MENJAGA HATI
MENJAGA HATI
KHUTBAH PERTAMA :
KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Thalq bin Habib Rahimahullah seorang tabi'in, suatu ketika pernah me-nuturkan sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Fatawanya,
اَلتَّقْوَى: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَرْجُو رَحْمَة َالله وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَخَافَ عَذَابَ الله.
Demikianlah seharusnya yang selalu ada dan tumbuh dalam benak dan hati setiap Muslim, sehingga akan membawa dampak dan bekas yang baik, melahirkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan iltizam (konsisten) terhadap agamanya sehingga pada akhirnya akan membentuk keluarga dan komunitas masyarakat yang senan-tiasa berjalan di atas manhaj dan jalan yang lurus. Dengan demi-kian, Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat di akhirat kelak sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wata’ala janjikan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu Wata’ala serta selamat dari azabNya pada Hari Kiamat kelak ada-lah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya se-hingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebagai satu-satunya dzat yang selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan kehendakNya, dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya setan laknatullah alaihi. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah Subhanahu Wata’ala hanya akan melihat hati-hati kita dan amal perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyarat-kan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, 1/20.
أَلاَ، وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
Karena
itulah ma'asyiral Muslimin, hati mempunyai peranan yang sangat fital
dalam diri seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya sehingga
keberadaannyalah yang dapat menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh
amalan dan aspek kehidupan seorang Muslim.
Tentu yang demikian tidak
sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan manusia, khususnya kaum Muslimin di
mana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan
me-nyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka
memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan
lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya,
memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk
keindahan dunia, namun pada saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan
keindahan, kebersihan, serta kesucian batin yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan
mereka; baik di dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita renungkan sebuah
ayat sebagai bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana Firman-Nya : وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِءْيًا
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي اْلأَرْضِ فَمَآأَغْنَى عَنْهُم مَّاكَانُوا يَكْسِبُون.
Dua ayat di atas, cukuplah memberikan penjelasan dan infor-masi kepada kita bahwa segala sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat me-nyelamatkan mereka. Na'udzubillahi min dzalik.
Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati meru-pakan dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ ِالله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan kitab-kitab suciNya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindah-nya. Demikianlah Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
لَقَدْ مَنَّ ِالله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ada-lah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang telah ditempuh oleh beliau Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya meru-pakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal-nama-namaNya dan sifat-sifatNya, serta dapat menghayati ayat-ayat syar'iyah Allah, dengannya seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyahNya serta dengannya seseorang dapat menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah Subhanahu Wata’ala adalah perjalanan hati dan bukan perjalanan jasad.
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, "Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan ja-batan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu Wata’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur, serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid'ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlash." (al-Jawab al-Kafi, 1/176).
Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, "Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah Subhanahu Wata’ala benar, lagi sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati." (Mahajjah fi Sair ad-Daljah, hal. 52).
Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufu-ran, hidayah atau kesesatan, keberuntungan atau kenistaan tergan-tung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba.
Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ.
Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa siapa saja yang dipaksa untuk menyatakan "kekufuran", maka ia tidak berdosa selagi hatinya masih tetap teguh beriman kepada Islam dan tetap dalam kondisi tenang beriman, sebagaimana FirmanNya :
مَن كَفَرَ بلله مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ِالله وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى اْلأَخِرَةِ وَأَنَّ الله َ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Ayat ini diturunkan, sebagaimana pendapat mayoritas ahli tafsir adalah berkenaan dengan kejadian yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah ia masuk Islam, ia mendapat siksaan dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah sehingga ia mau mengucapkan ka-limat kekufuran kepada Allah dan cacian kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di lain kesempatan peristiwa tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah sambil menangis.
قَالَ: كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ قَالَ: مُطْمَئِنًّا بِالْإِيْمَانِ. قَالَ: إِنْ عَادُوْا فَعُدْ.
Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Anas bin Malik,
لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ.
Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah
Demikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah a diucapkan dengan ungkapan,
لَا، وَمُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ.
Dan di antara doa beliau adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala, rahmatNya, dan dari ketaatanNya. Dan sejauh-jauh hati dari Allah Subhanahu Wata’ala adalah hati yang kasar, di mana peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak dapat menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikan-nya berilmu, sehingga seseorang yang memiliki hati yang demi-kian di dalam dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa-apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu Wata’ala, serta selalu mendekatkan diri kepadaNya, mengharapkan rahmatNya dan menjaga ketaatanNya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan.
Maka dari itulah, Allah Subhanahu Wata’ala menggarisbawahi bahwa kesela-matan di Hari Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى ِالله بِقَلْبٍ سَلِيم
Dengan demikian, marilah kita bersungguh-sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya, karena ia satu-satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan memperbaikinya. Wallahul musta'an.
اللهم أَصْلِحْ شَأْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاهْدِهِمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللهم ارْزُقْهُمْ رِزْقًا مُبَارَكًا طَيِّبًا. اللهم أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
فَاتَّقُوا الله عِبَادَ ِالله ، وَخُذُوْا بِالْأَسْبَابِ الَّتِيْ تَحْيَى بِهَا الْقُلُوْبُ قَبْلَ أَنْ تَقْسُوَ وَتَمُوْتَ، فَإِنَّ ذلك مَنَاطُ سَعَادَتِكُمْ أَوْ شَقَائِكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ ِالله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إلا ِالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا.
Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati.
Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah Subhanahu Wata’ala, bahkan sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang membelit-nya serta segala hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk penyakit-penyakit hati yang mematikan.
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur`an dan mendengarkannya, karena al-Qur`an merupa-kan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalam-nya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di da-lamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيد
ِالله نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ
جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ ِالله ذَلِكَ هُدَى ِالله يَهْدِي بِهِ
مَن يَشَآءُ وَمَن يُضْلِل ِالله فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
"Allah telah
menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya,
gemetar karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorang pemberi petunjuk pun baginya." (Az-Zumar: 23).
Dan
masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur`an yang menunjuk-kan demikian. Ini
menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah sesuatu yang paling agung yang dapat
melembutkan hati, bagi yang mem-baca, mendengarkan, dan merenungkannya, serta
mengamalkan-nya dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Di antara usaha yang
dapat menenangkan hati adalah dengan mengambil pelajaran terhadap kejadian dan
peristiwa serta kehan-curan yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan
yang mereka lakukan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ . أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah dengan banyak mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ الله وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ الله أَلاَبِذِكْر
ِالله تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi ten-teram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Rad: 28). Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total setiap perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan mengamalkannya serta menjauhi setiap laranganNya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هذه إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُم مِّنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا صَرَفَ الله قُلُوبَهُم بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَفْقَهُونَ
Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati seseorang dan membuatnya lembut adalah turut merenungkan keadaan orang-orang sakit, orang fakir miskin, serta orang-orang yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena dengan mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan mereka akibat penyakit yang di-deritanya, maka kita bisa menilai nikmat, begitu juga manakala kita melihat keadaan orang-orang fakir miskin dan anak yatim, dan merenungkan apa yang menjadi kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan mengetahui nilai nikmat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah dianugerahkan kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun manakala kita mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang demikian dapat membuat hati-hati kita mengeras.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di samping kita memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori, merusak, menodai, dan mencemarkan hati-hati kita. Di antaranya, tidak sibuk dan mudah terpedaya dengan kenikmatan dunia yang melalaikan, terbiasa dan membiarkan mata memandang hal-hal yang diharamkan; baik melalui televisi ataupun video, dari segala bentuk siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat dalam surat kabar ataupun majalah, mendengarkan musik dan menikmati nyanyian seorang penyanyi, ataupun menyibukkan diri dengan olah raga tertentu, baik mengikuti perkembangannya, melihatnya secara berlebihan sampai banyak menyita sebagian besar waktu yang ada.
Dan di antara yang dapat mengotori dan merusak hati adalah makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku dosa dan maksiat.
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya kebajikan itu menyebab-kan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan pada jasmani, melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama. Sedangkan keburukan (dosa) menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka, kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa benci terhadap sesama." (Madarij as-Salikin, 1/424).
Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga hati-hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang dapat menodai dan merusaknya.Amin ya rabbal 'alamin.
إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Post a Comment