Mewaspadai Jahiliyyah


Mewaspadai Jahiliyyah
"Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (QS. Al-Maidah:50)

Pendahuluan
Kejahiliyyahan tidak hanya terdapat pada masyarakat Arab sebelum Islam, tetapi ada pada setiap masyarakat, tempat dan masa, yang berarti bahwa itu dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga.
Menurut Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Muhammad Qutb, jahl itu bermakna "Tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu." Karena itu, orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang yang haq (benar) adalah jahil, apalagi kalau tidak mengikuti yang haq itu. Atau tahu yang haq tapi perilakunya bertentangan dengan yang haq, meskipun dia sadar atau paham bahwa apa yang dilakukannya memang bertentangan dengan yang haq itu sendiri.
Didalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman tentang jahiliyyah yang penggunaannya untuk tiga hal. Hal ini menjadi penting untuk kita pahami agar dengan demikian kita menyadari bahwa jahiliyyah itu tidaklah semata-mata bodoh dalam arti tidak punya ilmu, apalagi sekedar bodoh secara intelektual.
1. Jahiliyyah Dalam Ketuhanan
Kata jahiliyyah digunakan untuk menggambarkan kebodohan menusia terhadap konsep ketuhanan yang benar. Manusia yang tidak mengetahui hakikat uluhiyah merupakan manusia yang jahil. Tuhan dalam Islam adalah sesuatu yang tidak bisa dibuat, tidak bisa dilihat dengan pandangan mata, tidak ada sesuatu yang bisa menyamainya, bahkan Tuhan itu justeru yang mencipta segala sesuatu, bukan dicipta oleh sesuatu. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman yang artinya: Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada satu kaum yang tetap menyembah berhala mereka. Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui/jahil." (QS: Al-A'raaf 138).
Ayat lain yang terkait dengan masalah ini adalah firman Allah yang artinya: Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". (QS: Al-Baqarah 67)
Dalam Islam, Ketuhanan merupakan maslah yang paling mendasar, bila pada masalah ini manusia sudah menyimpang dari nilai-nilai Islam, maka tidak akan mungkin terwujud kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Karena itu, menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang benar yang harus disembah dan diabdi oleh setiap manusia adalah menjadi misi yang diemban oleh semua Nabi. Karena itu, bila manusia mengabaikan misi para Rsul ini, kehancuran hidup dunia dan akhirat tidak bisa dielakkan lagi sebagaimana sejarah telah mencatatnya, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus para Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu", maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk, ada orang yang sudah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (Rasul-rasul). (QS:An-Nahl 36)
2. Jahiliyyah Dalam Hukum
Dalam masalah hukum, Allah SWT juga menggunakan kata jahiliyyah untuk hukum-hukum selain dari hukum Allah atau hukum yang bertentangan dengan hukum-Nya. Itu sebabnya seorang muslim jangan menggunakan hukum yang lain kecuali hukum Allah atau jangan gunakan hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam pelaksanaan hukum, manusia sebenarnya mencari keadilan dan manusia tidak akan memperoleh keadilan itu kecuali apabila hukum-hukum Allah ditegakkan. Karena itu, amat aneh apabila manusia ingin mendapatkan keadilan yang hakiki, tapi hukum-hukum lain, yakni hukum yang bertentangan dengan hukum Allah diperjuangkan penegakkannya. Hukum yang datang dari Allah memberikan keadilan bagi umat manusia, baik dalam masalah pribadi, keluarga maupun masyarakat, negara dan bangsa. Allah berfirman yang artinya: "Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (QS: Al-Maidah 50).
Sebagai sebuah contoh, ketika beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta komentar atas terjadinya pelanggaran hukum yang dilakukan para pembesar masyarakat tapi mereka dibiarkan saja dengan kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, maka Rasulullah SAW menegaskan: "Seandainya anakku, Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya". Disamping itu, ketika Ali bin Abi Thalib mengajukan ke pengadilan seorang Yahudi yang mencuri baju besinya kepada Khalifah Umar bin Khattab, maka di pengadilan itu, Umar justeru membebaskan orang Yahudi dari segala tuduhan, karena kesalahan yang dilakukannya tidak bisa dibuktikan secara hukum. Tegasnya amat banyak contoh dalam sejarah yang menggambarkan betapa bila hukum-hukum Allah ditegakkan, manusia akan mendapatkan keberuntungan, bahkan tidak hanya bagi kaum muslimin, tapi juga mereka yang non muslim. Sementara ketika hukum-hukum jahiliyyah yang tegak, maka yang menderita bukan hanya mereka yang jahiliyyah, kita yang taat kepada Allah juga bisa merasakan akibat buruknya. Hanya persoalannya, begitu banyak manusia yang "bodoh" sehingga tidak bisa membedakan mana yang haq dan bathil dan akibatnya tidak bisa menjatuhkan pilihannya kepada yang haq itu.
Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mau berhukum kepada hukum Allah, akan dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, Allah berfirman yang artinya: "Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS: Al-Maidah 44).
3. Jahiliyyah Dalam Akhlak
. Kata jahiliyyah juga digunakan oleh Allah SWT untuk menamakan akhlak atau prilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai yang datang dari Nya, misalnya saja penampilan seorang wanita yang tidak Islami, sikap sombong, pembicaraan yang tidak bermanfaat, perzinahan dll. Allah SWT berfirman dalam kaitan menceritakan kasus yang terjadi pada Nabi Yusuf yang artinya: Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu akan cenderung (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS: Yusuf 33
Pada ayat lainnya, Allah SWT juga berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah dahulu. (QS: Al-Ahzaab 33). Terdapat juga firman lain yang artinya: Ketika orang-orang kafir menanamkan kedalam hati mereka kesombongan (yaitu) jahiliyyah lalu Allah SWT menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min. (QS: Al-Fath 26). Dan ayat yang menggambarkan kejahiliyyahan dalam bentuk pembicaraan yang tidak bermanfaat adalah firman Allah yang artinya: Dan apabila mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil." (QS: Al-Qashash 55).
Kejahiliyyahan dalam akhlak telah membawa dampak negatif yang sangat besar sejak masa lalu hingga hari ini dan hari kiamat nanti. Terjadi kerusakan dibidang perekonomian, kemasyarakatan hingga lingkungan hidup yang didiami oleh manusia dan manusia mengalami akibat dari semua itu. Allah berfirman yang artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan menusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS: Ar-Rum 41).
Dalam kehidupan kita di dunia ini, tiga persoalan di atas merupakan sesuatu yang tidak terpisah-pisah, yakni aqidah, syari'ah, dan akhlak. Karena itu, apabila pada tiga sisi ini tidak sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya dalam diri kita, itu berarti telah terjadi kejahiliyyahan pada diri kita yang tentu saja harus kita jauhi, karena kejahiliyyahan merupakan sesuatu yang tercela dan itu sebabnya Rasulullah SAW bertugas membebaskan manusia dari segala unsur kejahiliyyahan.

Tidak ada komentar