RESEP MEMPERBAIKI KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA
RESEP MEMPERBAIKI KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر 3X
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul
Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah
yang begitu banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung secara
rinci tentang kenikmatan-kenikmatan itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah
Swt tidak memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya. Kehadiran
kita pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha bersamaan dengan
kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang
sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci merupakan salah satu
dari tanda syukur kita kepada Allah Swt.
Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti
setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang
Berbahagia.
Hari ini kita kenang kembali manusia
agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi
Ibrahim as beserta keluarganya yakni Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan
pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad Saw harus mampu mengambil
keteladanan darinya, Allah Swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS 60:4).
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari
Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah
dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, pada
kesempatan khutbah yang singkat ini, paling kurang ada lima isyarat yang bisa
kita ambil sebagai resep dalam memperbaiki kualitas kehidupan bangsa kita rendah
padahal mayoritas penduduknya adalah muslim. Karena itu, dari sejarah kehidupan
Nabi Ibrahim as dan keluarganya serta dari pelaksanaan ibadah haji, Lima hal
ini sekaligus menjadi kunci bagi upaya memperbaiki kualitas kehidupan bangsa sehingga
mudah-mudahan bisa menyelamatkan kehidupan bangsa dari kehancuran, apalagi kita
masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertama, berbaik sangka kepada Allah Swt,
sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dari sikap inilah kita
akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah Swt. Nabi Ibrahim
dan isterinya Siti Hajar telah menunjukkan sikap yang sangat positif kepada
Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk
memindahkan Siti Hajar dan anaknya Ismail as ke Makkah, terasa berat untuk
melakukan hal ini, bukan semata-mata harus berpisah dengan isteri dan anak,
tapi juga karena di Makkah pada waktu itu belum ada kehidupan, tidak ada
manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air sekalipun. Sikap berbaik sangka
kepada Allah membuat Ibrahim dan Siti Hajar yakin bahwa tidak mungkin Allah Swt
punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu. Begitu pula halnya dengan
perintah menyembelih Ismail as. Memang harus kita sadari bahwa ketika Allah Swt
memerintahkan sesuatu itu berarti Allah ingin mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan-kebaikan
dan ketika Allah melarang, itu berarti Dia ingin mencegah terjadinya mafsadat
atau kerusakan-kerusakan yang akan menimpa manusia. Dalam satu hadits, Rasulullah
Saw bersabda:
لاَ يَمُوْتَنَّ
أَحَدٌ مِنْكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ تَعَالَى
Janganlah salah seorang dari kaliam mati, kecuali dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah (HR. Abu Daud dan Muslim).
Manakala seseorang sudah berbaik
sangka kepada Allah Swt, maka ia optimis bahwa ada
hari esok yang lebih baik. inilah pelajaran penting yang harus kita peroleh
dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena
dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan
Allah Swt.
Dalam kehidupan
masyarakat kita sekarang, banyak orang yang telah hilang sikap optimismenya
sehingga terasa tidak mungkin ada perubahan yang lebih baik, ini merupakan
sikap yang berbahaya dan harus dihindari
karena seseorang menjadi apatis atau masa bodoh dengan berbagai persoalan yang
ada di sekitarnya bahkan bisa putus asa hingga bunuh diri ketika menghadapi
persoalan pribadi dan keluarga yang berat. Indikasi ini sudah banyak terjadi,
bahkan bunuh diri tidak hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada
anak-anak. Kesulitan manusia, sesulit apapun yang dialaminya pada hakikatnya
tidaklah sesulit generasi terdahulu, selalu ada saja kesulitan yang lebih sulit
dialami oleh generasi terdahulu.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Kedua, manakala seorang muslim sudah
berprasangka baik kepada Allah, maka apapun yang diperintah Allah akan
dilaksanakan dan apapun yang dilarang akan ditinggalkannya, inilah yang disebut
dengan disiplin dalam syari’at, Ibadah haji dan kurban merupakan pelaksanaan
dari salah satu syari’at yang diturunkan Allah Swt. Ini berarti seorang muslim
harus menunjukkan kedisiplinannya untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syari'at, hukum atau undang-undang dari Allah Swt, baik dalam
perkara kehidupan pribadi, keluarga masyarakat maupun bangsa dan negara.
Disiplin dalam syari'at akan membuat seorang muslim tidak tergoyahkan oleh
komentar-komentar negatif dari orang yang tidak mengerti terhadap syari'at,
Allah Swt berfirman:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at dari suatu
urusan, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang yang tidak mengerti (QS 45:18)
Ibadah
haji mendidik umat Islam untuk disiplin dalam syari’at. Ibadah ini dimulai
dengan ihram yang berarti pengharaman dan diakhiri dengan tahallul yang berarti
penghalalan. Dari sini, seorang muslim apalagi seorang haji akan selalu siap
meninggalkan sesuatu yang memang diharamkan Allah Swt dan hanya mau melaksanakan
sesuatu bila memang dihalalkan oleh Allah Swt.
Resep
Ketiga yang merupakan pelajaran dari Nabi Ibrahim AS beserta
keluarganya guna memperbaiki kualitas bangsa adalah mau berusaha untuk
mencari rizki yang halal, bukan menghalalkan segala cara. Keyakinan bahwa Allah
punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia seharusnya mau
berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siti Hajar
berusaha mencari rizki yang dalam rangkaian ibadah haji disebut dengan sa’i.
Oleh karena itu Allah Swt senang kepada siapa saja yang berusaha secara halal
meskipun harus dengan susah payah, Rasulullah Saw bersabda:
ِانَّ للهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فىِطَلَبِ الْحَلاَلِ
Sesungguhnya
Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad
Dailami).
Usaha yang halal meskipun sedikit yang diperoleh dan
berat memperolehnya merupakan sesuatu yang lebih baik daripada banyak dan mudah
mendapatkannya, tapi cara memperolehnya adalah dengan mengemis yang hanya akan
menjatuhkan martabat pribadi. Bila mengemis saja sudah tidak terhormat apalagi
bila mencuri atau korupsi dan cara-cara yang tidak halal lainnya. Rasulullah
Saw bersabda:
َلأَنْ يَحْمِلَ
الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ، ثُمَّ يَجِيْءَ فَيَضَعَهُ فِىالسُّوْقِ،
فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِىَبِهِ، فَيُنْفِقُهُ عَلَى نَفْسِهِ خَيْرٌلَهُ
مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.
Seseorang yang membawa tambang
lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk
dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka
itu lebih baik daripada seorang yang meminta minta kepada orang-orang yang
terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang
Dimuliakan Allah.
Keempat,
resep untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa adalah bergerak dalam
kebaikan. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari
rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah
harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan
menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak
lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju
Makkah, sedang bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Makkah.
Disana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari
di Makkah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak
ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam
harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya
melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Makkah, kembali lagi ke Mina untuk melontar
hingga selesai, lalu kembali lagi ke Makkah untuk bersiap meninggalkan Makkah
menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Makkah, para jamaah
bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan ka’bah.
Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar
adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan
syaitan.
Dari rangkaian ibadah haji, kita
bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka yang sudah
menunaikan haji seharusnya mau bergerak untuk memperbaiki keadaan. Setiap
muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak
untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran,
bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan
bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima
kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih
tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah atas apa yang akan
diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Kelima, resep untuk memperbaiki kualitas
kehidupan bangsa adalah pengorbanan di jalan yang benar. Idul Adha merupakan
hari raya qurban, satu hari yang mengingatkan kita untuk memperkokoh semangat
pengorbanan, hal ini karena Nabi Ibrahim dan keluarganya yang kita kenang pada
hari raya Idul Idha ini merupakan tokoh yang tiada tara dalam berkorban untuk
menunjukkan ketaatannya kepada Allah Swt. Qurban secara harfiyah berarti
pendekatan, yakni pendekatan diri kepada Allah Swt agar kehidupan di dunia ini
dan di akhirat nanti menjadi baik. Orang yang mau berkorban berarti orang yang
menyadari akan masa depan yang lebih penting dari pada masa sekarang. Karena
itu Allah Swt berfirman:
يَآاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
perhatikanlah dirimu, apa yang sudah kamu perbuat untuk hari esok, bertaqwalah
kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (QS
59:18).
Pengorbanan memang harus kita
lakukan dalam hidup ini, karena pengorbanan itu tidak hanya bermanfaat bagi
orang lain, tapi sebenarnya bagi kita juga, hal ini karena bila kita memiliki
kemampuan mengorbankan sesuatu lalu kita mengorbankannya, maka orang lain akan
menghormati dan memuliakan kita meskipun kita tidak mencari-cari hal itu,
sedangkan bila kita mempunyai kemampuan untuk berkorban tapi kita tidak
melakukannya, maka orang lain akan menghinakan kita, itulah diantara manfaat
berkorban bagi diri kita.
Dalam konteks memperbaiki kualitas
kehidupan bangsa, pengorbanan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Kerusakan dan kerancuan pada masyarakat dan bangsa kita merupakan akibat dari
ketiadaan semangat berkorban sehingga banyak sekali orang yang dalam
mengabdikan diri untuk kemajuan masyarakat dan bangsa tidak berpikir tentang
apa yang bisa mereka berikan tapi justeru apa yang mereka harus dapatkan. Oleh
karena itu, idealnya kita terus berpikir dan berusaha tentang apa manfaat yang
bisa kita berikan kepada kebaikan dan kemajuan masyarakat dan bangsa, bukan apa
yang bisa kita dapatkan.
Sebagai muslim, menjadi keharusan
bagi kita untuk memiliki sikap optimis, yakin akan hari esok yang lebih baik
selama mau diupayakan dengan penuh kesungguhan. Sejarah telah menunjukkan
kepada kita bagaimana perubahan nasib menjadi lebih baik bagi orang-orang yang
mengalami kesulitan hidup selama mereka masih punya keyakinan akan hari esok
yang lebih baik dan mau berusaha semaksimal mungkin dengan cara-cara yang halal
dan meningkatkan kemampuannya dalam berusaha dengan selalu bertawakkal kepada
Allah Swt. Sementara itu, banyak juga kita dapati manusia yang semula hidupnya
bahagia, aman, tentram, sentosa berubah menjadi sengsara, menderita, dicekam
oleh rasa takut, tidak memperoleh keamanan dan tidak punya masa depan yang
cerah karena mereka sendiri yang merubah keadaan mereka menjadi seperti itu. Di
dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:
اِنَّ اللهَ لاَََ يُغَيِّرُوْ ماَ بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَابِاَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak merubah
suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri (QS
13:11).
Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga dan masyarakat
kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Kearah itu, diperlukan pemimpin
yang baik, pemimpin yang bukan sekedar berstatus sebagai muslim tapi memang
dapat menunjukkan identitas keislaman, keberpihakan pada nilai-nilai Islam dan
mampu menunjukkan pelayanan kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang ini
merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh
agar terwujud negeri yang baik dan memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu,
marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo'a:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah,
tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.
Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun.
Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah
kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan
kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ
لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah,
perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami.
Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami
sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى
دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu
yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan
ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan
dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah
Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan
jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin
dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah
meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan
do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada
kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan
hindarkanlah kami dari azab neraka.
Post a Comment