Inti Agama Islam
Inti Agama Islam
"Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat: 56)
Kewajiban Seorang Hamba
Kewajiban seorang hamba yang pertama kali harus dilakukan
adalah:
Mengetahui bentuk hakikat perintah yang Allah tetapkan atasnya. Allah mengambil janji terhadap mereka dengan mengutus para Rasul, menurunkan kitab, dan karenanya pula Allah menciptakan dunia dan akhirat, surga dan neraka. Dengan perintah-Nya akan terjadi hari kiamat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya. Lalu ada proses perhitungan di alam akhirat dimana perbuatan manusia di dunia harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Dan sampai pada ketentuan apakah seseorang itu celaka atau bahagia dengan keadaan dirinya masing-masing. Orang-orang yang celaka tempatnya yang telah disediakan adalah Neraka. Dan orang-orang yang beruntung tempatnya adalah di surga, masing-masing dengan derajat yang berbeda sesuai dengan dekat dan jauhnya terhadap Allah SWT.
Mengetahui bentuk hakikat perintah yang Allah tetapkan atasnya. Allah mengambil janji terhadap mereka dengan mengutus para Rasul, menurunkan kitab, dan karenanya pula Allah menciptakan dunia dan akhirat, surga dan neraka. Dengan perintah-Nya akan terjadi hari kiamat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya. Lalu ada proses perhitungan di alam akhirat dimana perbuatan manusia di dunia harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Dan sampai pada ketentuan apakah seseorang itu celaka atau bahagia dengan keadaan dirinya masing-masing. Orang-orang yang celaka tempatnya yang telah disediakan adalah Neraka. Dan orang-orang yang beruntung tempatnya adalah di surga, masing-masing dengan derajat yang berbeda sesuai dengan dekat dan jauhnya terhadap Allah SWT.
Arti Al-Abdu (hamba) adalah orang yang diperbudak, lemah dan
hina yang artinya mencakup seluruh makhluk baik di bumi maupun di langit,
berakal atau tidak, yang tampak atau tidak, yang beriman atau kafir. Allah
adalah yang memelihara semua makhluk, maka ia menjadi hina kalau Allah
menghinakannya, dan akan terpelihara kalau Allah memeliharanya. Setiap sesuatu
berjalan sesuai dengan fitrahnya. Tidak ada yang dapat melampaui-Nya hanya
sebesar biji sawi.
Allah memerintahkan kepada hambanya adalah sebagai mana dalam
firman-Nya, yang artinya:
"Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat: 56)
"Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah adalah segala sesuatu amal yang dicintai Allah dan
diridhoi-Nya, baik yang terbetik di dalam hati, perkataan yang diucapkan maupun
perbuatan. Sesuatu amalan bisa dianggap ibadah apabila memenuhi syarat, yaitu
benar-benar atas dasar cinta dan rendah hati kepada Allah SWT. Dan beribadah ada
tiga syarat, yaitu: kemauan yang kuat, niat yang ikhlas dan sesuai dengan
syari'at Islam yang diperintahkan Allah. Dua syarat terakhir itulah syarat
diterimanya ibadah.
"Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah." (Al-Baqarah: 165)
Tanda-tanda seorang hamba mencintai Rabbnya, yaitu dia
mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci-Nya;
Melaksanakan perintahnya; menjauhi larangannya; berwala (loyalitas) kepada para
wali-wali-Nya dan memusuhi musuh-musuh-Nya. Dan yang dikatakan sekuat-kuat iman
adalah cinta dan benci karena Allah.
Untuk mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah, maka
harus melalui para rasul yang telah diutus dan kitab-kitab yang diturunkan yang
di dalamnya terdapat perintah yang dicintai dan diridhoi-Nya dan larangan yang
dibenci-Nya. Dan Allah telah menyempurnakan agama ini kepada rasul terakhir
yaitu Muhammad saw. Maka melalui petunjuk dan perintah Rasul terakhir itulah
dengan kitab dan sunnah-nya untuk diikutinya.
"(Mereka) Kami utus selaku Rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul." (An-Nisa': 165)
Arti Islam
"Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah adalah
Islam." (Ali Imran: 19)
Ada beberapa tertib (urutan) dalam agama Islam, yaitu: Islam,
Iman dan Ihsan. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah,
meng-Esa-kan-Nya dan meyakini-Nya dengan menaati serta jauh dari perbuatan
syirik. Iman adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan,
perbuatan kata, lisan dan anggota badan. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan. Ihsan adalah kamu menyembah Allah Subhanahu
wa Taala seolah-olah kamu melihat-Nya. Bila kamu tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia dapat melihatmu.
"Dan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh (al-'urwatul wutsqa)."
(Luqman: 22)
"Dan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh (al-'urwatul wutsqa)."
(Luqman: 22)
Rukun Islam
Dalam soal jawab tentang agama dengan malaikat Jibril,
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
"Islam yaitu hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bila mampu."
(HR Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
"Islam yaitu hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bila mampu."
(HR Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
Rukun Islam itu ada lima. Yang pertama dan yang paling besar
adalah: Syahadah (persaksian) bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Seorang hamba tidak dikatakan sebagai
seorang Muslim kecuali dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Rasulullah saw telah bersabda yang artinya, "Saya diperintahkan untuk
membunuh manusia, sehingga mereka mau bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali
Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya." (HR Tujuh Imam Hadits)
Makna "Laa Ilaaha Illallah"
Artinya kita menafikan segala apa yang disembah selain Allah
Subhanahu wa Taala, artinya kita menetapkan bahwa ibadah itu hanya untuk Allah
SWT semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Syarat "Laa Ilaaha Illallah"
Syarat-syarat syahadat "Laa Ilaaha Illallah" yang dapat memberi
manfaat bagi pengucapnya adalah:
- Harus mempunyai Ilmu yang menafikan kebodohan (tentang Allah SWT).
- Keyakinan yang menafikan keraguan.
- Ikhlas (murni dalam beribadah kepada Allah SWT) yang menafikan syirik.
- Kejujuran yang menafikan dusta.
- Cinta yang menafikan kebencian.
- Ketundukan yang menafikan pelanggaran (meninggalkan perintah).
- Menerima tanpa ada penolakan.
- Mengingkari semua apa yang disembah selain Allah SWT.
Syirik
Syirik dibagi menjadi tiga bagian:
Syirik dibagi menjadi tiga bagian:
- Syirik Akbar (Besar).
- Syirik Ashghar (Kecil).
- Syirik Khofi (Samar).
Syirik Akbar/Besar
Syirik akbar akan menghapuskan pahala amal dan akan mengekalkan
pelakunya di dalam Neraka. Seperti yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala:
"Dan kalau mereka melakukan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu), pasti akan gugur dari mereka (pahala) apa yang mereka lakukan." (An-An'am: 88).
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." (An-Nisa': 48).
"Dan kalau mereka melakukan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu), pasti akan gugur dari mereka (pahala) apa yang mereka lakukan." (An-An'am: 88).
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." (An-Nisa': 48).
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah
Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun."
(Al-Maidah: 72).
Dan lain-lain.
Yang termasuk syirik akbar, di antaranya adalah berdo'a
(meminta pertolongan dan petunjuk) kepada orang yang sudah mati dan patung
(berhala), mohon perlindungan kepada mereka, juga bernadzar dan berkorban
(menyembelih binatang) untuk mereka dan lain sejenisnya.
Syirik Asghaar/Kecil
Syirik kecil ialah beberapa tindakan yang sudah jelas
disebutkan dalam nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah sebagai syirik, tetapi tidak
termasuk jenis syirik besar. Contohnya adalah riya' (ingin dilihat orang) dalam
beramal, bersumpah tidak dengan nama Allah dan lain sejenisnya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik kecil. Lalu beliau ditanya syirik kecil itu. Beliau men-jawab: riya'." (HR Imam Ahmad, ath-Thabrany, al-Baihaqi)
"Sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik kecil. Lalu beliau ditanya syirik kecil itu. Beliau men-jawab: riya'." (HR Imam Ahmad, ath-Thabrany, al-Baihaqi)
"Barangsiapa yang bersumpah dengan sesuatu -selain Allah-
maka dia telah menyekutukan (Allah)." (HR Ahmad dengan sanad yang shahih).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
"Janganlah kalian mengatakan: (Atas kehendak Allah dan kehendak si fulan'), tapi katakanlah: ('Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan')." (HR Abu Daud dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin al-Yaman radhi-allahu anhu).
"Janganlah kalian mengatakan: (Atas kehendak Allah dan kehendak si fulan'), tapi katakanlah: ('Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan')." (HR Abu Daud dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin al-Yaman radhi-allahu anhu).
Syirik kecil ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam
serta tidak memastikan kekalnya seseorang di dalam Neraka, tetapi menghilangkan
kesempurnaan tauhid yang semestinya.
Syirik Khofi/Samar
Syirik khofi ini didasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam, yang mana beliau bertanya kepada para sahabat:
"Bagaimana sekiranya aku beritahu kalian tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada kalian daripada al-Masih ad-Dajjal? Mereka menjawab: Ya, wahai Rasulullah! Rasulullah bersabda: "Syirik yang samar (contohnya), seseorang berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhati-kan kepadanya." (HR Imam Ahmad).
Bisa juga syirik itu dibagi menjadi dua bagian saja. Syirik besar dan syirik kecil. Hal ini tergantung sudut pandangnya. Adapun syirik khofi, bisa masuk dalam dua jenis syirik tadi. Bisa terjadi pada syirik besar, seperti syiriknya orang-orang munafik. Karena mereka itu menyembunyikan keyakinan sesat mereka dan berpura-pura masuk Islam dengan dasar riya' dan khawatir akan keselamatan diri mereka. Bisa juga terjadi pada syirik kecil seperti yang disebutkan dalam hadits Mahmud bin Labid Al-Anshari yang terdahulu dan hadits Abu Said yang tersebut di atas.
"Bagaimana sekiranya aku beritahu kalian tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada kalian daripada al-Masih ad-Dajjal? Mereka menjawab: Ya, wahai Rasulullah! Rasulullah bersabda: "Syirik yang samar (contohnya), seseorang berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhati-kan kepadanya." (HR Imam Ahmad).
Bisa juga syirik itu dibagi menjadi dua bagian saja. Syirik besar dan syirik kecil. Hal ini tergantung sudut pandangnya. Adapun syirik khofi, bisa masuk dalam dua jenis syirik tadi. Bisa terjadi pada syirik besar, seperti syiriknya orang-orang munafik. Karena mereka itu menyembunyikan keyakinan sesat mereka dan berpura-pura masuk Islam dengan dasar riya' dan khawatir akan keselamatan diri mereka. Bisa juga terjadi pada syirik kecil seperti yang disebutkan dalam hadits Mahmud bin Labid Al-Anshari yang terdahulu dan hadits Abu Said yang tersebut di atas.
Adapun syahadah/persaksian bahwa Muhammad saw utusan Allah SWT,
adalah membenarkan dalam hati dan mengucapkan dengan lisan bahwa Muhammad adalah
hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh umat manusia termasuk jin.
"Sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan
untuk cahaya yang menerangi." (Al-Ahzab: 45-46)
Maka konsekwensinya adalah: Membenarkan apa yang dikabarkan
oleh beliau, mentaati perintah beliau, meninggalkan apa yang dilarang oleh
beliau dan hendaklah dia tidak menyembah Allah SWT kecuali dengan cara yang
disyariatkan oleh Allah SWT sendiri dan Rasul-Nya.
Kemudian, rukun Islam selanjutnya adalah: Shalat, Zakat, Puasa
Ramadhan, Haji ke Baitullah al-Haram bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke
sana. Penjelasan detail serta cara-cara ibadah tersebut tentang bab rukun Islam,
Insya Allah akan ditampilkan pada rubrik Fiqh Ibadah.
Rukun Iman
Rasulullah saw bersabda ketika bertanya kepada Malaikat
Jibril:
"Beritahukan kepadaku tentang iman! Dia (Malaikat Jibril) berkata: "Agar kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan beriman kepada Qadar-Nya baik dan buruk." (HR Bukhari dan Muslim).
"Beritahukan kepadaku tentang iman! Dia (Malaikat Jibril) berkata: "Agar kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan beriman kepada Qadar-Nya baik dan buruk." (HR Bukhari dan Muslim).
Rukun-rukun Iman ada enam: beriman kepada Allah SWT,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan beriman kepada Hari
Akhir serta Taqdir yang baik dan yang buruk dari Allah SWT.
Beriman kepada Allah
Beriman kepada Allah artinya membenarkan dengan sepenuh hati
terhadap adanya Zat Allah SWT yang tidak ada yang mendahului sebelumnya dan
tidak ada yang mengakhiri setelah-Nya. Dia-lah yang pertama dan Dia-lah yang
terakhir. Dia-lah yang nyata dan tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya. Dia-lah
yang batin dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya, yang Maha Hidup dan
dia-lah satu-satunya tempat bergantung. Tersebut dalam firman-Nya yang
artinya:
"Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlas: 3-4).
"Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlas: 3-4).
Dan ke-Esa-annya dalam Ilahiyahnya, Rubbubiyah, asma' dan
sifat-Nya.
Ke-Esa-an dalam Ilahiyah atau Tauhid Ilahiyah yaitu
menge-Esa-kan Allah dari segala macam ibadah, baik yang nyata maupun yang batin,
baik perkataan maupun perbuatan. Dan meniadakan ibadah pada selain Allah.
Ke-Esa-an Rubbubiyah atau Tauhid Rubbubiyah yaitu pengakuan
yang kuat bahwa Allah SWT adalah Tuhan atas segala sesuatu, Rajanya,
Penciptanya, Pemeliharanya, Pengaturnya tiada satu pun yang berserikat dengannya
dalam kekuasaan-Nya, tidak mempunyai wali yang lebih rendah darinya, tidak ada
yang menolak perintah-Nya, memberi iqab kepada-Nya dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Tidak ada seorang pun yang menentang hakikat Rubbubiyah Allah dan
tuntutan-tuntutan asma' (nama) dan sifat-sifat-Nya.
Ke-Esa-an Asma' dan Sifat-Nya atau Tauhid Asma wa Sifat yaitu
mengimani apa-apa yang disifatkan allah terhadap diri-Nya sendiri dalam
kitab-Nya dan apa-apa yang disifatkan oleh Rasul-Nya dari asma'ul husna
dan sifat al-'ulya. Misalnya Allah mempunyai sifat berjalan, akan tetapi
tidak boleh ditanyakan bagaimana Allah berjalan sebagaimana Allah telah
mengumpulkan antara menetapkan sifat-Nya dan meniadakan sebagaimana yang
tersebut dalam kitab-Nya:
"Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang
ada di belakang mereka sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya."
(Thaha: 110)
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)
Dan lain-lain.
Beriman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat yaitu memantapkan keyakinan bahwa
mereka ada wujudnya dan bahwa mereka adalah makhluk Allah yang terjaga dan
terpelihara.
"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang
dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya." (Al-Anbiya': 26-27)
Jumlah malaikat itu banyak sekali. Malaikat yang bertugas
menyampaikan wahyu kepada utusan Allah adalah Rahul Quds Malaikat Jibril as.
Malaikat yang bertugas mengatur turunnya hujan adalah Mikail, malaikat yang
bertugas meniup terompet adalah Israfil, malaikat pencabut nyawa yaitu Izrail,
malaikat pencatat amal perbuatan manusia yaitu Rokib dan atid, malaikat penjaga
hamba di kiri kanan dan belakang depan yaitu al-Muakibat, malaikat penjaga
jannah yaitu Ridwan, malaikat penjaga neraka yaitu Malik, malaikat penjaga kubur
yaitu Munkar dan Nakir, malaikat yang bertugas menetapkan ketentuan Allah pada
janin dalam kandungan, para malaikat yang masuk di Baitul Makmur sebanyak 70
ribu dan tidak kembali lagi, para malaikat yang selalu mengikuti di
majelis-majelis dzikir. Mereka ada yang berbaris dan berdiri, ada yang ruku dan
sujud terus menerus dan masih banyak lagi.
Beriman kepada Kitab-kitab-Nya
Beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu membenarkan dengan
sebenar-benarnya bahwa semuanya yang diturunkan dari sisi Allah SWT dan
sesungguhnya Allah berbicara dengannya secara nyata, dan ada juga yang mendengar
di balik hijab tanpa menggunakan perantara dari malaikat. Ada yang disampaikan
kepada malaikat lalu diwahyukan kepada Rasul. Kitab-kitab itu ada yang ditulis
Allah dengan tangan-Nya sendiri semua terealisasi dalam firman-Nya, yang
artinya:
"Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantara wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus dengan seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya Allah apa yang Dia kehendaki."
"Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantara wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus dengan seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya Allah apa yang Dia kehendaki."
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (batu
tulis/Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala
sesuatu." (Al-A'raf: 145).
Firman Allah tentang nabi Isa as: "Dan Kami berikan
kepadanya Injil." (Al-Maidah: 46)
"Dan Kami telah berikan kepada Dawud kitab Zabur."
(An-Nisa':163)
Firman Allah tentang nabi Muhammad saw: "Dan Al-Qur'an itu
telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian."
(Al-Isra': 106).
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh
Rabb Semesta Allah, ia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringataan dengan bahasa Arab yang jelas." (Asy-Syura: 192-195).
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika
Al-Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka) dan
sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadamu
(Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun belakangnya yang diturunkannya dari
tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Fushilat: 41-42).
Dan lain-lain.
Apa hak Al-Qur'an yang wajib dilaksanakan oleh pemeluknya?
Yaitu mengikutinya baik secara zhahir maupun bathin, berpegang kepadanya dan
mengamalkan semua hak-haknya. Firman Allah SWT, yang artinya:
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya." (Al-A'raf: 3).
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya." (Al-A'raf: 3).
"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan dan
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat."
(Al-An'am: 155).
Beriman kepada Para Rasul
Beriman kepada Rasul-rasul yaitu membenarkan dengan
sebenar-benarnya bahwa Allah SWT mengutus Rasul kepada setiap umat dari golongan
mereka sendiri yang menyeru kepada mereka untuk beribadah kepada allah yang Esa
dan ingkar kepada sesembahan lain-Nya. Bahwa para rasul itu semua orang yang
dapat dipercaya, penunjuk jalan, sebaik-baik manusia akan keimanan dan
ketakwaannya, memberi jalan orang yang diberi petunjuk, dengan membawa
petunjuk-petunjuk yang nyata dan ayat-ayat yang jelas dari Rabb mereka sebagai
penguatnya. Dan mereka itu menyampaikan seluruh yang dirisalahkan Allah terhadap
mereka, tidak sedikit pun mereka menyembunyikan, merubah atau menambah atau
menguranginya walau hanya satu huruf. Firman Allah SWT:
"Maka tidak ada kewajiban atas para Rasul, selain dari
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (An-Nahl: 35).
Beriman kepada para Rasul adalah salah satu rukun aqidah tanpa
membedakan di antara mereka.
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): 'Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta yang diberikan kepada nabi-nabi di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (Al-Baqarah: 136).
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): 'Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta yang diberikan kepada nabi-nabi di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (Al-Baqarah: 136).
Setiap Rasul itu diutus khusus kepada umat mereka, sebagaimana
firman Allah:
"Dan tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (Ar-Ra'd: 7)
"Dan tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (Ar-Ra'd: 7)
Adapun Rasulullah Muhammad SAW, diutus kepada seluruh umat
manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam." (Al-Anbiya': 107).
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam." (Al-Anbiya': 107).
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam."
(Al-Furqan: 1).
Dan Rasulullah Muhammad saw adalah penutup para nabi. Allah SWT
berfirman:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi (Khaataman Nabiyyin)." (Al-Ahzab: 40).
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi (Khaataman Nabiyyin)." (Al-Ahzab: 40).
Beriman kepada Hari Akhir
Beriman kepada Hari akhir yaitu membenarkannya dengan
sebenar-benarnya akan kedatangannya, kapanpun. Termasuk juga iman kepada
tanda-tanda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya. Adanya kematian dan
fitnah kubur (siksa) dan kenikmatannya, peniupan terompet sebagai tanda dan
bangkitnya makhluk dari dalam kubur. Lalu dikumpulkan di padang mahsyar,
dibagikan lembaran amalan, lalu ditimbang amalannya, melewati jembatan
"Shirathal Mustaqim" dan seterusnya. Ada surga dengan beragam kenikmatan, dan
kenikmatan yang paling besar yaitu ketika melihat Allah. ada neraka dengan
berbagai macam bentuk siksaan yang sangat mengerikan, yaitu tertutupnya
pandangan mereka dari melihat Allah.
"Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadanya pasti benar, dan
sesungguhnya hari pembalasan pasti terjadi." (Adz-Dzariyat: 5-6).
"Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali
tidak akan dibangkitkan, katakanlah: 'Memang demi Rabbku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
(At-Taghabun: 7).
(At-Taghabun: 7).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): 'Keluarkan nyawamu!'
Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan."
(Al-An'am: 93).
(Al-An'am: 93).
"Dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat
buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan pada hari
terjadinya kiamat, dikatakan kepada (malaikat): 'Masukkan Fir'aun dan kaumnya ke
dalam adzab yang sangat keras!" (Al-Mukmin: 45-46).
"Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti datang, tak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur." (Al-Haj: 7).
"Dan (ingaatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap
umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, oleh mereka
dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). Hingga apabila mereka datang, allah
berfirman: "Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak
meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?" Dan jatuhlah perkataan
(adzab) atas mereka disebabkan kezhaliman mereka, maka mereka tidak dapat
berkata (apa-apa)." (An-Naml: 83-85).
"Kami akan memasang timbangan-timbangan yang tepat pada Hari
Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun."
(Al-Anbiya':47).
"Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan disampaikanlah berita
gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebaikan, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai
dibawahnya."
(Al-Baqarah: 24-25).
(Al-Baqarah: 24-25).
Dan lain-lain.
Segala puji bagi Allah SWT:
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (Ibrahim: 27)
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (Ibrahim: 27)
Beriman kepada Taqdir
"Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti
berlaku." (Al-Ahzab: 38)
Beriman kepada taqdir yaitu meyakini dengan sebenar-benarnya
bahwa Allah yang menetapkan ketetapan-Nya dan pasti berlaku. Iman kepada taqdir
ada empat urutan, yaitu:
- Beriman kepada ilmu Allah meliputi segala sesuatu dan tidak terlepas dari
ilmu-Nya, meskipun hanya sebesar biji sawi di langit maupun di bumi.
Sesungguhnya Allah mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum menciptakan mereka,
mengetahui rizkinya, ajalnya, perkataannya, dan seluruh gerak-geriknya, serta
seluruh rahasia-rahasia dari yang paling rahasia, dan yang ghoib maupun yang
nyata.
"Dia-lah Allah yang tiada Ilah selain Dia, yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata."
(Al-Hasyr: 22) - Beriman kepada kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Allah telah menulis seluruh
kejadian sebelumnya karena ilmu-Nya. Ini juga mengandung beriman kepada luh
(sebab dan qalam).
"Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul Mahfudz)."
(Yasiin: 12) - Beriman kepada Qadha' dan Qadar Allah karena keduanya mencakup dari segala
arah apa yang sudah terjadi atau yang akan terjadi, dan apa yang dikehendaki
maka akan terjadi, apa yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi atas qadha' dan
qadar Allah.
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia." (Yasiin: 82)."Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu :"Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok," kecuali (dengan) menyebut: "Insya allah"(kalau Allah menghendaki/mengijinkan)." (Al-Kahfi: 23).
- Beriman kepada Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu. Sesungguhnya tiada
sesuatu sekecil apapun di bumi dan di langit atau di antara keduanya kecuali
allah Penciptanya, Pencipta gerak-geriknya dan tempat tinggalnya. Maha Suci
Allah tiada pencipta selain-Nya dan tidak ada Rabb selain Dia. Tidaklah setitik
debu yang kelihatan terbang tertiup angin, kecuali dalam penghlihatan dan
jangkauan allah serta Dia-lah yang menggerakkan dan menerbangkannya.
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (Az-Zumar: 62)
Beriman kepada Taqdir ada lima tingkatan, yaitu:
- Taqdir pertama: Taqdir Azali, yaitu telah tertulis semua jenis taqdir
50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi, yakni ketika Allah
menciptakan Al-Qalam (pena).
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid: 22).Sabda Nabi saw:
"Allah telah menulis taqdir makhluk-makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, beliau berkata: dan Arsy-Nya berada di atas air." HR Bukhari)."Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena), lalu diperintahkan kepadanya: "Tulislah!" Ia (pena) menjawab, "Apa yang harus aku tulis?" Allah berfirman: "Tulislah taqdir atas segala sesuatu hingga datang hari kiamat." (HR Abu Daud, Tirmizi dan Ahmad). - Taqdir kedua: Taqdir Al-'Umri, yaitu pada saat ruh-ruh diambil
sumpahnya. Firman Allah: "Bukankah Aku Rabbmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau
Rabb kami)." (Al-A'raf: 172).
Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawai bahwa seorang laki-laki bertanya: Ya Rasulullah, apakah amalan-amalan itu akan dinilai atau telah ditentukan? Beliau menjawab:
"Sesungguhnya AllahTa'ala ketika mengeluarkan anak-anak cucu adam dari sulbinya, Allah mengambil kesaksian atas diri mereka kemudian mereka menyerahkan diri mereka kepada kekuasaan tangan-Nya, lalu Allah berfirman: "Mereka itulah penghuni-penghuni jannah dan mereka adalah penghuni-penghuni neraka." Mereka para penghuni jannah akan dimudahkan amalan penghuni jannah dan mereka para penghuni neraka akan dimudahkan juga melakukan amalan penghuni neraka." - Taqdir ketiga: Taqdir 'Umri juga, yaitu pada saat ruh ditiupkan
kepada janin di dalam rahim.
"Dan Dia lebih tahu (tentang keadaanmu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan kamu masih berbentuk janin dalam rahim ibumu." (An-Najm: 32).Sabda Nabi saw:
"Sesungguhnya kamu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dari setetes mani, lalu menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging juga selama 40 hari, kemudian diutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan dalam empat kalimat: Ditentukan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan hidupnya, apakah ia akan bahagia atau celaka. Demi dia yang tidak ada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya di antara mereka sungguh akan beramal amalan penghuni jannah sehingga tinggal satu dzira' (sehasta) jarak antara dia dan jannah, tetapi sudah tertulis ketentuannya, maka ia akan beramal amalan neraka lalu dia dimasukkan ke neraka. Jika salah seorang di antara kamu sungguh akan melakukan amalan neraka, tetapi sudah didahului (tertulis) ketentuannya, maka dia akan mengerjakan amalan penghuni jannah, maka ia akan dimasukkan ke dalam jannah." - Taqdir keempat: Taqdir al-Hauli, yaitu pada saat malam Lailatur
Qadar.
"Pada hari itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami, sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus Rasul-rasul." (Ad-Dukhan: 4-5).Ibnu Abbas ra berkata: "Ditulis dari Umul Kitab pada malam Lailatul Qadar apa yang terjadi pada Sunnah yaitu mati, hidup, rizki, hujan, dan para orang haji."
- Taqdir kelima: Taqdir Yaumi, yaitu ketentuan yang berlaku
sehari-hari, yakni semua itu berlaku sesuai dengan tempat dan kedudukannya.
"Setiap waktu Dia dalam kesibukan." (Ar-Rahman: 29).Dalam kitab Shahih Al-Hakim, Ibnu Abbas ra. berkata: "Sesungguhnya Allah SWT menciptakan Lauhul Mahfudz dari mutiara-mutiara putih yang pinggirnya dari yaqut yang merah dan bercahaya, Kitab-Nya adalah nur, Dia melihat di dalamnya setiap 360 lihatan atau sekali (melihat) dan dalam sekali lihatan dari menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, memuliakan, dan merendahkan, serta melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki. Hal itu sebagaimana firman-Nya: "Setiap waktu Dia dalam kesibukan."
Sebagian para sahabat bertanya: "Apakah kita tidak cukup
hanya bertawakal atas ketentuan kita dan tidak perlu beramal?" Nabi
menjawab: "Tidak demikian, akan tetapi kerjakanlah karena semua itu adalah
mudah bagimu." Lalu beliau membaca ayat: "Adapun orang-orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa..." (Al-Lail: 5).
Ada seorang dari sahabat Nabi SAW ketika mendengar hadits
tentang taqdir, kemudian ia berkata: "Saya akan bersungguh-sungguh
sekarang." Maka Nabi saw bersabda:
"Peliharalah apa-apa yang memberi manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan putus asa karenanya." (HR Muslim dan Ahmad).
"Peliharalah apa-apa yang memberi manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan putus asa karenanya." (HR Muslim dan Ahmad).
Dan Rasulullah SAW bersabda ketika dikatakan padanya:
"Bukankah Engkau tahu kami berobat dengannya dan ruqiyah kami meminta
kepadanya, apakah bisa menolak takdir?" Sabda beliau: "Semuanya adalah
takdir Allah." (HR Tirmizi).
Sesungguhnya Allah SWT menakdirkan kebaikan dan keburukan dan
sebab-sebab di antara keduanya. Dia-lah yang telah menentukan taqdir-taqdir dan
mengatur sebab-sebabnya. Wallohua'lam.
Post a Comment