Khitan bagi Orang yang Sudah Besar

Khitan bagi Orang yang Sudah Besar



946/1250. Dari Abu Hurairah berkata,

اختتن إبراهيم صلى الله عليه وسلم وهو بن عشرين ومائة ثم عاش بعد ذلك ثمانين سنة قال سعيد إبراهيم أول من اختتن وأول من أضاف وأول من قص الشارب وأول من قص الظفر وأول من شاب فقال يا رب ما هذا قال وقار قال يا رب زدني وقارا

"Nabi Ibrahim dikhitan ketika berusia 120 tahun, lalu ia hidup delapan puluh tahun setelahnya."
Said bin Musayyab berkata, "Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama dikhitan, orang yang pertama menerima tamu, yang mula-mula mencukur kumis, yang mula-mula memotong kuku, dan orang yang mula-mula beruban. Kemudian dia berkata, 'Ya Tuhanku! apa ini. Dia menjawab, 'Kewibawaan.’ Ia berkata, 'Wahai Tuhanku! Tambahkanlah kewibawaan ini kepadaku.'"

Shahih sanadnya dengan riwayat mauquf dan maqthu'. Tentang khitannya Ibrahim pada usia 80 tahun adalah shahih, seperti hadits sebelumnya, Adh-Dhaifah (2112).1

947/1251. Dari Al Hasan [Al Bishri] berkata.

أما تعجبون لهذا يعني مالك بن المنذر عمد إلى شيوخ من أهل كسكر أسلموا ففتشهم فأمر بهم فختنوا وهذا الشتاء فبلغني أن بعضهم مات ولقد أسلم مع رسول الله صلى الله عليه وسلم الرومي والحبشي فما فتشوا عن شيء


"Apakah kalian tidak merasa heran dengan orang ini?, (yaitu Malik bin Al Mundzir) mereka pergi menemui orang-orang tua penduduk (Kaskar) yang telah masuk Islam, lalu ia meneliti mereka dan menyuruh mereka (untuk berkhitan). Lalu mereka pun berkhitan pada musim dingin ini. Lalu ada berita sampai kepadaku bahwa sebagian mereka meninggal, padahal telah masuk Islam bersama Rasulullah dari orang-orang Romawi dan Habsyi, tapi mereka tidak diperiksa.2

Shahih sanadnya dengan riwayat mauqufdsux mursal.

_____________
1   Sebagaimana biasanya Muhaqqiq mencatat (takhrij) atsar ini. Adapun Syaikh Jailani salah fatal dalam hal ini, ia berkata dalam takhrijnya (2/648): "Diriwayatkan Mushannif (Al Bukhari) dalam Ahaaditsil Anbiyaa' dan Al lsti'dzaan. Juga Muslim, Ibnu Hibban, dan Hakim!" Ini pencampuradukan yang sangat aneh. Hadits tersebut mauquf dan tidak ada pada Ash-Shahihain Yang ada pada keduanya adalah kalimat berkhitan dengan marfu', dengan lafazh seperti di atas. Di sana Al Jailani menisbatkan (2/644) pada keduanya juga. Bagaimana mungkin hal yang benar bercampur dengan kesalahan yang fatal ini?! Ibnu Hibban dan Hakim tidak terdapat juga pada kedua atsar-atsar maqthu' dari perkataan Ibnu Al Musayyab. Pada keduanya hanya perkataan Abu Hurairah saja, yang pertama ia rafa'kan (pada Nabi), tapi itu mungkar dan akhirnya ia mauqufkan, dan ini yang benar.
2      Ku katakan: BetuI, mereka tidak diperiksa. Tapi itu tidak menafikan adanya perintah untuk berkhitan. Bahkan membuang semua benang-benang kekufuran semuanya yang harus dibuang setiap muslim, dan adanya perintah untuk melakukan syiar-syiar fitrah. Dalam hadits Abu Daud dan lainnya, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada seseorang yang masuk Islam: "Buanglah jauh-jauh kekufuran, dan berkhitanlah." Lihatlah Shahih Abu Daud (383) dan dikuatkan atsar sebelumnya.

Tidak ada komentar