Surat Cinta Untuk Ibu- ibu Perindu Surga...
Surat Cinta Untuk Ibu- ibu Perindu Surga...
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ba'dha tahmid dan sholawat.
Mohon maaf jika surat saya tidak berkenan. Di sini saya tidak
bermaksud menggurui siapapun, apalagi merasa sok pintar. Saya akan
mengutarakan isi hati saya tentang satu hal, mohon diijinkan.
Seorang online buddy berbincang sejenak dengan saya via YM kemarin
siang. Begini isinya :
Cati : seluruh indonesia lagi pada ngebicarain AA nih...
Endah : gpp, nanti jg reda
Cati : memang ga disangka ga dinyana sih yah..
Endah : kalo aku sih gpp, kalo semuanya ikhlas :-)
Belum tuntas pembahasan itu, komputer mati. Maklumlah, ada renovasi di
kantor dan kebetulan mendapat bagian kabel yang agak error. Apalagi
saya musti cepat-cepat pergi, karena hari itu didaulat untuk menjadi
Trainer. Percakapan itu belum berlanjut, makanya saya teruskan di sini
agar tuntas.
Membahas poligami termasuk hal seru, terutama di kalangan ibu-ibu.
Saya sendiri punya pengalaman 'menyayangkan' dalam hal ini. Ya, dulu
ketika lagi menyusun buku profil muslimah sukses, beberapa nara sumber
menyesalkan adanya satu profil di buku sebelumnya (Seri Muslim-nya).
Gara-garanya, Bapak yang turut dimasukkan dalam buku tersebut adalah
pelaku poligami. Tanpa perlu disebut namanya, ibu-ibu juga sudah
hafal. Para ibu-ibu ini sangat menentang konsep poligami dan membenci
pelakunya. Bahkan, sempat keluar kata-kata kasar untuk melampiaskan
kegeramannya.
Kini, ibu-ibu ini kembali ramai dengan kasus serupa. Termasuk di
http://jalansutera.com/2006/12/01/kabar-aa-gym-menikah-lagi-itu#comment-12408
, dan di
http://www.apakabar.ws/index.php?option=com_content&task=view&id=621&Itemid=8888\
8889.
Ada yang mengaku kecewa, benci, sebel, protes, cuapee, tidak mau
mendengar ceramah beliau lagi dan berbagai kekhawatiran lainnya.
Tulisan ini tidak untuk menunjuk siapa salah dan siapa benar. Saya
tidak bermaksud membela siapapun di sini. Awalnya saya juga tidak
ambil pusing dengan top berita heboh pekan ini . Meski di email sudah
ada yang memberi tahu, tapi saya belum tertarik membacanya. Hingga
mendengar kehebohan ibu-ibu, terbersit keinginan untuk sumbang saran,
siapa tahu bisa sedikit mencerahkan.
Ya, masalah poligami sebenarnya sudah ada sejak zaman baheula. Islam
sendiri menyarankan kepada para laki-laki untuk beristri 2, 3, atau 4,
dan bukan 1. Huuuuu...tenang ibu-ibu! Mungkin kurang enak ya
diperlakukan demikian. Kita tidak bisa 'menguasai' suami kita seorang
diri. (Kita? emang Endah udah punya gitu..hehe, suami ibu-ibu maksudnya).
Oke, mari kita teropong konsep poligami dengan kaca mata jernih.
Pertama, jika kita gali, bukankah poligami merupakan salah satu konsep
dari Allah? Karenanya, apakah boleh menerima satu bentuk ibadah saja
dan mengingkari yang lainnya?
Tidak melakukan poligami tentu sah-sah saja. Masalahnya, haruskah kita
meragukan hukum Allah tersebut? Bisakah kita mengakui sholat, zakat,
puasa, asalkan jangan poligami! "Saya Islam, tapi saya nggak suka
kalau ada yang poligami", kebanyakan kita akan berfikir demikian.
Tidak jarang para ibu-ibu lebih memilih diceraikan ketimbang harus
dipoligami. Padahal, apakah kondisi menyendiri sudah pasti lebih aman
daripada dimadu?
Ibu-ibu yang terhormat, saya tidak akan menyudutkan siapapun di sini.
Saya memahami sekali perasaaan sebagai seorang perempuan. Toh suatu
saat jika Allah berkehendak, saya juga akan menjalani profesi sebagai
seorang ibu. Lalu mengapa saya tega berkata begini?
Permasalahannya bukan pada tega atau tidak tega. Tapi, bagaimana kita
menerima keseluruhan paket yang Allah berikan, tanpa dipotong-potong.
Bukankah kita sudah diingatkan, dalam surat Al Baqarah: 208 "Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu."
Dalam segala hal, andaikan saja kita bisa memilih, maka kita
menginginkan yang terbaik dan satu-satunya, tanpa ada bandingannya.
Tidak ada yang kedua, ketiga atau keempat. Jika hanya menuruti ego,
maka siapapun akan memilih hal itu. Namun, ketika kita mengaku Islam
dan memilih Islam sebagai jalan hidup, maka tidak ada tawar-menawar
dalam hal ini. Bukan berarti harus menjalani, namun kita meyakini
bahwa poligami adalah syariah Allah, yang didalamnya ada hikmahnya.
Keterbatasan kita sebagai manusialah yang kadang tidak dapat mengambil
hikmah darinya. Jika kita berkaca, betapa banyak muslimah yang sudah
cukup umur dan masih melajang? Apa salahnya berbagi suami, jika itu
bisa menjadi solusi. (Mohon maaf, jangan salah paham, ini bukan
permohonan untuk dibagi). Dan anehnya, kita justru merestui TTM maupun
SLI. Bukankah ini justru mendekatkan diri pada zina?
Ibu-ibu yang terhormat, jika pada akhirnya Allah menentukan skenario
kita seperti itu, siapakah kita hingga harus menolak ketetapan-Nya?
Seberapa besarkah kekuatan kita untuk menolak takdir Allah? Jika hari
ini kita belum sanggup menjalaninya, minimal kita terima konsepnya.
Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia sedikitpun dari ketetapan Allah.
Dan, bukankah kita tidak ingin tergolong hamba-Nya yang ingkar?
Na'udzubillahimindzalik. Saya berharap lain kali ada yang mau
bercerita betapa indahnya hidup berpoligami. Kadang kita terlalu
berburuk sangka terhadap mereka ini. Justru, betapa sok pintarnya kita
jika mengklaim bahwa poligami seseorang karena faktor nafsu semata.
Bukankah itu hanya urusan dia dan Rabb-nya saja?
Nah, kamu sendiri gimana Ndah? Emang sudah siap jika hidup ala poligami?
Masya Allah, saya akan bertanya pada diri saya sendiri : "siapakah
saya dan apa kekuatan saya untuk menghalangi ketetapan-Nya?" Jika
ditanya tentang kesiapan, mungkin kita tidak akan siap. Hanya satu
keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya di luar
kesanggupannya. Jika Allah merasa kita mampu, bisa jadi Allah akan
menetapkan jalan hidup yang demikian. Saya hanyalah seorang lakon
sebuah skenario terbaik dari SUTRADARA TERBAIK. Karenanya, saya ingin
menjalani lakon hidup saya dengan sebaik-baiknya. Tuntun saya ya Rabb!!
Yach, bukankah dunia ini hanya sebentar saja? Lagipula, bukankah tidak
ada kebahagiaan yang abadi, kecuali surga-Nya?
So, jika mengaku Muslimah, musti ambil paketnya dung ;-)
Wassalam
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ba'dha tahmid dan sholawat.
Mohon maaf jika surat saya tidak berkenan. Di sini saya tidak
bermaksud menggurui siapapun, apalagi merasa sok pintar. Saya akan
mengutarakan isi hati saya tentang satu hal, mohon diijinkan.
Seorang online buddy berbincang sejenak dengan saya via YM kemarin
siang. Begini isinya :
Cati : seluruh indonesia lagi pada ngebicarain AA nih...
Endah : gpp, nanti jg reda
Cati : memang ga disangka ga dinyana sih yah..
Endah : kalo aku sih gpp, kalo semuanya ikhlas :-)
Belum tuntas pembahasan itu, komputer mati. Maklumlah, ada renovasi di
kantor dan kebetulan mendapat bagian kabel yang agak error. Apalagi
saya musti cepat-cepat pergi, karena hari itu didaulat untuk menjadi
Trainer. Percakapan itu belum berlanjut, makanya saya teruskan di sini
agar tuntas.
Membahas poligami termasuk hal seru, terutama di kalangan ibu-ibu.
Saya sendiri punya pengalaman 'menyayangkan' dalam hal ini. Ya, dulu
ketika lagi menyusun buku profil muslimah sukses, beberapa nara sumber
menyesalkan adanya satu profil di buku sebelumnya (Seri Muslim-nya).
Gara-garanya, Bapak yang turut dimasukkan dalam buku tersebut adalah
pelaku poligami. Tanpa perlu disebut namanya, ibu-ibu juga sudah
hafal. Para ibu-ibu ini sangat menentang konsep poligami dan membenci
pelakunya. Bahkan, sempat keluar kata-kata kasar untuk melampiaskan
kegeramannya.
Kini, ibu-ibu ini kembali ramai dengan kasus serupa. Termasuk di
http://jalansutera.com/2006/12/01/kabar-aa-gym-menikah-lagi-itu#comment-12408
, dan di
http://www.apakabar.ws/index.php?option=com_content&task=view&id=621&Itemid=8888\
8889.
Ada yang mengaku kecewa, benci, sebel, protes, cuapee, tidak mau
mendengar ceramah beliau lagi dan berbagai kekhawatiran lainnya.
Tulisan ini tidak untuk menunjuk siapa salah dan siapa benar. Saya
tidak bermaksud membela siapapun di sini. Awalnya saya juga tidak
ambil pusing dengan top berita heboh pekan ini . Meski di email sudah
ada yang memberi tahu, tapi saya belum tertarik membacanya. Hingga
mendengar kehebohan ibu-ibu, terbersit keinginan untuk sumbang saran,
siapa tahu bisa sedikit mencerahkan.
Ya, masalah poligami sebenarnya sudah ada sejak zaman baheula. Islam
sendiri menyarankan kepada para laki-laki untuk beristri 2, 3, atau 4,
dan bukan 1. Huuuuu...tenang ibu-ibu! Mungkin kurang enak ya
diperlakukan demikian. Kita tidak bisa 'menguasai' suami kita seorang
diri. (Kita? emang Endah udah punya gitu..hehe, suami ibu-ibu maksudnya).
Oke, mari kita teropong konsep poligami dengan kaca mata jernih.
Pertama, jika kita gali, bukankah poligami merupakan salah satu konsep
dari Allah? Karenanya, apakah boleh menerima satu bentuk ibadah saja
dan mengingkari yang lainnya?
Tidak melakukan poligami tentu sah-sah saja. Masalahnya, haruskah kita
meragukan hukum Allah tersebut? Bisakah kita mengakui sholat, zakat,
puasa, asalkan jangan poligami! "Saya Islam, tapi saya nggak suka
kalau ada yang poligami", kebanyakan kita akan berfikir demikian.
Tidak jarang para ibu-ibu lebih memilih diceraikan ketimbang harus
dipoligami. Padahal, apakah kondisi menyendiri sudah pasti lebih aman
daripada dimadu?
Ibu-ibu yang terhormat, saya tidak akan menyudutkan siapapun di sini.
Saya memahami sekali perasaaan sebagai seorang perempuan. Toh suatu
saat jika Allah berkehendak, saya juga akan menjalani profesi sebagai
seorang ibu. Lalu mengapa saya tega berkata begini?
Permasalahannya bukan pada tega atau tidak tega. Tapi, bagaimana kita
menerima keseluruhan paket yang Allah berikan, tanpa dipotong-potong.
Bukankah kita sudah diingatkan, dalam surat Al Baqarah: 208 "Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu."
Dalam segala hal, andaikan saja kita bisa memilih, maka kita
menginginkan yang terbaik dan satu-satunya, tanpa ada bandingannya.
Tidak ada yang kedua, ketiga atau keempat. Jika hanya menuruti ego,
maka siapapun akan memilih hal itu. Namun, ketika kita mengaku Islam
dan memilih Islam sebagai jalan hidup, maka tidak ada tawar-menawar
dalam hal ini. Bukan berarti harus menjalani, namun kita meyakini
bahwa poligami adalah syariah Allah, yang didalamnya ada hikmahnya.
Keterbatasan kita sebagai manusialah yang kadang tidak dapat mengambil
hikmah darinya. Jika kita berkaca, betapa banyak muslimah yang sudah
cukup umur dan masih melajang? Apa salahnya berbagi suami, jika itu
bisa menjadi solusi. (Mohon maaf, jangan salah paham, ini bukan
permohonan untuk dibagi). Dan anehnya, kita justru merestui TTM maupun
SLI. Bukankah ini justru mendekatkan diri pada zina?
Ibu-ibu yang terhormat, jika pada akhirnya Allah menentukan skenario
kita seperti itu, siapakah kita hingga harus menolak ketetapan-Nya?
Seberapa besarkah kekuatan kita untuk menolak takdir Allah? Jika hari
ini kita belum sanggup menjalaninya, minimal kita terima konsepnya.
Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia sedikitpun dari ketetapan Allah.
Dan, bukankah kita tidak ingin tergolong hamba-Nya yang ingkar?
Na'udzubillahimindzalik. Saya berharap lain kali ada yang mau
bercerita betapa indahnya hidup berpoligami. Kadang kita terlalu
berburuk sangka terhadap mereka ini. Justru, betapa sok pintarnya kita
jika mengklaim bahwa poligami seseorang karena faktor nafsu semata.
Bukankah itu hanya urusan dia dan Rabb-nya saja?
Nah, kamu sendiri gimana Ndah? Emang sudah siap jika hidup ala poligami?
Masya Allah, saya akan bertanya pada diri saya sendiri : "siapakah
saya dan apa kekuatan saya untuk menghalangi ketetapan-Nya?" Jika
ditanya tentang kesiapan, mungkin kita tidak akan siap. Hanya satu
keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya di luar
kesanggupannya. Jika Allah merasa kita mampu, bisa jadi Allah akan
menetapkan jalan hidup yang demikian. Saya hanyalah seorang lakon
sebuah skenario terbaik dari SUTRADARA TERBAIK. Karenanya, saya ingin
menjalani lakon hidup saya dengan sebaik-baiknya. Tuntun saya ya Rabb!!
Yach, bukankah dunia ini hanya sebentar saja? Lagipula, bukankah tidak
ada kebahagiaan yang abadi, kecuali surga-Nya?
So, jika mengaku Muslimah, musti ambil paketnya dung ;-)
Wassalam
Post a Comment