, menghindari meminta-minta, dan membantu sesama—akan dicatat oleh Allah sebagai amal saleh. Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh, jika seseorang meninggalkan rumahnya untuk mencari rezeki yang halal agar dapat mencukupi keluarganya, maka dia berada di jalan Allah (fฤซ sabฤซlillฤh).”
(HR. Thabrani)

Dalil Lain tentang Rezeki

Allah SWT juga menegaskan dalam ayat lain:
ู‡ُูˆَ ุงู„َّุฐِูŠ ุฌَุนَู„َ ู„َูƒُู…ُ ุงู„ْุฃَุฑْุถَ ุฐَู„ُูˆู„ًุง ูَุงู…ْุดُูˆุง ูِูŠ ู…َู†َุงูƒِุจِู‡َุง ูˆَูƒُู„ُูˆุง ู…ِู†ْ ุฑِุฒْู‚ِู‡ِ ูˆَุฅِู„َูŠْู‡ِ ุงู„ู†ُّุดُูˆุฑُ
“Dialah yang menjadikan bumi untukmu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dibangkitkan.”
(QS. Al-Mulk: 15)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berusaha, bekerja, dan menjelajahi bumi untuk mencari rezeki-Nya. Artinya, bekerja bukanlah aktivitas duniawi semata, melainkan bagian dari ketaatan kepada Allah.
Namun perlu diingat, rezeki yang dicari harus dengan cara yang halal dan jujur, bukan dengan kecurangan, riba, penipuan, atau mengambil hak orang lain. Karena rezeki yang haram hanya akan membawa kesempitan hidup dan menghapus keberkahan.

Pesan Penutup
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Kesimpulannya, bekerja keras mencari nafkah adalah ibadah besar jika disertai niat yang benar. Namun keberkahan rezeki tidak ditentukan oleh banyaknya, melainkan oleh ridha Allah SWT.

Mari kita luruskan niat dalam bekerja, agar setiap langkah, keringat, dan jerih payah kita menjadi ladang pahala di sisi Allah. Jangan lupa untuk selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan, sekecil apa pun itu.

Sebagaimana firman Allah SWT:
 ู„َุฆِู† ุดَูƒَุฑْุชُู…ْ ู„َุฃَุฒِูŠุฏَู†َّูƒُู…ْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)

Penutup

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang giat bekerja dengan niat ibadah, memperoleh rezeki yang halal, dan selalu bersyukur atas karunia-Nya.

Akhirul kalam,
ู†َูَุนَู†ِูŠَ ุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ุจِู…َุง ูِูŠ ูƒِุชَุงุจِู‡ِ ุงู„ْูƒَุฑِูŠู…ِ، ูˆَุจِู‡َุฏْูŠِ ุณَูŠِّุฏِ ุงู„ْู…ُุฑْุณَู„ِูŠู†َ، ูˆَุขุฎِุฑُ ุฏَุนْูˆَุงู†َุง ุฃَู†ِ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ

BIJAK DALAM BERKATA DAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN

๐Ÿ•Œ KHUTBAH JUMAT: BIJAK DALAM BERKATA DAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN

Khutbah Pertama

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena hanya dengan takwa, hidup kita akan dipenuhi keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.

Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan pesan penting tentang “Bijak dalam berkata dan menyampaikan kebenaran.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Lisan adalah nikmat besar yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber kebinasaan bila tidak dijaga. Karena itu, Rasulullah ๏ทบ banyak memperingatkan tentang bahaya lidah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah ๏ทบ bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa setiap kata yang keluar dari lisan seorang mukmin harus dipikirkan terlebih dahulu: apakah membawa manfaat, atau justru menimbulkan mudarat?

Hadirin rahimakumullah,
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar mengingatkan:
ุงِุนْู„َู…ْ ุฃَู†َّู‡ُ ูŠَู†ْุจَุบِูŠ ู„ِูƒُู„ِّ ู…ُูƒَู„َّูٍ ุฃَู†ْ ูŠَุญْูَุธَ ู„ِุณَุงู†َู‡ُ ุนَู†ْ ุฌَู…ِูŠุนِ ุงู„ْูƒَู„َุงู…ِ ุฅِู„َّุง ูƒَู„َุงู…ًุง ุชَุธْู‡َุฑُ ุงู„ْู…َุตْู„َุญَุฉُ ูِูŠู‡ِ
“Hendaklah setiap orang menjaga lisannya dari segala pembicaraan, kecuali jika jelas terdapat kemaslahatan di dalamnya.”

Kemudian Imam An-Nawawi menegaskan bahwa bila kita ragu apakah perkataan itu bermanfaat atau tidak, maka lebih baik diam — karena sering kali ucapan yang tampak sepele dapat menyeret seseorang ke dalam dosa besar

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga memberikan nasihat indah:

 ุฅِุฐَุง ุฃَุฑَุงุฏَ ุงู„ْูƒَู„َุงู…َ ูَุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃَู†ْ ูŠُูَูƒِّุฑَ ู‚َุจْู„َ ูƒَู„َุงู…ِู‡ِ ูَุฅِู†ْ ุธَู‡َุฑَุชِ ุงู„ْู…َุตْู„َุญَุฉُ ุชَูƒَู„َّู…َ ูˆَุฅِู†ْ ุดَูƒَّ ู„َู…ْ ูŠَุชَูƒَู„َّู…ْ ุญَุชَّู‰ ุชَุธْู‡َุฑَ
“Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika terlihat ada kemaslahatan, maka bicaralah. Namun bila masih ragu, maka diamlah hingga jelas manfaatnya.”

Betapa dalam nasihat ini, jamaah sekalian. Karena banyak perpecahan, permusuhan, bahkan fitnah besar berawal dari lisan yang tak dijaga.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Dalam menyampaikan kebenaran dan ajaran agama, kita pun diperintahkan untuk menggunakan hikmah dan kelembutan. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125:
ุงุฏْุนُ ุฅِู„َู‰ٰ ุณَุจِูŠู„ِ ุฑَุจِّูƒَ ุจِุงู„ْุญِูƒْู…َุฉِ ูˆَุงู„ْู…َูˆْุนِุธَุฉِ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉ
“Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.”

Ayat ini mengajarkan bahwa dalam berdakwah, cara dan tutur kata kita sangat penting. Jangan sampai niat baik menyampaikan kebenaran malah membuat orang menjauh karena kerasnya kata-kata atau kasar dalam menyampaikan.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Zaman sekarang, media sosial dan teknologi membuat lisan tidak lagi hanya berbentuk ucapan, tetapi juga tulisan dan postingan. Maka kewajiban menjaga lisan kini juga berarti menjaga jari dan tulisan kita. Jangan mudah menyebar berita, komentar, atau informasi yang belum jelas kebenarannya. Jika perkataan kita bisa memicu salah paham dan keributan, lebih baik ditahan.

Sebagaimana dikatakan oleh Imam An-Nawawi:
“Diam adalah sunnah ketika ucapan dan diam memiliki nilai yang sama, sebab banyak ucapan yang mubah bisa berubah menjadi makruh atau haram bila tidak dijaga.”

Hadirin rahimakumullah,
Mari kita jadikan lisan kita sarana untuk menyebarkan kebaikan, bukan menimbulkan keburukan. Ucapkan kata yang bermanfaat, menenangkan, dan mengandung hikmah. Sebarkan ajaran Islam dengan kelembutan dan kasih sayang, sebagaimana teladan Rasulullah ๏ทบ yang penuh hikmah dalam berdakwah.

Khutbah Kedua

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita memperbanyak istighfar dan doa agar Allah menjaga lisan kita dari keburukan. Sebab Rasulullah ๏ทบ bersabda:

 “Tidak ada sesuatu yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka selain hasil dari lisannya.”
(HR. Tirmidzi)

Maka marilah kita senantiasa berdoa:

ุงَู„ู„ّٰู‡ُู…َّ ุงู‡ْุฏِ ู„ِุณَุงู†ِูŠ ูˆَุงุญْูَุธْู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ุฒَّู„َู„ِ ูˆَุงู„ْุฎَุทَุฅِ
“Ya Allah, tuntunlah lisanku dan lindungilah dari tergelincir dan kesalahan.”

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang menjaga lisan, berkata baik, dan menyampaikan ajaran agama dengan penuh hikmah dan kelembutan.

Penutup

ุงู„ู„ّٰู‡ُู…َّ ุงุบْูِุฑْ ู„ِู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ، ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ، ุงَู„ْุฃَุญْูŠَุงุกِ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุงู„ْุฃَู…ْูˆَุงุชِ
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat, yang hidup maupun yang telah meninggal dunia.”

ุงู„ู„ّٰู‡ُู…َّ ุงุฌْุนَู„ْู†َุง ู…ِู…َّู†ْ ูŠَุณْุชَู…ِุนُูˆْู†َ ุงู„ْู‚َูˆْู„َ ูَูŠَุชَّุจِุนُูˆْู†َ ุฃَุญْุณَู†َู‡ُ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan mengikuti yang terbaik darinya.”
Khutbah ini ditutup dengan doa dan permohonan ampun kepada Allah SWT.
Semoga kita semua mampu menjaga lisan, menyebarkan kebaikan, dan berdakwah dengan hikmah.

Agama adalah Nasihat

๐ŸŒธ Materi Ceramah Hadits Arbain Nawawi ke-7
“Agama adalah Nasihat”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama ini dengan petunjuk dan rahmat-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ๏ทบ, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada petunjuk beliau hingga akhir zaman.

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan sebuah hadits agung yang menjadi pokok dalam ajaran Islam, yaitu Hadits ke-7 dari Arba’in Nawawi, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu**, beliau berkata:

 ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… :
ุงู„ุฏِّูŠู†ُ ุงู„ู†َّุตِูŠุญَุฉُ
ู‚ُู„ْู†َุง : ู„ِู…َู†ْ؟
ู‚َุงู„َ : ู„ِู„َّู‡ِ ูˆَู„ِูƒِุชَุงุจِู‡ِ ูˆَู„ِุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูˆَู„ِุฃَุฆِู…َّุฉِ ุงู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠู†َ ูˆَุนَุงู…َّุชِู‡ِู…ْ

“Agama adalah nasihat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk kaum muslimin seluruhnya.”
(HR. Muslim)

๐ŸŒฟ Makna Umum Hadits
Hadits ini adalah inti dari seluruh ajaran Islam.
Rasulullah ๏ทบ merangkum hakikat agama dalam satu kata yang sederhana tetapi sangat luas maknanya: nasihat (nashihah).
Dalam Islam, nasihat bukan sekadar memberi saran dengan kata-kata, tetapi mengandung arti tulus, ikhlas, dan penuh kasih sayang dalam segala bentuknya — baik kepada Allah, Rasul, maupun sesama manusia.

๐Ÿ’Ž Makna Nasihat dalam Lima Aspek

1. Nasihat untuk Allah
Artinya: kita beriman dengan sebenar-benarnya iman, mentauhidkan-Nya, mencintai-Nya, menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan ridha terhadap ketentuan-Nya.
Nasihat kepada Allah berarti menyucikan hati dari syirik, riya, dan nifaq.
2. Nasihat untuk Kitab-Nya (Al-Qur’an)
Yaitu beriman bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah, membacanya dengan tartil, memahami maknanya, mengamalkannya, dan menyebarkan ajarannya.
Termasuk juga membela Al-Qur’an dari penyelewengan dan penodaan.
3. Nasihat untuk Rasul-Nya ๏ทบ
Yaitu mencintai beliau, mengikuti sunnahnya, membela kehormatannya, dan meneladani akhlak beliau.
Nasihat kepada Rasul berarti menjadikan sabdanya sebagai pedoman hidup dan menolak segala bentuk bid’ah yang menyalahi sunnah.
4. Nasihat untuk Para Pemimpin Kaum Muslimin (Ulil Amri)
Artinya: mendoakan mereka agar adil dan amanah, menasihati mereka dengan cara yang baik bila salah, dan membantu mereka dalam menegakkan kebenaran, bukan dalam kemungkaran.
Islam mengajarkan agar nasihat kepada pemimpin disampaikan dengan adab, bukan dengan kebencian.
5. Nasihat untuk Kaum Muslimin Secara Umum
Yaitu mencintai mereka sebagaimana mencintai diri sendiri, menolong mereka dalam kebaikan, menutupi aib mereka, serta menasihati dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Inilah bentuk ukhuwah Islamiyah yang hakiki — saling menguatkan dalam kebaikan dan takwa.

๐ŸŒท Pelajaran dari Hadits Ini
1. Agama Islam dibangun atas dasar ketulusan dan kasih sayang.
Tanpa nasihat dan kepedulian, umat akan rusak.
2. Nasihat adalah tanda keimanan dan bukti cinta.
Siapa yang tidak mau menasihati atau dinasihati, maka ia telah menutup pintu kebaikan.
3. Menasehati harus dengan adab, hikmah, dan rahmat, bukan dengan kemarahan atau penghinaan.
4. Kepemimpinan dalam Islam adalah amanah. Maka doa dan dukungan tulus lebih bermanfaat daripada caci maki.
5. Umat Islam bagaikan satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka yang lain ikut merasakan.

๐ŸŒผ Nasihat: Cermin Keikhlasan
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah ๏ทบ adalah teladan terbaik dalam memberi nasihat. Beliau menasihati dengan hati, bukan hanya dengan kata-kata.
Beliau menangis karena umatnya, berdoa untuk yang menyakitinya, dan tidak pernah berhenti mengingatkan agar umat selamat dunia dan akhirat.
Mari kita belajar menjadi umat yang saling menasihati dengan cinta, bukan celaan; dengan doa, bukan amarah.

๐ŸŒฟ Penutup

Marilah kita hidupkan semangat nashihah dalam diri dan masyarakat kita.
Jika melihat saudara kita salah, nasihatilah dengan lembut.
Jika kita dinasihati, terimalah dengan lapang dada.
Karena di situlah letak keindahan iman dan kekuatan umat.
Rasulullah ๏ทบ bersabda:
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah menjadikan kita umat yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menjaga Hati dari Syubhat dan Dosa

๐ŸŒฟ Materi Ceramah Hadits Arbain Nawawi ke-6
“Menjaga Hati dari Syubhat dan Dosa”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Dialah yang menjadikan halal dan haram sebagai pedoman bagi manusia agar hidupnya terarah dan selamat.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ๏ทบ, kepada keluarga beliau, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah ๏ทบ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu:
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka siapa yang menjauhkan diri dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya...”
(HR. Bukhari dan Muslim)

๐Ÿ•Œ Makna Hadits
Hadits ini menjelaskan pondasi penting dalam menjaga kemurnian agama dan hati seorang mukmin.
Islam sudah jelas: ada yang halal, ada yang haram. Namun di antara keduanya ada wilayah “abu-abu” yang disebut syubhat — yaitu perkara yang masih samar hukumnya.
Orang yang berhati-hati dan menjauhi perkara syubhat akan selamat, karena ia menjaga diri agar tidak tergelincir ke dalam dosa.
Sebaliknya, orang yang meremehkan perkara syubhat, lama-kelamaan akan terjerumus ke dalam keharaman — seperti penggembala yang menggembala dekat pagar larangan, dan akhirnya masuk ke dalamnya.

❤️ Peranan Hati
Rasulullah ๏ทบ menutup hadits ini dengan sabda yang sangat mendalam:
“Ketahuilah, dalam diri manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad; dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”
Artinya, segala amal dan perbuatan manusia bersumber dari hati.
Kalau hati dipenuhi iman, keikhlasan, dan ketakwaan, maka anggota tubuh akan berbuat baik.
Namun jika hati kotor dengan syahwat, iri, dan keserakahan dunia, maka perbuatannya pun akan rusak.

๐ŸŒธ Pelajaran Penting dari Hadits Ini
1. Menjauhi hal yang samar (syubhat) adalah bentuk kehati-hatian dan tanda keimanan.
2. Perbuatan kecil yang tampak sepele bisa menyeret kepada dosa besar bila dilakukan tanpa perhitungan.
3. Baik-buruknya hati menentukan baik-buruknya amal. Maka menjaga kebersihan hati lebih utama daripada sekadar memperbanyak amal tanpa keikhlasan.
4. Rizki yang halal lebih berkah, sedangkan rizki yang syubhat atau haram akan mematikan hati dan menghalangi doa.
5. Hati yang bersih (qalbun salim) adalah syarat masuk surga, sebagaimana firman Allah:

"Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu’ara: 89)

๐ŸŒฟ Contoh dalam Kehidupan

Seorang pedagang yang jujur menolak keuntungan besar karena sumbernya tidak jelas — ia telah menjaga dirinya dari syubhat.
Seorang pegawai yang menolak gratifikasi atau “uang terima kasih” karena takut merusak kehalalan rezekinya — ia telah melindungi kehormatannya.
Begitulah orang-orang yang menjaga hati dan takut kepada Allah meskipun tidak ada yang melihat.

๐Ÿ•Š️ Penutup

Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita jaga hati kita dari segala yang syubhat.
Mari perbanyak istighfar, muhasabah, dan doa agar Allah meneguhkan hati kita di atas kebenaran.

Rasulullah ๏ทบ sering berdoa:
“Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik”
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Semoga Allah menjadikan hati kita bersih, jujur, dan istiqamah dalam ketaatan.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

LARANGAN MENGADA-ADA DALAM AGAMA

๐Ÿ•Œ KHUTBAH JUMAT: LARANGAN MENGADA-ADA DALAM AGAMA

Khutbah Pertama

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ู†ุญู…ุฏู‡ ูˆู†ุณุชุนูŠู†ู‡ ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡، ูˆู†ุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุดุฑูˆุฑ ุฃู†ูุณู†ุง ูˆู…ู† ุณูŠุฆุงุช ุฃุนู…ุงู„ู†ุง، ู…ู† ูŠู‡ุฏู‡ ุงู„ู„ู‡ ูู„ุง ู…ุถู„ ู„ู‡، ูˆู…ู† ูŠุถู„ู„ ูู„ุง ู‡ุงุฏูŠ ู„ู‡.
ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ، ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†، ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ู… ุจุฅุญุณุงู† ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†.

ุฃู…ุง ุจุนุฏ،
ููŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ، ุฃูˆุตูŠูƒู… ูˆู†ูุณูŠ ุงู„ู…ู‚ุตุฑุฉ ุงู„ู…ุฐู†ุจุฉ ุจุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„، ูุงุชู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุญู‚ ุชู‚ุงุชู‡، ูˆู„ุง ุชู…ูˆุชู† ุฅู„ุง ูˆุฃู†ุชู… ู…ุณู„ู…ูˆู†

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan mulia ini, marilah kita renungi salah satu hadits Nabi kita yang agung, diriwayatkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ๏ทบ : "ู…َู†ْ ุฃَุญْุฏَุซَ ูِูŠ ุฃَู…ْุฑِู†َุง ู‡َุฐَุง ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู…ِู†ْู‡ُ ูَู‡ُูˆَ ุฑَุฏٌّ"
“Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

 "ู…َู†ْ ุนَู…ِู„َ ุนَู…َู„ًุง ู„َูŠْุณَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃَู…ْุฑُู†َุง ูَู‡ُูˆَ ุฑَุฏٌّ"
“Barang siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan itu tertolak.”

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Hadits ini sangat singkat, namun mengandung prinsip yang sangat besar dalam agama Islam — yaitu bahwa segala bentuk ibadah harus bersandar pada dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ๏ทบ.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam surat Al-Mฤidah ayat 3:
 "ุงู„ْูŠَูˆْู…َ ุฃَูƒْู…َู„ْุชُ ู„َูƒُู…ْ ุฏِูŠู†َูƒُู…ْ ูˆَุฃَุชْู…َู…ْุชُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู†ِุนْู…َุชِูŠ ูˆَุฑَุถِูŠุชُ ู„َูƒُู…ُ ุงู„ْุฅِุณْู„َุงู…َ ุฏِูŠู†ًุง"
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu.”

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sudah lengkap, tidak perlu ditambah-tambah atau dikurangi. Maka siapa pun yang menambah dalam urusan agama, berarti ia seolah-olah menganggap bahwa Islam masih kurang sempurna — dan ini adalah bentuk pelecehan terhadap kesempurnaan agama Allah.

Bahaya Mengada-ada dalam Agama

Rasulullah ๏ทบ telah memperingatkan kita dalam banyak hadits agar menjauhi perbuatan bid‘ah. Dalam setiap khutbahnya beliau sering bersabda:
 "ูَุฅِู†َّ ูƒُู„َّ ู…ُุญْุฏَุซَุฉٍ ุจِุฏْุนَุฉٌ، ูˆَูƒُู„َّ ุจِุฏْุนَุฉٍ ุถَู„َุงู„َุฉٌ"
“Sesungguhnya setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah adalah kesesatan.”

Perhatikanlah wahai kaum Muslimin,
Bahwa dalam agama ini tidak semua yang baru disebut bid‘ah, melainkan hanya perkara baru dalam urusan ibadah dan keyakinan yang tidak memiliki dalil dari syariat.

Adapun hal-hal baru dalam urusan dunia — seperti teknologi, sarana dakwah, atau administrasi — tidak termasuk dalam larangan ini, selama tidak bertentangan dengan syariat.

Namun apabila seseorang menambah bentuk ibadah baru, bacaan baru, atau ritual baru yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ๏ทบ dan para sahabatnya, maka perbuatan itu tertolak di sisi Allah, walau niatnya baik.

Karena keikhlasan saja tidak cukup tanpa mengikuti tuntunan Rasulullah ๏ทบ.
Dua syarat agar amal diterima di sisi Allah adalah:
1. Ikhlas karena Allah
2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah ๏ทบ (ittiba‘).

๐ŸŒฟ Ittiba’ Lebih Baik daripada Ibtida’
Rasulullah ๏ทบ telah menegaskan dalam sabdanya:
 "ุชุฑูƒุช ููŠูƒู… ุฃู…ุฑูŠู†، ู„ู† ุชุถู„ูˆุง ู…ุง ุฅู† ุชู…ุณูƒุชู… ุจู‡ู…ุง، ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ูˆุณู†ุชูŠ"
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara; kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnahku.”
Inilah jalan keselamatan umat Islam: berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan mengikuti hawa nafsu atau tradisi yang tidak berdasar.
Karena itu, setiap Muslim hendaknya berhati-hati dalam beribadah, jangan sampai terjebak dalam amalan yang indah di mata manusia, tetapi tertolak di sisi Allah.

Khutbah Kedua
ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†، ูˆุงู„ุนุงู‚ุจุฉ ู„ู„ู…ุชู‚ูŠู†، ูˆู„ุง ุนุฏูˆุงู† ุฅู„ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุธุงู„ู…ูŠู†، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ، ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†.

Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah,
Hadits ini memberikan pelajaran penting bagi kita agar beragama dengan ilmu, bukan dengan kebiasaan.
Karena kebiasaan tanpa ilmu bisa menjerumuskan kita kepada perbuatan bid‘ah, sedangkan ilmu menuntun kita kepada jalan sunnah.
Rasulullah ๏ทบ bersabda:
"ู…ู† ุนู…ู„ ุนู…ู„ุงً ู„ูŠุณ ุนู„ูŠู‡ ุฃู…ุฑู†ุง ูู‡ูˆ ุฑุฏٌّ"
“Barang siapa yang beramal tanpa tuntunan kami, maka amalan itu tertolak.
Maka marilah kita luruskan niat dan amal kita, agar setiap ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

๐ŸŒบ Doa dan Harapan

ุงู„ู„ู‡ู… ุฅู†ุง ู†ุณุฃู„ูƒ ุนู„ู…ุงً ู†ุงูุนุงً، ูˆุนู…ู„ุงً ู…ุชู‚ุจู„ุงً، ูˆู‚ู„ุจุงً ุฎุงุดุนุงً، ูˆู„ุณุงู†ุงً ุฐุงูƒุฑุงً، ูˆุฑุฒู‚ุงً ูˆุงุณุนุงً ุญู„ุงู„ุงً ุทูŠุจุงً.
ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุฑู†ุง ุงู„ุญู‚ ุญู‚ุงً ูˆุงุฑุฒู‚ู†ุง ุงุชุจุงุนู‡، ูˆุฃุฑู†ุง ุงู„ุจุงุทู„ ุจุงุทู„ุงً ูˆุงุฑุฒู‚ู†ุง ุงุฌุชู†ุงุจู‡.
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุงู„ุฐูŠู† ูŠุณุชู…ุนูˆู† ุงู„ู‚ูˆู„ ููŠุชุจุนูˆู† ุฃุญุณู†ู‡.
ุงู„ู„ู‡ู… ุชูˆูّู†ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ูˆุงู„ุณู†ุฉ، ูˆุงุญุดุฑู†ุง ููŠ ุฒู…ุฑุฉ ู†ุจูŠูƒ ู…ุญู…ุฏٍ ๏ทบ، ุจุฑุญู…ุชูƒ ูŠุง ุฃุฑุญู… ุงู„ุฑุงุญู…ูŠู†.

ุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡،
ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُ ุจِุงู„ْุนَุฏْู„ِ ูˆَุงู„ْุฅِุญْุณَุงู†ِ ูˆَุฅِูŠุชَุงุกِ ุฐِูŠ ุงู„ْู‚ُุฑْุจَู‰، ูˆَูŠَู†ْู‡َู‰ ุนَู†ِ ุงู„ْูَุญْุดَุงุกِ ูˆَุงู„ْู…ُู†ْูƒَุฑِ ูˆَุงู„ْุจَุบْูŠِ، ูŠَุนِุธُูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุฐَูƒَّุฑُูˆู†َ
ูุงุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุธูŠู… ูŠุฐูƒุฑูƒู…، ูˆุงุดูƒุฑูˆู‡ ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ูŠุฒุฏูƒู…، ูˆู„ุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ูˆุงู„ู„ู‡ ูŠุนู„ู… ู…ุง ุชุตู†ุนูˆู†

Penciptaan Manusia dan Ketentuan Takdir

๐Ÿ•Œ KHUTBAH JUMAT LENGKAP

Tema: Penciptaan Manusia dan Ketentuan Takdir

Khutbah Pertama

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฎู„ู‚ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู…ู† ู†ุทูุฉٍ ุซู… ุณูˆّุงู‡ُ ูˆุนุฏู„ู‡، ูˆุฃุฌุฑู‰ ุนู„ูŠู‡ ุฃู‚ุถูŠุฉَ ุงู„ุฃู‚ุฏุงุฑِ ุจุญูƒู…ุชู‡ ูˆุนุฏู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏุงً ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ุตุงุฏู‚ ุงู„ู…ุตุฏูˆู‚ ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ูŠู†ุทู‚ ุนู† ุงู„ู‡ูˆู‰، ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ู… ุจุฅุญุณุงู†ٍ ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†.

ุฃูˆุตูŠูƒู… ุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡ ูˆู†ูุณูŠ ุงู„ู…ู‚ุตّุฑุฉ ุงู„ู…ุฐู†ุจุฉ ุจุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡، ูุฅู†ู‡ุง ูˆุตูŠุฉ ุงู„ู„ู‡ ู„ู„ุฃูˆู„ูŠู† ูˆุงู„ุขุฎุฑูŠู†، ู‚ุงู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰:
"ูˆَู„َู‚َุฏْ ูˆَุตَّูŠْู†َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฃُูˆุชُูˆุง ุงู„ْูƒِุชَุงุจَ ู…ِู† ู‚َุจْู„ِูƒُู…ْ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ุฃَู†ِ ุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ"
(Surat An-Nisa: 131)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Di antara hadits Nabi ๏ทบ yang sangat agung dan menggugah hati adalah hadits keempat dari Arbain Nawawi, yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu.
Beliau berkata bahwa Rasulullah ๏ทบ bersabda:

 "Sesungguhnya penciptaan salah seorang di antara kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama empat puluh hari sebagai setetes mani, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari, kemudian diutus kepadanya malaikat yang meniupkan ruh, lalu dituliskan empat perkara: rizkinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia bahagia atau celaka."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang tahapan penciptaan manusia yang penuh hikmah dan keagungan. Allah menciptakan manusia secara bertahap di dalam rahim ibunya selama 120 hari, sebelum ruh ditiupkan. Ini menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah dalam menciptakan kehidupan dari sesuatu yang hina menjadi makhluk yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman:

 "ุซُู…َّ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ู†ُّุทْูَุฉَ ุนَู„َู‚َุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุนَู„َู‚َุฉَ ู…ُุถْุบَุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْู…ُุถْุบَุฉَ ุนِุธَุงู…ًุง ูَูƒَุณَูˆْู†َุง ุงู„ْุนِุธَุงู…َ ู„َุญْู…ًุง ุซُู…َّ ุฃَู†ْุดَุฃْู†َุงู‡ُ ุฎَู„ْู‚ًุง ุขุฎَุฑَ ูَุชَุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَุญْุณَู†ُ ุงู„ْุฎَุงู„ِู‚ِูŠู†َ"
(QS. Al-Mu’minun: 14)

Artinya:
"Kemudian Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, kemudian Kami jadikan tulang-belulang dan Kami bungkus tulang-belulang itu dengan daging, lalu Kami jadikan dia makhluk yang lain (dengan ditiupkan ruh). Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik."

Jamaah yang dirahmati Allah,
Dalam hadits ini Rasulullah ๏ทบ juga menyinggung tentang takdir. Ketika ruh ditiupkan, malaikat diperintahkan menulis empat perkara penting:
1️⃣ Rizkinya,
2️⃣ Ajalnya,
3️⃣ Amal perbuatannya, dan
4️⃣ Nasibnya: bahagia atau celaka.

Semua itu telah ditetapkan oleh Allah, namun bukan berarti manusia tidak memiliki pilihan. Kita tetap diperintahkan untuk beramal saleh, berusaha, dan berdoa, karena usaha kita adalah bagian dari takdir Allah juga.
Allah berfirman:

"ูˆَุฃَู†ْ ู„َูŠْุณَ ู„ِู„ْุฅِู†ุณَุงู†ِ ุฅِู„َّุง ู…َุง ุณَุนَู‰ٰ"
(QS. An-Najm: 39)
"Dan bahwa manusia tidak memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya."

Jamaah yang berbahagia,
Rasulullah ๏ทบ juga menegaskan dalam hadits ini bahwa amalan manusia dinilai di akhirnya. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, namun takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka dan masuklah ia ke dalamnya.”

Hadits ini mengingatkan kita agar tidak merasa aman dari dosa dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Karena hanya Allah yang mengetahui bagaimana akhir kehidupan kita. Maka hendaklah kita senantiasa berdoa agar Allah menutup usia kita dengan husnul khatimah — akhir yang baik.

Khutbah Kedua

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡، ู†ุญู…ุฏู‡ ูˆู†ุณุชุนูŠู†ู‡ ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡، ูˆู†ุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุดุฑูˆุฑ ุฃู†ูุณู†ุง ูˆู…ู† ุณูŠุฆุงุช ุฃุนู…ุงู„ู†ุง، ู…ู† ูŠู‡ุฏู‡ ุงู„ู„ู‡ ูู„ุง ู…ุถู„ ู„ู‡ ูˆู…ู† ูŠุถู„ู„ ูู„ุง ู‡ุงุฏูŠ ู„ู‡.

ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa takdir Allah adalah rahasia yang tidak bisa dijangkau akal manusia. Tugas kita bukan menebak masa depan, melainkan menyiapkan diri dengan amal saleh dan menjaga hati agar ikhlas.
Hadits ini juga mengajarkan kita untuk:
Tidak khawatir berlebihan tentang rezeki, karena ia sudah ditetapkan.
Tidak takut mati sebelum waktunya, karena ajal tak mungkin dimajukan atau dimundurkan.
Tidak sombong dengan amal, karena amal yang diterima hanyalah yang ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah ๏ทบ.
Maka, marilah kita isi kehidupan ini dengan amal kebaikan, memperbanyak istighfar, dan senantiasa memohon keteguhan hati hingga akhir hayat.
Rasulullah ๏ทบ pernah berdoa:
 "ูŠَุง ู…ُู‚َู„ِّุจَ ุงู„ْู‚ُู„ُูˆุจِ ุซَุจِّุชْ ู‚َู„ْุจِูŠ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠู†ِูƒَ"
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Doa Penutup Khutbah

ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช، ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุช، ุงู„ุฃุญูŠุงุก ู…ู†ู‡ู… ูˆุงู„ุฃู…ูˆุงุช.
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฑุฒู‚ู†ุง ุฑุฒู‚ًุง ุญู„ุงู„ًุง ุทูŠุจًุง ูˆุงุณุนًุง ู…ุจุงุฑูƒًุง ููŠู‡
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุณุนุงุฏุฉ ู„ุง ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุดู‚ุงุก، ูˆู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุฌู†ุฉ ู„ุง ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ู†ุงุฑ.
ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุญุณู† ุนุงู‚ุจุชู†ุง ููŠ ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ูƒู„ู‡ุง، ูˆุฃุฌุฑู†ุง ู…ู† ุฎุฒูŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุนุฐุงุจ ุงู„ุขุฎุฑุฉ
ุงู„ู„ู‡ู… ุฅู†ุง ู†ุณุฃู„ูƒ ุญุณู† ุงู„ุฎุงุชู…ุฉ، ูˆุซุจุชู†ุง ุนู„ู‰ ุฏูŠู†ูƒ ุญุชู‰ ู†ู„ู‚ุงูƒ ูˆุฃู†ุช ุฑุงุถٍ ุนู†ุง
ุฑุจู†ุง ุขุชู†ุง ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุณู†ุฉً، ูˆููŠ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ุญุณู†ุฉً، ูˆู‚ู†ุง ุนุฐุงุจ ุงู„ู†ุงุฑ
ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุณู„ู…، ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†

Kesempurnaan Islam dalam Iman, Islam, dan Ihsan

๐ŸŒ™ Materi Ceramah: Kesempurnaan Islam dalam Iman, Islam, dan Ihsan

Pembukaan

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ู‡ุฏุงู†ุง ู„ู„ุฅุณู„ุงู…، ูˆุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุฃู…ุฉ ุฎูŠุฑ ุงู„ุฃู†ุงู…، ู†ุญู…ุฏู‡ ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ุงู„ุนุธุงู…، ูˆู†ุดูƒุฑู‡ ุนู„ู‰ ูุถู„ู‡ ูˆุฅู†ุนุงู…ู‡، ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡ ู…ู† ูƒู„ ุฐู†ุจ ูˆุขุซุงู…
ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ، ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†
ุฃู…ุง ุจุนุฏ

Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah subแธฅฤnahu wa ta‘ฤlฤ yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam — dua nikmat terbesar yang tidak ternilai dengan apapun di dunia. Semoga dengan keimanan ini, Allah tetapkan langkah kita di jalan yang lurus sampai akhir hayat.

Isi Ceramah

Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji hadits kedua dari Arba’in An-Nawawi, hadits yang sangat agung karena berisi inti ajaran Islam — yaitu tentang Islam, Iman, dan Ihsan.

Rasulullah ๏ทบ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ุฌَุงุกَ ุฌِุจْุฑِูŠู„ُ ูŠُุนَู„ِّู…ُูƒُู…ْ ุฏِูŠู†َูƒُู…ْ
“Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”
(HR. Muslim)

Kisah dalam Hadits

Suatu hari, Rasulullah ๏ทบ sedang duduk bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki berpakaian putih bersih, berambut hitam pekat, tanpa terlihat tanda-tanda perjalanan jauh, dan tak ada seorang pun yang mengenalnya.
Lelaki itu duduk sangat sopan di depan Rasulullah ๏ทบ — menempelkan lututnya ke lutut Nabi, meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau, dan berkata:

“Wahai Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.”

Rasulullah ๏ทบ menjawab:

 “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji jika engkau mampu.”

Lelaki itu berkata, “Benar.” Para sahabat heran, karena orang itu bertanya tapi juga membenarkan — sesuatu yang jarang terjadi.
Kemudian ia bertanya lagi tentang iman dan ihsan, lalu hari kiamat serta tanda-tandanya.
Di akhir peristiwa itu, Rasulullah ๏ทบ bersabda:

“Dia adalah malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan kalian agama kalian.”

Makna dan Kandungan Hadits

Hadirin rahimakumullah,
Hadits ini mencakup tiga tingkatan utama dalam agama Islam, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.

๐ŸŒฟ 1. Islam – Tindakan Lahiriah

Islam adalah amal perbuatan yang tampak — berupa syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.
Ini adalah pondasi agama. Tanpa Islam, tidak ada bangunan iman yang bisa berdiri.
Melalui rukun Islam, kita membangun hubungan dengan Allah dan sesama manusia:
Syahadat menegaskan keyakinan dan pengakuan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Salat melatih disiplin dan menjaga hubungan ruhani dengan Allah.
Zakat menumbuhkan kepedulian dan membersihkan harta.
Puasa Ramadan mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri.
Haji menyatukan umat dalam simbol persaudaraan dan ketundukan kepada Allah.

๐ŸŒฟ 2. Iman – Keyakinan Batin

Setelah Islam, tingkatan kedua adalah Iman, yaitu keyakinan yang tertanam dalam hati:

 “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir — baik maupun buruk.”

Iman adalah ruh bagi amal perbuatan.
Tanpa iman, amal akan hampa.
Iman membuat seorang hamba kuat menghadapi ujian, sabar dalam cobaan, dan tetap bersyukur dalam nikmat.
Orang yang beriman yakin bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan Allah — baik atau buruk, semuanya mengandung hikmah. Inilah yang menjadikan hidupnya tenang.

๐ŸŒฟ 3. Ihsan – Puncak Spiritualitas

Tingkatan tertinggi adalah Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia melihatmu.
Inilah maqam orang-orang yang hatinya hidup dan selalu merasa diawasi oleh Allah.
Ihsan membuat amal kita tulus, jauh dari riya, dan dipenuhi rasa cinta kepada Allah.
Ketika seseorang mencapai derajat ihsan, hidupnya menjadi ibadah yang terus-menerus — bahkan dalam diam, dalam senyum, dalam pekerjaan, semuanya bernilai ibadah.

Pelajaran Penting dari Hadits Ini

1. Menuntut ilmu agama adalah kewajiban.
Malaikat Jibril datang bukan sekadar bertanya, tetapi mengajarkan — menunjukkan pentingnya majlis ilmu bagi umat Islam.
2. Adab menuntut ilmu.
Lihatlah bagaimana Jibril duduk sopan di hadapan Rasulullah ๏ทบ. Ia mencontohkan adab murid terhadap guru.
3. Mengajarkan Islam secara berjenjang.
Rasulullah ๏ทบ menjelaskan Islam, Iman, dan Ihsan sebagai tiga lapisan — mulai dari yang lahiriah, keyakinan batin, hingga spiritual tertinggi.
4. Tidak ada yang tahu kapan kiamat tiba.
Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib. Maka jangan sibukkan diri menebak waktunya, tapi siapkan diri menghadapinya.
5. Tanda-tanda akhir zaman telah nyata.
Anak durhaka pada orang tua, orang miskin berlomba membangun gedung tinggi — semua ini telah terjadi di zaman kita. Maka semakin dekatlah kita pada hari akhir.

Pesan Penutup

Hadirin yang dirahmati Allah,
Hadits Jibril ini mengingatkan kita bahwa agama Islam bukan hanya ritual, tapi jalan hidup yang utuh.
Mulailah dengan Islam — jalankan rukun-rukunnya dengan benar.
Kokohkan iman di hati — agar amal tidak goyah.
Lalu naiklah ke puncak ihsan — agar ibadah kita menjadi indah di sisi Allah.

Marilah kita berdoa agar Allah meneguhkan iman, menyempurnakan Islam, dan menghiasi hidup kita dengan ihsan.

Doa Penutup

ุงู„ู„ู‡ู… ุซุจุชู†ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุฅุณู„ุงู…، ูˆุฒูŠู†ุง ุจุงู„ุฅูŠู…ุงู†، ูˆุจู„ุบู†ุง ุฏุฑุฌุฉ ุงู„ุฅุญุณุงู†،
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุนุจุงุฏูƒ ุงู„ู…ุฎู„ุตูŠู†، ุงู„ุฐูŠู† ูŠุนุจุฏูˆู†ูƒ ูƒุฃู†ู‡ู… ูŠุฑูˆู†ูƒ،
ูˆุงุฑุฒู‚ู†ุง ุฎุดูŠุชูƒ ููŠ ุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ุงู†ูŠุฉ، ูˆุฑุถุงูƒ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ

ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً، ูˆَูِูŠ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً، ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑِ
ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†

Kesempurnaan Islam dalam Iman, Islam, dan Ihsan

๐ŸŒ™ Materi Ceramah: Kesempurnaan Islam dalam Iman, Islam, dan Ihsan

Pembukaan

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ู‡ุฏุงู†ุง ู„ู„ุฅุณู„ุงู…، ูˆุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุฃู…ุฉ ุฎูŠุฑ ุงู„ุฃู†ุงู…، ู†ุญู…ุฏู‡ ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ุงู„ุนุธุงู…، ูˆู†ุดูƒุฑู‡ ุนู„ู‰ ูุถู„ู‡ ูˆุฅู†ุนุงู…ู‡، ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡ ู…ู† ูƒู„ ุฐู†ุจ ูˆุขุซุงู….
ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ، ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†.
ุฃู…ุง ุจุนุฏ،

Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah subแธฅฤnahu wa ta‘ฤlฤ yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam — dua nikmat terbesar yang tidak ternilai dengan apapun di dunia. Semoga dengan keimanan ini, Allah tetapkan langkah kita di jalan yang lurus sampai akhir hayat.

Isi Ceramah

Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji hadits kedua dari Arba’in An-Nawawi, hadits yang sangat agung karena berisi inti ajaran Islam — yaitu tentang Islam, Iman, dan Ihsan.

Rasulullah ๏ทบ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ุฌَุงุกَ ุฌِุจْุฑِูŠู„ُ ูŠُุนَู„ِّู…ُูƒُู…ْ ุฏِูŠู†َูƒُู…ْ
“Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”
(HR. Muslim)

Kisah dalam Hadits
Suatu hari, Rasulullah ๏ทบ sedang duduk bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki berpakaian putih bersih, berambut hitam pekat, tanpa terlihat tanda-tanda perjalanan jauh, dan tak ada seorang pun yang mengenalnya.
Lelaki itu duduk sangat sopan di depan Rasulullah ๏ทบ — menempelkan lututnya ke lutut Nabi, meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau, dan berkata:
“Wahai Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.”
Rasulullah ๏ทบ menjawab:
“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji jika engkau mampu.”
Lelaki itu berkata, “Benar.” Para sahabat heran, karena orang itu bertanya tapi juga membenarkan — sesuatu yang jarang terjadi.
Kemudian ia bertanya lagi tentang iman dan ihsan, lalu hari kiamat serta tanda-tandanya.
Di akhir peristiwa itu, Rasulullah ๏ทบ bersabda:

“Dia adalah malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan kalian agama kalian.”

Makna dan Kandungan Hadits

Hadirin rahimakumullah,
Hadits ini mencakup tiga tingkatan utama dalam agama Islam, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.

๐ŸŒฟ 1. Islam – Tindakan Lahiriah
Islam adalah amal perbuatan yang tampak — berupa syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.
Ini adalah pondasi agama. Tanpa Islam, tidak ada bangunan iman yang bisa berdiri.
Melalui rukun Islam, kita membangun hubungan dengan Allah dan sesama manusia:
Syahadat menegaskan keyakinan dan pengakuan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Salat melatih disiplin dan menjaga hubungan ruhani dengan Allah.
Zakat menumbuhkan kepedulian dan membersihkan harta.
Puasa Ramadan mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri.
Haji menyatukan umat dalam simbol persaudaraan dan ketundukan kepada Allah.

๐ŸŒฟ 2. Iman – Keyakinan Batin

Setelah Islam, tingkatan kedua adalah Iman, yaitu keyakinan yang tertanam dalam hati:
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir — baik maupun buruk.”
Iman adalah ruh bagi amal perbuatan.
Tanpa iman, amal akan hampa.
Iman membuat seorang hamba kuat menghadapi ujian, sabar dalam cobaan, dan tetap bersyukur dalam nikmat.
Orang yang beriman yakin bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan Allah — baik atau buruk, semuanya mengandung hikmah. Inilah yang menjadikan hidupnya tenang.

๐ŸŒฟ 3. Ihsan – Puncak Spiritualitas

Tingkatan tertinggi adalah Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia melihatmu.

Inilah maqam orang-orang yang hatinya hidup dan selalu merasa diawasi oleh Allah.
Ihsan membuat amal kita tulus, jauh dari riya, dan dipenuhi rasa cinta kepada Allah.
Ketika seseorang mencapai derajat ihsan, hidupnya menjadi ibadah yang terus-menerus — bahkan dalam diam, dalam senyum, dalam pekerjaan, semuanya bernilai ibadah.

Pelajaran Penting dari Hadits Ini

1. Menuntut ilmu agama adalah kewajiban.
Malaikat Jibril datang bukan sekadar bertanya, tetapi mengajarkan — menunjukkan pentingnya majlis ilmu bagi umat Islam.
2. Adab menuntut ilmu.
Lihatlah bagaimana Jibril duduk sopan di hadapan Rasulullah ๏ทบ. Ia mencontohkan adab murid terhadap guru.
3. Mengajarkan Islam secara berjenjang.
Rasulullah ๏ทบ menjelaskan Islam, Iman, dan Ihsan sebagai tiga lapisan — mulai dari yang lahiriah, keyakinan batin, hingga spiritual tertinggi.
4. Tidak ada yang tahu kapan kiamat tiba.
Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib. Maka jangan sibukkan diri menebak waktunya, tapi siapkan diri menghadapinya.
5. Tanda-tanda akhir zaman telah nyata.
Anak durhaka pada orang tua, orang miskin berlomba membangun gedung tinggi — semua ini telah terjadi di zaman kita. Maka semakin dekatlah kita pada hari akhir.

Pesan Penutup
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hadits Jibril ini mengingatkan kita bahwa agama Islam bukan hanya ritual, tapi jalan hidup yang utuh.
Mulailah dengan Islam — jalankan rukun-rukunnya dengan benar.
Kokohkan iman di hati — agar amal tidak goyah.
Lalu naiklah ke puncak ihsan — agar ibadah kita menjadi indah di sisi Allah.
Marilah kita berdoa agar Allah meneguhkan iman, menyempurnakan Islam, dan menghiasi hidup kita dengan ihsan.

Doa Penutup

ุงู„ู„ู‡ู… ุซุจุชู†ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุฅุณู„ุงู…، ูˆุฒูŠู†ุง ุจุงู„ุฅูŠู…ุงู†، ูˆุจู„ุบู†ุง ุฏุฑุฌุฉ ุงู„ุฅุญุณุงู†،
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุนุจุงุฏูƒ ุงู„ู…ุฎู„ุตูŠู†، ุงู„ุฐูŠู† ูŠุนุจุฏูˆู†ูƒ ูƒุฃู†ู‡ู… ูŠุฑูˆู†ูƒ،
ูˆุงุฑุฒู‚ู†ุง ุฎุดูŠุชูƒ ููŠ ุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ุงู†ูŠุฉ، ูˆุฑุถุงูƒ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ

ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً، ูˆَูِูŠ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً، ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑِ
ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†

Keikhlasan Niat dalam Setiap Amal

๐ŸŒฟ Materi Ceramah: Keikhlasan Niat dalam Setiap Amal

Pembukaan

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุจู†ุนู…ุชู‡ ุชุชู… ุงู„ุตุงู„ุญุงุช، ูˆุจูุถู„ู‡ ุชุชู†ุฒู„ ุงู„ุจุฑูƒุงุช، ู†ุญู…ุฏู‡ ุชุนุงู„ู‰ ูˆู†ุณุชุนูŠู†ู‡ ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡، ูˆู†ุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุดุฑูˆุฑ ุฃู†ูุณู†ุง ูˆู…ู† ุณูŠุฆุงุช ุฃุนู…ุงู„ู†ุง.
ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏًุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ، ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†.
ุฃู…ุง ุจุนุฏ،

Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah subแธฅฤnahu wa ta‘ฤlฤ atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad แนฃallallฤhu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Isi Ceramah

Pada kesempatan kali ini, marilah kita renungkan bersama hadits pertama dari Arba’in An-Nawawi, hadits yang menjadi dasar dari seluruh amal perbuatan manusia. Rasulullah ๏ทบ bersabda:

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ ูˆَุฅِู†َّู…َุง ู„ِูƒُู„ِّ ุงู…ْุฑِุฆٍ ู…َุง ู†َูˆَู‰
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, adalah hadits agung yang menjadi pondasi amal umat Islam. Imam Syafi’i berkata, “Hadits ini mencakup sepertiga ilmu.” Karena seluruh amal manusia — baik ucapan, perbuatan, maupun gerak hati — semua tergantung niat.

Makna Niat
Niat bukan hanya sekadar ucapan di lisan, melainkan tujuan yang tertanam dalam hati. Dialah yang menentukan arah, makna, dan nilai dari setiap amal yang kita lakukan.
Dua orang bisa melakukan perbuatan yang sama, tetapi mendapat nilai yang sangat berbeda di sisi Allah.
Contohnya:
Seseorang pergi bekerja untuk mencari nafkah demi keluarganya karena Allah, maka ia mendapat pahala.
Sedangkan orang lain bekerja hanya untuk gengsi, maka pekerjaannya hanya bernilai dunia.
Inilah pentingnya niat. Niat mengubah hal yang biasa menjadi luar biasa. Niat menjadikan aktivitas dunia bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah.

Kisah Sebab Hadits
Rasulullah ๏ทบ menyampaikan hadits ini ketika terjadi peristiwa hijrah. Ada seseorang yang berhijrah dari Mekah ke Madinah bukan karena ingin mendapatkan ridha Allah, melainkan karena ingin menikahi seorang wanita bernama Ummu Qais.
Maka orang itu dijuluki “Muhajir Ummu Qais”, yaitu orang yang hijrah karena wanita, bukan karena Allah.
Sejak itu Rasulullah ๏ทบ menegaskan bahwa nilai suatu amal tergantung niatnya.

Pelajaran dari Hadits Ini
1. Niat adalah syarat diterimanya amal.
Tanpa niat yang benar, amal tidak akan diterima. Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas karena-Nya.”
2. Niat dilakukan di awal ibadah dan tempatnya di hati.
Tidak perlu dilafalkan keras-keras, karena niat adalah urusan hati yang paling dalam.
3. Ikhlas adalah kunci diterimanya amal.
Seseorang yang beramal karena Allah akan mendapat pahala besar, sedangkan yang beramal karena riya (pamer), amalnya akan sia-sia.
4. Semua perbuatan bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah.
Tidur dengan niat istirahat agar kuat beribadah, makan agar kuat mencari nafkah halal, menuntut ilmu karena Allah — semuanya bernilai ibadah.
5. Yang membedakan ibadah dan kebiasaan hanyalah niat.
Orang yang salat untuk Allah mendapat pahala besar. Tapi jika niatnya hanya ingin dipuji, maka ia hanya lelah tanpa nilai.
Contoh Aplikasi dalam Kehidupan
Belajar: Jika diniatkan agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan digunakan untuk menolong sesama, maka belajar menjadi ibadah.
Bekerja: Jika niatnya menafkahi keluarga karena Allah, maka setiap langkah menuju tempat kerja bernilai pahala.
Menolong orang lain: Jika diniatkan ikhlas karena Allah, maka menjadi amal shalih yang menghapus dosa.
Betapa indahnya Islam — agama yang menilai hati sebelum perbuatan.

Penutup dan Nasihat
Hadirin rahimakumullah,
Mari kita jaga niat kita dalam setiap amal. Karena sering kali niat berubah tanpa kita sadari. Maka perbaharuilah niat setiap saat, agar semua yang kita lakukan — dari yang besar hingga yang kecil — bernilai ibadah di sisi Allah.
Sebagaimana pesan para ulama:
“Perbaikilah niatmu, niscaya Allah akan memperbaiki amalmu.”
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas, yang setiap langkahnya, ucapannya, dan amalnya hanya tertuju kepada ridha-Nya.

Penutup Doa

ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ ุฃุนู…ุงู„ู†ุง ุฎุงู„ุตุฉ ู„ูˆุฌู‡ูƒ ุงู„ูƒุฑูŠู…، ูˆู„ุง ุชุฌุนู„ ููŠู‡ุง ู„ุฃุญุฏ ุบูŠุฑูƒ ุดูŠุฆًุง.
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฑุฒู‚ู†ุง ุงู„ุฅุฎู„ุงุต ููŠ ุงู„ู‚ูˆู„ ูˆุงู„ุนู…ู„، ูˆุญุณู† ุงู„ู†ูŠุฉ ููŠ ุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ู†، ูˆุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุนุจุงุฏูƒ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู†.

Rabbana taqabbal minna, innaka Antas-Samฤซ‘ul-‘Alฤซm, wa tub ‘alaina, innaka Antat-Tawwฤbur-Rahฤซm.
ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†.