Makrifatul Quran
Makrifatul Quran
Muqadimah
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Quran'an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah SWT. Karena dalam Al-Qur'an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.
Oleh karenanya, mereka-mereka yang telah dapat berinteraksi dengan
Al-Qur'an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan' yang tiada
bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga,
yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan
sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur'annya
mengungkapkan:
Hidup di bawah naungan
Al-Qur'am merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan,
kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan
yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.... Dan
Al-Hamdulillah... Allah telah memberikan kenikmatan pada diriku untuk hidup di
bawah naungan Al-Qur'an beberapa saat dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat
merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar belum pernah aku rasakan
sebelumnya sama sekali dalam hidupku.
Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur'an, manakala diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312):
Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur'an, manakala diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312):
Bahwa suatu ketika, Abu Jahal, Abu Lahab dan Akhnas bin Syariq,
yang secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah SAW pada malam hari
untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca oleh Rasulullah SAW
dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak
diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan
shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga
saling mencela, dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah
Rasulullah SAW. Namun pada melam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak
kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut.
Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah
SAW, dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah
SAW usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan
terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan. Kemudian pada
malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi
untuk mendengarkan Al-Qur'an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari
sebelumnya. Dana manakala Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka
bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat ‘mu'ahadah' (perjanjian)
untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah SAW guna mendengarkan
Al-Qur'an.
Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur'an, namun hawa nafsu mereka
memungkiri kenabian Muhammad SAW. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang
mengungkapkan keindahan Al-Qur'an. Allah mengatakan (QS. 58 : 21):
Kalau sekiranya Kami
menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Ta'rif.
Dari segi bahasa, Al-Qur'an berasal dari qara'a, yang berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qira'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih. (Al-Qattan, 1995 : 20) Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 75 : 17):
Dari segi bahasa, Al-Qur'an berasal dari qara'a, yang berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qira'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih. (Al-Qattan, 1995 : 20) Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 75 : 17):
"Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu."
Al-Qur'an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara'a. Dalam arti seperti ini, Allah SWT mengatakan (QS. 41 : 3):
Al-Qur'an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara'a. Dalam arti seperti ini, Allah SWT mengatakan (QS. 41 : 3):
"Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui."
Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur'an adalah:
Al-Qur'an adalah
Kalamullah yang merupakan mu'jizat yang ditunukan kepada nabi Muhammad SAW,
yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai
ibadah.
Keterangan dari defini di atas adalah sebagai berikut:
Keterangan dari defini di atas adalah sebagai berikut:
1. Kalam
Allah.
Bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat.
Allah berfirman (QS. 53 : 4) :
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat.
Allah berfirman (QS. 53 : 4) :
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2. Mu'jizat.
Kemu'jizaan Al-Qur'an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur'an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur'an juga sudah menunjukkan mu'jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga ‘prediksi' (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dsb. Salah satu bukti bahwa Al-Qur'an itu merupakan mu'jizat adalah bahwa Al-Qur'an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur'an tandingan', jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur'an merupakan kalamullah. Allah SWT berfirman (QS.2
: 23 - 24):
Kemu'jizaan Al-Qur'an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur'an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur'an juga sudah menunjukkan mu'jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga ‘prediksi' (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dsb. Salah satu bukti bahwa Al-Qur'an itu merupakan mu'jizat adalah bahwa Al-Qur'an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur'an tandingan', jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur'an merupakan kalamullah. Allah SWT berfirman (QS.
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu
tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur'an untuk membuat semisal Al-Qur'an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus (QS. 17 : 88):
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur'an untuk membuat semisal Al-Qur'an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus (QS. 17 : 88):
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
3. Diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh Allah SWT langsung kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an (QS. 26 : 192 - 195)
Bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh Allah SWT langsung kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an (QS. 26 : 192 - 195)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al
Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas."
4. Diriwayatkan secara mutawatir.
Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Diantara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah SAW untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur'an ditulis di pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Diantara yang terkenal sebagai penulis Al-Qur'an adalah: Ali bin Abi Thalib, Mu'awiyah, Ubai ibn Ka'b dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qur'an meskipun tidak mendapatkan instruksi secara langsung dari Rasulullah SAW. Namun pada masa Rasulullah SAW ini, Al-Qur'an belum terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.
Pengumpulan Al-Qur'an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qur'an, karena banyak para sahabat dan qari' yang gugur dalam peperangan Yamamah. Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir kali membacakan Al-Qur'an di hadapan Rasulullah SAW sebelum beliau wafat. Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah. (Al-Qatthan, 1995 : 125 - 126).
Kemudian
pada Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai
bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qur'an. Apalagi pada masa beliau kekuasan kaum
muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara para sahabat
terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing memiliki bacaan/ qiraat
yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya. (Qiraat sab'ah). Kondisi seperti
ini membuat suasana kehidupan kaum muslimin menjadi sarat dengan perselisihan,
yang dikhawatirkan mengarah pada perpecahan. Pada saat itulah, Hudzifah bin
al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk
mrnyslin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/ qiraat yang tetap pada satu huruf.
Utsman memerintahkan kepada (1) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3)
Sa'd bin ‘Ash, (4) Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan
memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan diantara mereka, maka hendaknya
Al-Qur'an ditulis dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah
Al-Qur'an diturunkan. Setelah usai penulisan Al-Qur'an dalam beberapa mushaf,
Utsman mengirimkan ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan
untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap di
simpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian
mushaf asli yang dipinta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga
jadilah Al-Qur'an dituliskan pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai
pada tangan kita. (Al-Qatthan, 1995 : 128 - 131)
5. Membacanya sebagai ibadah.
Dalam setiap huruf Al-Qur'an yang kita baca, memiliki nilai ibadah yang tiada terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qur'an, yang tidak dimiliki oleh apapun yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman (QS. 35 : 29 - 39)
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga pernah mengatakan:
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga pernah mengatakan:
Dari Abdullah bin Mas'ud ra, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur'an),
maka ia akan mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh
kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu haruf.
Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu huruf."
(HR. Tirmidzi)
Konsekwensi Keimanan
Terhadap Al-Qur'an.
Sebenarnya
Allah SWT tidak pernah memaksa umat manusia untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup mereka. Allah hanya memberikan yang terbaik dan yang lpaling
sesuai dengan manusia dalam menapaki serta meniti jalan kehidupan ini agar
mereka mendapatkan kebahagian hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Hanya
mereka-mereka yang dapat berfikir sehatlah, yang mau menjadikan Al-Qur'an
sebagai kitabul hidayah
dalam segala aspek kehidupan mereka. Bagi mereka yang memiliki keimanan kepada
Allah, terdapat beberapa hal yang menjadi konsekwensi keimanan mereka terhadap
Al-Qur'an, yaitu:
1. Senantiasa ‘dekat' dengan Al-Qur'an.
Dekat dengan Al-Qur'an maksudnya adalah senantiasa memiliki keinginan untuk berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur'an. Interaksi ini tergambarkan dalam dua hal:
a) Mempelajarinya.
Al-Qur'an ibarat lautan yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada terhingga jumlahnya. Dari sisi manapun kita membuka lembaran-lembaranya, akan kita jumpai hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di manapun. Oleh karena itulah, mempelajari Al-Qur'an merupakan satu hal yang teramat sangat penting dalam kehidupan manusia. Generasi awal umat ini dapat maju dan menjadi pemimpin dunia, adalah karena mereka benar-benar mempelajari Al-Qur'an untuk kemudian diamalkannya. Mempelajari Al-Qur'an mecakup beberapa aspek:
Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah dan lain sebagainya. Sehingga dirinya dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Karena jika terdapat kesalahan dalam membaca, berakibat pada perubahan maknanya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
1. Senantiasa ‘dekat' dengan Al-Qur'an.
Dekat dengan Al-Qur'an maksudnya adalah senantiasa memiliki keinginan untuk berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur'an. Interaksi ini tergambarkan dalam dua hal:
a) Mempelajarinya.
Al-Qur'an ibarat lautan yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada terhingga jumlahnya. Dari sisi manapun kita membuka lembaran-lembaranya, akan kita jumpai hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di manapun. Oleh karena itulah, mempelajari Al-Qur'an merupakan satu hal yang teramat sangat penting dalam kehidupan manusia. Generasi awal umat ini dapat maju dan menjadi pemimpin dunia, adalah karena mereka benar-benar mempelajari Al-Qur'an untuk kemudian diamalkannya. Mempelajari Al-Qur'an mecakup beberapa aspek:
Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah dan lain sebagainya. Sehingga dirinya dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Karena jika terdapat kesalahan dalam membaca, berakibat pada perubahan maknanya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Dari
Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seseroang yang mahir dalam membaca
Al-Qur'an, kelak ia akan dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia dan suci.
Dan orang yang masih terbata-bata membacanya lagi berat, maka ia akan
mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Muslim)
Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan lain sebagainya. Pemahaman sangat penting karena merupakan pijakan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan riil. Tanpa pemahaman yang baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan Al-Qur'an pada kehidupan nyata. Allah menggambarkan dalam Al-Qur'an mengenai mereka-mereka yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah (QS. 7 : 179):
Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan lain sebagainya. Pemahaman sangat penting karena merupakan pijakan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan riil. Tanpa pemahaman yang baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan Al-Qur'an pada kehidupan nyata. Allah menggambarkan dalam Al-Qur'an mengenai mereka-mereka yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah (QS. 7 : 179):
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
·Dari sisi perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial, politik dsb. Karena merealisasikan Al-Qur'an dalam kehidupan nyata merupakan perintah Allah kepada seluruh umat Islam. Artinya hal ini sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Allah berfirman (QS.
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Dari
sisi menghafal ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Qur'an. Karena menghafal
Al-Qur'an memiliki keistimewaan tersendiri. Dahulu para sahabat, kebanyakan
dari mereka hafal Al-Qur'an. Demikian juga para salafuna shaleh, serta para
Imam-Imam kaum muslimin. Ahli Tafsir pun memberikan syarat kehursan hafal
Al-Qur'an bagi siapa saja yang ingin menjadi penafsirnya. Mengenai keutamaan
penghafal Al-Qur'an Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dari Ali bin Abi Thalib, ra, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barang siapa yang membaca Al-Qur'an dan menghafalnya, maka Allah
akan memasukkannya ke dalam surga dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh
anggota keluarganya yang telah ditetapkan masuk neraka. (HR. Ibnu Majah)
b) (ÊÚáíãå) Mengajarkannya pada orang lain.
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri. Namun lebih dari itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan bahwa pengajar Al-Qur'an adalah sebaik-baik mu'min:
b) (ÊÚáíãå) Mengajarkannya pada orang lain.
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri. Namun lebih dari itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan bahwa pengajar Al-Qur'an adalah sebaik-baik mu'min:
Dari
Utsman ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
Al-Qur'an dan mengajarkannya). (HR. Bukhari)
Mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain juga mencakup empat hal dalam mempelajarinya, yaitu, dari segi tilawah, pemahaman, pengaplikasian dan penghafalannya.
2. Mentarbiyah diri dengan Al-Qur'an.
Al-Qur'an merupakan Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan, perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lain sebagainya menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak, kejujuran, kasih sayang, keadilan dan lain sebagainya. Kesemuanya dapat dilakukan karena Al-Qur'an merupakan kitabul hidayah; memberikan hidayah kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang. Al-Qur'an banyak sekali mengungkapkan mengenai fungsi Al-Qur'an sebagai kitabul hidayah, diantaranya adalah:
Mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain juga mencakup empat hal dalam mempelajarinya, yaitu, dari segi tilawah, pemahaman, pengaplikasian dan penghafalannya.
2. Mentarbiyah diri dengan Al-Qur'an.
Al-Qur'an merupakan Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan, perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lain sebagainya menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak, kejujuran, kasih sayang, keadilan dan lain sebagainya. Kesemuanya dapat dilakukan karena Al-Qur'an merupakan kitabul hidayah; memberikan hidayah kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang. Al-Qur'an banyak sekali mengungkapkan mengenai fungsi Al-Qur'an sebagai kitabul hidayah, diantaranya adalah:
"Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
3. Menerima sepenuh hati segala hukum yang terdandung di dalamnya.
Jika kita memahami bahwa bahwa Al-Qur'an merupakan Kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, tentulah kita akan dengan segera melaksanakan isi kandungan dari Al-Qur'an. Karena segala perintah, larangan, pesan atau apapun yang terdapat di dalamnya, merupakan perintah, larangan, pesan dari Allah SWT. Dan di sinilah keimanan kita akan diuji oleh Allah SWT. Orang yang beriman, ia akan dengan segera melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman (QS. 33 : 36)
"Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
4. Berda'wah (mengajak) orang lain
kepada Al-Qur'an.
Karena kita meyakini bahwa hanya Al-Qur'anlah satu-satunya pedoman hidup yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Al-Qur'anlah yang dapat memberikan keteduhan, ketenangan dan kesejukan dalam tiap diri insan. Al-Qur'an telah terbukti menjadikan umat Islam mampu menjadi pemimpin dunia dalam kurun waktu yang relatif lama. Al-Qur'an juga mampu merubah kondisi suatu bangsa dari jurang kebobrokan menuju puncak kemuliaan. Oleh karena itulah, salah satu konsekwensi keimanan kita kepada Al-Qur'an adalah mengajak mereka dengan cara yang bijak untuk bersama-sama menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Allah SWT mengatakan (QS. 16 : 125)
Karena kita meyakini bahwa hanya Al-Qur'anlah satu-satunya pedoman hidup yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Al-Qur'anlah yang dapat memberikan keteduhan, ketenangan dan kesejukan dalam tiap diri insan. Al-Qur'an telah terbukti menjadikan umat Islam mampu menjadi pemimpin dunia dalam kurun waktu yang relatif lama. Al-Qur'an juga mampu merubah kondisi suatu bangsa dari jurang kebobrokan menuju puncak kemuliaan. Oleh karena itulah, salah satu konsekwensi keimanan kita kepada Al-Qur'an adalah mengajak mereka dengan cara yang bijak untuk bersama-sama menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Allah SWT mengatakan (QS. 16 : 125)
"Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk."
5. Menegakkannya di muka bumi.
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan agama-Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam. Allah menuntut pada kita untuk menegakkan agama-Nya, dengan menegakkan Al-Qur'an. Menegakkan Al-Qur'an adalah dengan menegakkan hukum-hukumnya di muka bumi yang menjadi hukum seluruh umat manusia di manapun mereka berada. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 13)
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan agama-Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam. Allah menuntut pada kita untuk menegakkan agama-Nya, dengan menegakkan Al-Qur'an. Menegakkan Al-Qur'an adalah dengan menegakkan hukum-hukumnya di muka bumi yang menjadi hukum seluruh umat manusia di manapun mereka berada. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 13)
-Nya kepada Nuh dan apa
yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah
belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk menegakkan agama ini sebagaimana telah ditegakkan oleh umat-umat sebelum kita. Bagaimanapun kondisinya, suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Allah mengatakan (QS. 24 : 55)
Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk menegakkan agama ini sebagaimana telah ditegakkan oleh umat-umat sebelum kita. Bagaimanapun kondisinya, suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Allah mengatakan (QS. 24 : 55)
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
Al-Qur'an Sebagai Minhajul Hayah.
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
"Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da'wah - yaitu generasi sahabat - yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka... Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da'wah ini..."
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
"Dari Imran bin
Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang
ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi'in) ,
kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba'ut tabiin). (HR. Bukhari)"
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi pada masaku' adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi pada masaku' adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah
kalian mencela sahabat-sahabatku. Karena sekiranya salah seorang diantara
kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat
menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 - 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan' mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur'an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Penutup
Tinggallah dua pilihan masih ternganga di hadapan kita; antara jaya dengan Al-Qur'an, atau binasa dengan meninggalkannya. Sejarah telah berbicara sebagai fakta abadi; bahwa umat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qur'an. Dan merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qur'an. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 - 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan' mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur'an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Penutup
Tinggallah dua pilihan masih ternganga di hadapan kita; antara jaya dengan Al-Qur'an, atau binasa dengan meninggalkannya. Sejarah telah berbicara sebagai fakta abadi; bahwa umat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qur'an. Dan merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qur'an. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Qur'an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain." (HR. Muslim)
Wallahu A'lam Bis Shawab.
Post a Comment