ORANG YANG BERADA DALAM KESUSAHAN MEMOHON SEORANG PENOLONG
ORANG YANG BERADA
DALAM KESUSAHAN MEMOHON SEORANG PENOLONG
Ketika membaca Al-Qur'an, kita menemukan suatu fakta tertentu:
sebelum seorang rasul datang kepada suatu masyarakat, kerusakan moral kerap
terjadi di sana. Sekali seorang rasul datang ke suatu masyarakat, mereka yang
mengikutinya mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan, kedamaian dan
kemakmuran, bahkan di tengah-tangah perjuangan mereka yang mulia untuk mencapai
ridha Allah. Akan tetapi, setelah periode yang diberkahi ini, umat manusia yang
telah menikmati kesenangan pada periode ini berada jauh dari nilai-nilai
spiritual, menjadi pembangkangan dan puncaknya mereka menjadi orang yang kafir.
Pada beberapa kasus, mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah dan kemudian
bertindak tidak adil terhadap diri mereka sendiri dan - secara esensi -
mempersiapkan akhir nasib mereka sendiri berakhir di tangan mereka sendiri.
Dalam Al-Qur'an surat Maryam, Allah menghubungkan kesetiaan,
keikhlasan dan kecemasan yang para rasul rasakan terhadap Allah dan kemudian
memberitahukannya kepada kita tentang bagaimana generasi yang datang kemudian
telah benar-benar kehilangan keimanan sama sekali. Mereka terlempar jauh karena
tingkah laku dan keinginan mereka sendiri dan tercabutnya nilai-nilai yang ada,
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah,
yaitu para nabi dari keturunan Adam dan dari orang-orang yang Kami angkat
bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israel dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah
Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu mereka, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan. (Surat Maryam: 58-59)
Mereka yang telah menolak tanggung jawab yang telah
ditakdirkan, telah mendapatkan azab Allah dalam bentuk bencana yang beragam.
Allah menggambarkan kehendak-Nya terhadap orang-orang ini, " Dan barang siapa
berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta " (Surat
Thaahaa: 124). Mereka mengalami penderitaan yang berbeda, seperti ketakutan dan
masalah-masalah sosial serta ekonomi yang muncul akibat kemerosotan moral dan
ketidakstabilan politik mereka.
Di bawah sistem orang-orang kafir yang zalim, umat manusia yang
telah ingkar terhadap wahyu yang diturunkan mendapat berbagai tekanan dan
ketidakadilan. Periode Fir'aun merupakan satu contoh serupa yang disebutkan
dalam Al-Qur'an. Dengan kebesaran pengaruhnya, Fir'aun memberlakukan suatu
kehidupan yang mewah dan rakyatnya mengalami penderitaan di bawah kekuasaannya
yang tiran.
Sesungguhnya, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang
di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas
segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya, Fir'aun termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan.
(Surat al-Qashash: 4) |
Di bawah kondisi seperti itu, dimana rakyat mengalami masalah
ekonomi dan sosial, hidup di bawah para pemimpin yang tiran dan tidak adil,
kebutuhan akan seorang penolong sangatlah dirasakan. Dia adalah seorang yang
mengubah kembali aspek-aspek dari beragam sistem yang tidak diharapkan yang
disebabkan oleh para penguasa yang kafir dan orang-orangnya; ia pun membawa
kedamaian, keadilan dan keamanan yang datang bersama dengan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Nabi Musa (as), Bani Israel pun menghadapi kesulitan
yang sama di bawah kekuasaan tiran. Mereka diusir dari rumah dan negeri mereka
serta menderita secara berkepanjangan. Menyadari bahwa tidak ada satu pun
berhala yang mereka sembah, tidak pula harta yang mereka miliki dan tidak pula
nenek moyang yang dapat menyelamatkan diri mereka dari kondisi yang sangat tidak
diinginkan tersebut, mereka memohon seorang raja kepada Sang Maha Pencipta,
seorang penolong yang akan menyelamatkan mereka dari sistem yang kejam
tersebut. Allah menjawab do'a orang-orang ini dan mengirim Talut kepada mereka
(Saul dalam Injil):
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani
Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi
mereka, "Angkatlah kepada kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah
pimpinannya) di jalan Allah" Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kamu
nanti diwajibkan berperang, kamu tidak berperang." Mereka menjawab, "Mengapa
kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah terusir
dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami ?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan kepada mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di
antara mereka. Dan Allah mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (Surat
al-Baqarah: 246)
"Kamu Sekali-kali Tidak Akan Mendapatkan Penggantian dalam Sunnah Allah"
Berdasarkan cerita yang terkandung dalam Al-Qur'an, kita pahami
bahwa sesuatu yang hampir serupa menyebabkan runtuhnya peradaban di masa silam,
yaitu penentangan terhadap para rasul mereka. Kondisi di mana umat manusia
menjalani kehidupannya, pengiriman para rasul untuk memberikan peringatan kepada
mereka dan kebinasaan mereka semua adalah memiliki pola yang sama.
Masyarakat modern juga mengalami kerusakan dan kemerosotan yang
pesat. Kemiskinan, kesengsaraan dan ketidakteraturan menjerumuskan kehidupan
umat manusia ke dalam kekacauan yang komplet dan menyebabkan mereka mengharapkan
suatu kehidupan yang damai di mana kebaikan menjadi pemenangnya. Tampaknya,
keadilan dapat menang hanya jika nilai-nilai Al-Qur'an menjadi sesuatu yang
utama di antara umat manusia. Hanya mereka yang mempunyai nilai-nilai yang nyata
yang dapat memberikan solusi bagi seluruh permasalahan yang dialami umat manusia
dewasa ini. Allah telah mengutus seluruh nabi dan rasul-Nya kepada
generasi-generasi terdahulu yang telah mengalami tekanan sosial yang sama dan
Dia terkadang memberikan kekayaan dan kemegahan yang mengagumkan kepada mereka
yang mengikuti pada rasul-Nya. Fakta ini sesuai dengan ayat:
Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya itu. (Surat al-A’raaf: 96)
Ayat ini, seperti halnya ayat-ayat serupa lainnya, menyatakan
bahwa satu-satunya cara yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian adalah
dengan mengikuti Islam. Prinsip ini akan terus berlaku terhadap
generasi-generasi yang akan datang sebagaimana telah berlaku pada generasi
sebelumnya. Di tempat-tempat yang tidak memiliki nilai-nilai Islam,
ketidakadilan, ketidakamanan dan ketidakstabilan akan menang. Ini merupakan
sunnah Allah. Tidak adanya perubahan dalam sunnah Allah dinyatakan dalam
Al-Qur'an:
…Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan,
maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka kecuali jauhnya mereka dari
(kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana
(mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah
Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah
itu. (Surat Faathir: 42-43)
Kelaziman Islam Menurut Al-Qur'an
Sebagaimana disebutkan dalam bahasan sebelumnya bahwa Allah
mengirimkan para nabi dan rasul kepada umat manusia untuk membebaskan mereka
dari kekafiran dan ketidakadilan merupakan sesuatu yang diinformasikan dalam
Al-Qur'an kepada kita. Nabi atau rasul ini membimbing umatnya untuk mengimani
Allah tanpa menyekutukan-Nya dan agar merasa takut kepada-Nya. Apabila umatnya
tetap menolak, dia mengingatkan mereka akan azab Allah. Allah berfirman bahwa
Dia tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum peringatan ini disampaikan:
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun,
melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi
peringatan. Dan kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Surat asy-Syu'araa':
208-209)
Pada masa sekarang ini kita amati bahwa kemerosotan, baik fisik
maupun spiritual yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh dibarengi dengan
ketidakstabilan ekonomi dan politik. Kesenjangan yang besar terjadi antara si
miskin dan si kaya, dan kerusakan sosial semakin meningkat. Al-Qur'an
mengingatkan manusia bahwa setelah dan bahkan selama periode gelap seperti itu,
Allah senantiasa menunjukkan jalan menuju keselamatan bagi mereka yang
benar-benar mengharapkan-Nya. Dengan cara ini, Islam pasti akan berjaya di
seluruh dunia dan agama yang benar akan mengalahkan semua agama kafir. Kepada
para umatnya yang beriman (al-Mu'minuun), Allah memberikan kabar gembira dalam
surat at-Taubah:
...Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (Surat at-Taubah: 32-33)
Dalam surat an-Nuur, Allah memberitahukan kepada umat-Nya yang
beriman yang melakukan amal-amal saleh tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun dan benar-benar mencari keridhaan-Nya, bahwa mereka akan mendapatkan
kekuasaan sebagaimana umat-umat beriman terdahulu. Firman-Nya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan-Ku. Dan, barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Surat an-Nuur: 55)
Satu hal pantas mendapatkan sebutan di sini. Pada ayat di atas,
syarat untuk penyebaran Islam diberikan: keberadaan umat yang beriman yang
benar-benar murni sebagai hamba Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun dan yang melakukan amal-amal saleh di jalan Allah…
Penolong yang Dinantikan
Apa yang telah dibahas sejauh ini adalah sebagai berikut. Pada
setiap masa, Allah selalu menjawab seruan hamba-hamba-Nya yang dengan penuh
harap membutuhkan pertolongan-Nya. Hal ini juga terjadi di zaman sekarang dan di
masa yang akan datang. Sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu, di masa
sekarang ini pun diharapkan bahwa Allah akan menyelamatkan umat manusia dari
ketidakadilan sistem kaum kafir dan menghadirkan keindahan Islam kepada mereka.
Kini, dunia Islam diharapkan akan menemukan sebuah jalan keluar
bagi kerusakan yang terjadi sekarang ini dan hamba-hamba beriman yang ikhlas
akan menyampaikan nilai-nilai Islam tersebut ke seluruh dunia. Pastilah,
sebagaimana yang terjadi di setiap zaman, umat manusia sekarang ini mengharapkan
seorang penolong akan segera tiba. Penolong ini, yang akan membawa umat manusia
dari "kegelapan menuju cahaya terang benerang", adalah agama Islam. Umat manusia
yang mendapatkan bimbingan dalam menapaki kehidupan dengan nilai-nilai yang
dibawa oleh sang penolong ini akan mengalahkan semua sistem yang menolak Allah
dan mereka akan menjadikan idiologi-idiologi yang rusak menjadi tidak berlaku.
Singkat kata, Allah akan menolong setiap umat manusia
sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada umat-umat terdahulu. Allah
menjanjikan hal ini kepada hamba-hamba-Nya yang dengan ikhlas taat kepada-Nya
dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada-Nya.
(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung
halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan
kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya, Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (Surat al-Hajj: 40-41)
|
Post a Comment