Ruhiyah Da'iyah
Ruhiyah Da'iyah
PKS JakSel : Salah satu landasan utama dalam membangun individu muslim
adalah aspek ruhiyah sehingga ia mampu melaksanakan setiap perintah Allah
SWT dengan penuh muroqobatullah dan keikhlasan niat. Aspek ini juga yang
mendorong setiap muslim untuk menjadikan orientasi amalnya adalah akhirat
dan senantiasa menjaga kebersihan baik hissiyah maupun ma'nawiyah.
Kebutuhan setiap dai terhadap sisi ini jauh lebih mendesak ketimbang para
mad'u (objek dakwahnya). Mereka harus berada di barisan terdepan umat ini
yang siap melindunginya setiap saat dari berbagai keruntuhannya. Terlebih
mereka adalah qudwah umat yang dituntut untuk selalu berada selangkah di
depan. Ustadz Muhammad Nuh pernah mengatakan : "Seorang dai ketika
memerintahkan para mad'unya untuk mengerjakan amal-amal fardhu maka ia harus
sudah terlebih dahulu melakukan amal-amal sunnahnya".
Keteladanan Ruhiyah Generasi Awal dan Penerusnya
Bisa dikatakan bahwa kebangkitan umat ini ditentukan dengan kebangkitan para
da'inya dan mobilitas seorang da'i sangat ditentukan pada sejauh mana ia
mampu mengasah ruhiyah spritualnya. Hal ini bisa kita saksikan dalam diri
generasi pertama dakwah ini -para sahabat- sehingga mereka mendapatkan
julukan rahib di malam hari dan penunggang kuda di siang hari. Ketika malam
tiba, mereka berdiri di mihrab hingga larut malam dalam kekhusyu'an
sholatnya, menggeleng-gelengkan kepala dan menangis tersedu oleh dzikir
panjang mereka, seraya bergumam : "Wahai dunia, bukan aku orang yang bisa
kau tipu". Kebiasaan ini diteruskan oleh orang-orang mukmin sesudahnya.
Sulaiman bin Hamzah Al-Maqdisy, penghulu hakim Negeri Syam dan seorang
keturunan Ibnu Qudamah, mengatakan : "Aku sama sekali tidak pernah sholat
fardhu sendirian, kecuali dua kali dan sampai sekarang seakan-akan aku
merasa masih belum mengerjakan keduanya," padahal usianya hampir mendekati
sembilan puluh tahun. Seorang ahli hadist terpercaya, Bisyr bin Hasan,
mendapat julukan ash-shaf karena dia selalu menempati shaff yang pertama di
Masjid Bashrah selama lima puluh tahun.
Suatu ketika ada seorang dai yang ditawan dalam penjara, saat itu ia ditanya
temannya : "Mengapa saat Anda menerima makanan yang penuh pasir dengan riang
gembira, seakan-akan Anda menerima ayam, atau merpati panggang yang lezat
atau sayuran istimewa dengan nasi lemak dan udang. Tidakkah Anda merasa duka
cita mengenang keluarga, anak, isteri, dan rumah Anda?". Ia menjawab dengan
tenang : "Sebenarnya kami mengenang semua itu lebih dari orang lain tetapi
kami menimbang segala yang kami cintai itu dengan keridhoan Allah. Kami
utamakan apa yang ada pada Allah melebihi segala yang ada dalam wujud ini.
Lantaran itu Allah menurunkan sakinah kepada kami, dan Allah janjikan satu
kemenangan kepada kami dan kami bersiap-siap menyambut kemenangan itu".
Ruhiyah Asas Kemenangan
Tahun-tahun ke depan dakwah ini akan semakin mendapat ujiannya, entah ujian
berupa kesenangan, kemudahan, berbagai kesuksesan atau barangkali berupa
kesulitan dan kesempitan, firman Allah : "...Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya
kepada Kami-lah kamu dikembalikan" (Al-Anbiya : 35). Itu semua tidak boleh
menjadikan pejuang dakwah ini mundur ke belakang justru semakin memacu
mereka untuk terus mempersiapkan diri. Kemudahan sarana dan kelapangan waktu
tidak menjadikan lalai untuk terus menguatkan hubungan dengan Allah SWT.
Siapa yang tidak mendekat kepada Allah maka ia akan semakin mendekat kepada
musuh-musuh-Nya.
Sesungguhnya kemenangan besar dakwah akan Allah berikan setelah para pejuang
dakwah benar-benar telah siap menerimanya, sehingga Islam akan benar-benar
menjadi rahmatan lil'alamin bagi semua makhluk-Nya. Persiapan yang paling
mendasar adalah persiapan ruhiyah, sebagaimana perintah Allah kepada
rasulullah : "Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya
atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kepadamu perkataan yang berat" (Al-Muzammil :1-5). Wallahu'alam.
PKS JakSel : Salah satu landasan utama dalam membangun individu muslim
adalah aspek ruhiyah sehingga ia mampu melaksanakan setiap perintah Allah
SWT dengan penuh muroqobatullah dan keikhlasan niat. Aspek ini juga yang
mendorong setiap muslim untuk menjadikan orientasi amalnya adalah akhirat
dan senantiasa menjaga kebersihan baik hissiyah maupun ma'nawiyah.
Kebutuhan setiap dai terhadap sisi ini jauh lebih mendesak ketimbang para
mad'u (objek dakwahnya). Mereka harus berada di barisan terdepan umat ini
yang siap melindunginya setiap saat dari berbagai keruntuhannya. Terlebih
mereka adalah qudwah umat yang dituntut untuk selalu berada selangkah di
depan. Ustadz Muhammad Nuh pernah mengatakan : "Seorang dai ketika
memerintahkan para mad'unya untuk mengerjakan amal-amal fardhu maka ia harus
sudah terlebih dahulu melakukan amal-amal sunnahnya".
Keteladanan Ruhiyah Generasi Awal dan Penerusnya
Bisa dikatakan bahwa kebangkitan umat ini ditentukan dengan kebangkitan para
da'inya dan mobilitas seorang da'i sangat ditentukan pada sejauh mana ia
mampu mengasah ruhiyah spritualnya. Hal ini bisa kita saksikan dalam diri
generasi pertama dakwah ini -para sahabat- sehingga mereka mendapatkan
julukan rahib di malam hari dan penunggang kuda di siang hari. Ketika malam
tiba, mereka berdiri di mihrab hingga larut malam dalam kekhusyu'an
sholatnya, menggeleng-gelengkan kepala dan menangis tersedu oleh dzikir
panjang mereka, seraya bergumam : "Wahai dunia, bukan aku orang yang bisa
kau tipu". Kebiasaan ini diteruskan oleh orang-orang mukmin sesudahnya.
Sulaiman bin Hamzah Al-Maqdisy, penghulu hakim Negeri Syam dan seorang
keturunan Ibnu Qudamah, mengatakan : "Aku sama sekali tidak pernah sholat
fardhu sendirian, kecuali dua kali dan sampai sekarang seakan-akan aku
merasa masih belum mengerjakan keduanya," padahal usianya hampir mendekati
sembilan puluh tahun. Seorang ahli hadist terpercaya, Bisyr bin Hasan,
mendapat julukan ash-shaf karena dia selalu menempati shaff yang pertama di
Masjid Bashrah selama lima puluh tahun.
Suatu ketika ada seorang dai yang ditawan dalam penjara, saat itu ia ditanya
temannya : "Mengapa saat Anda menerima makanan yang penuh pasir dengan riang
gembira, seakan-akan Anda menerima ayam, atau merpati panggang yang lezat
atau sayuran istimewa dengan nasi lemak dan udang. Tidakkah Anda merasa duka
cita mengenang keluarga, anak, isteri, dan rumah Anda?". Ia menjawab dengan
tenang : "Sebenarnya kami mengenang semua itu lebih dari orang lain tetapi
kami menimbang segala yang kami cintai itu dengan keridhoan Allah. Kami
utamakan apa yang ada pada Allah melebihi segala yang ada dalam wujud ini.
Lantaran itu Allah menurunkan sakinah kepada kami, dan Allah janjikan satu
kemenangan kepada kami dan kami bersiap-siap menyambut kemenangan itu".
Ruhiyah Asas Kemenangan
Tahun-tahun ke depan dakwah ini akan semakin mendapat ujiannya, entah ujian
berupa kesenangan, kemudahan, berbagai kesuksesan atau barangkali berupa
kesulitan dan kesempitan, firman Allah : "...Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya
kepada Kami-lah kamu dikembalikan" (Al-Anbiya : 35). Itu semua tidak boleh
menjadikan pejuang dakwah ini mundur ke belakang justru semakin memacu
mereka untuk terus mempersiapkan diri. Kemudahan sarana dan kelapangan waktu
tidak menjadikan lalai untuk terus menguatkan hubungan dengan Allah SWT.
Siapa yang tidak mendekat kepada Allah maka ia akan semakin mendekat kepada
musuh-musuh-Nya.
Sesungguhnya kemenangan besar dakwah akan Allah berikan setelah para pejuang
dakwah benar-benar telah siap menerimanya, sehingga Islam akan benar-benar
menjadi rahmatan lil'alamin bagi semua makhluk-Nya. Persiapan yang paling
mendasar adalah persiapan ruhiyah, sebagaimana perintah Allah kepada
rasulullah : "Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya
atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kepadamu perkataan yang berat" (Al-Muzammil :1-5). Wallahu'alam.
Post a Comment