Kuncinya Bangun Kekuatan Sendiri
Masalah loyalitas ternyata bukan soal sederhana, terbukti dengan banyaknya ayat Alquran yang menjelaskan hal ini. Setiap kali Allah menyebut tentang Hizbullah, selalu diikuti dengan kata wala', yang berarti loyalitas. Kepada siapa loyalitas itu diberikan, sangat menentukan kadar iman seseorang.
Wala' menurut bahasa adalah kecintaan, pertemanan, persahabatan, pertolongan, kesetiaan, dan ikutan, serta perlindungan, sebagaimana firman Allah:
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (wahai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS al-Anfaal: 73)
Ayat di atas merupakan satu-satunya ayat yang menganjurkan kepada kaum muslimin meniru sikap dan perilaku kaum kuffar dalam hal saling memberikan perlindungan antar sesama mereka. Sikap itu hendaknya dicontoh kaum muslimin agar mereka bisa saling menolong dan memberikan perlindungan antar sesamanya. Jika tidak, maka akan terjadi kerusakan yang dahsyat.
Apa yang melanda dunia Islam saat ini adalah bukti dari ketidaktaatan umat Islam terhadap perintah Allah. Antar sesama umat Islam tidak terjadi persahabatan dan kesetiakawanan. Yang terjadi justru saling bermusuhan. Lebih tragis lagi, banyak di antara umat Islam yang lebih enjoy menjalin pertemanan dengan ghairul Islam. Padahal ayat dan haditsnya sangat jelas dan gamblang. Bukankah Allah telah berfirman:
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman, pelindung, penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa yang berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena siasat memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa-Nya). Dan hanya kepada Allah kembali-(mu)." (QS Ali Imraan: 28)
Tafsir apa lagi yang lebih tepat dari ayat di atas selain melakukan koalisi atau aliansi antar umat Islam? Takwil apa lagi yang lebih pas selain berlepas diri dari semua ikatan dengan orang-orang kafir? Jika masih ada tafsir yang lain, barangkali itu adalah manifestasi dari hawa nafsu yang masih sangat dominan.
Keinginan berkuasa, memerintah, menjadi presiden dan pemimpin puncak jangan sampai menghalalkan segala cara. Cara yang paling pas adalah memperbesar kekuatan Islam. Jangan terlalu mudah tergiur dengan kekuatan oang-orang kafir, sehingga terburu-buru menjalin koalisi dengan mereka. Koalisi dengan mereka sama saja dengan seorang gadis yang melacurkan dirinya. Perbuatan itu tidak saja terlarang, tapi juga mendatangkan azab Tuhan.
Kekuatan kita yang sebenarnya adalah apabila kita bersama-sama kaum muslimin lainnya bersatu-padu, menjalin solidaritas dan pemahaman bersama untuk menang. Selama kekuatan Islam masih bercerai-berai dan para pemimpinnya lebih suka berteman dan bersahabat dengan orang-orang yang di hatinya menyimpan kebencian terhadap Islam, maka pertolongan Allah tidak akan datang. Jika seandainya koalisi mereka menang, maka sesungguhnya yang menang adalah orang-orang kafir, bukan umat Islam. Kemenangan itu semu, bukan kemenangan yang sebenarnya.
Dalam kaitannya dengan koalisi dengan kaum kafir ini, Allah menantang kita dengan firman-Nya:
"(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan adalah milik Allah." (QS an-Nisaa: 139)
Jangan terkecoh dengan kekuatan kaum kafir atau kekuatan kaum sekuler. Dari luar kekuatan mereka kelihatannya sangat hebat, tapi jika ditengok lebih ke dalam, yang ada justru sebaliknya. Organisasi yang mereka bangun sangat rapuh, penuh dengan konflik kepentingan. Kelihatannya saja mereka solid, tapi pada kenyataannya mereka itu bercerai-berai. Persaingan di dalam sangat besar. Bagai api dalam sekam, setiap saat bisa meledak menjadi mesin penghancur. Tentang hal ini Allah menjelaskan:
"Kau mengira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah-belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti." (QS al-Hasyr: 14)
Adapun bangunan sistem yang mereka kembangkan kelihatannya saja wah, hebat, dan kuat. Padahal Allah Swt memandang lain bangunan itu. Dalam pandangan Allah, bangunan sistem yang mereka rancang tidak lebih dari rumah laba-laba. Kelihatannya canggih, bersistem, dan antara satu dengan yang lain saling terkait. Akan tetapi perhatikan bangunan itu, selain secara fisik lemah, juga kerusakannya gampang merembet, ibarat jaringan internet yang ambruk terserang virus. Allah berfirman:
"Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui." (QS al-Ankabuut: 41)
Betapapun hebatnya sistem kekuasaan yang mereka bangun, pada saat yang tidak terlalu lama akan roboh pula. Kehancuran sebuah sistem yang dibangun di atas landasan bukan Islam sesungguhnya tinggal menunggu waktu. Untuk itu, program kita bukan bagaimana menghancurkan sistem tersebut. Kehancuran mereka itu sudah otomatis. Secara alamiah mereka akan hancur sendiri. Justru yang paling penting adalah membangun sistem kita sendiri di atas landasan Islam yang kokoh.
Untuk membangun sistem Islam yang kokoh itu tak mungkin bekerja sama dengan melakukan koalisi atau aliansi dengan kekuatan-kekuatan di luar Islam. Itu suatu kemustahilan, tak pernah terjadi sepanjang sejarah Islam.
Sekali lagi loyalitas kita harus utuh hanya kepada Islam, yaitu Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Hal itu kita wujudkan dalam bentuk berjamaah. Kita angkat pemimpin-pemimpin Islam dan kita jalankan program-program keislaman.
Memberikan loyalitas kepada selain Islam dapat mengganggu dan merusak keislaman kita. Bisa menjerumuskan kita ke dalam golongan oang-orang kafir, atau setidak-tidaknya menjadi golongan munafik. Perbuatan itu diharamkan syariat Islam.
Termasuk ber-wala' kepada selain Islam adalah memberikan bantuan, pertolongan, ketaatan, dan ikatan seumur hidup dengan orang-orang kafir. Apapun bentuknya.
Seorang politisi muslim yang mengangkat, membela, mendukung, dan melindungi orang-orang kafir, musyrik, munafik, baik sebagai individu, golongan, atau partai, maka sesungguhnya ia telah menyerahkan loyalitasnya kepada musuh Islam. Walaupun mereka tetap menjalankan salat dan puasa, serta mengaku sebagai muslim, sesungguhnya mereka telah keluar dari dien-nya.
Termasuk katagori ini adalah orang awam yang menjadi anggota, simpatisan, dan pendukung partai yang nyata-nyata dibangun di atas landasan selain Islam. Baik berupa nasionalisme maupun sekularisme. Allah berfirman:
"Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahl Kitab: Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi, pasti kami membantumu." (QS al-Hasyr: 11)
Mengikat janji seperti ini dengan orang-orang kafir sama sekali tidak dibenarkan syariat Islam. Orang Islam yang terlibat di dalamnya dapat dikatagorikan sebagai munafik, karena di satu sisi ia selalu berjanji sepenuhnya menyerahkan salat, ibadah, hidup dan matinya kepada Allah Swt, tapi di waktu yang lain ia mengikat janji kepada orang-orang yang dimurkai Allah. Bukankah setiap kali orang beriman berikrar:
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam."Kekuatan musuh Islam, cukup ditunggu saat hancurnya. Yang penting adalah bagaimana bangunan Islam dibuat
Post a Comment