Saat kita melakukan kesalahan kepada orang tua kita. Yang
semestiya harus kita lakukan jikalau kita hendak mengajukan permintaan adalah
memohon maaf terlebih dahulu. Dan, bisa jadi permintaan yang kita ajukan akan
menambah amarah orang tua kita, jika permohonan maaf belum kita sampaikan. Itu
adalah yang terjadi antara anak sebagai seorang hamba, dan seorang Ayah yang
juga seorang hamba. Bagaimana jika ternyata jalinan itu adalah antara kita
dengan Allah Swt. Pantaskah kita mengajukan permohonan kepada Allah SWT
sementara dengan dosa yang kita lakukanpun kita belum memohon ampun?
Kalaupun meminta ampun akan tetapi tidak dibarengi keseriusan dalam
memohon ampun. Sudahkah kita sadari nikmat yang dikaruniakan oleh Allah SWT dari
mata, telinga, tangan, seperangkat anggota tubuh yang sempurna dan kenikmatan
berupa pangkat, jabatan dan kedudukan serta berlimpah kenikmatan dan karunia
lainnya, yang semestinya kita gunakan untuk mencari ridho Allah SWT namun
akhirnya kita gunakan untuk melanggar-Nya? Layakkah kita saat itu untuk
mengajukan permohonan lagi sementara nikmat yang ada saja kita tidak bisa
mensyukurinya?
Dahulukan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa
dan akhiri pula dengan permohonan ampun atas sisa kelalaian Anda disaat
memohon.
Sungguh orang yang tidak mengerti makna bersyukur ia tidaklah
mengerti makna permohonan. Karena yang tidak bisa bersyukur artinya tidak kenal
siapa yang memberinya nikmat. Yang tidak kenal siapa pemberi nikmat mungkinkah
akan memohon secara sesungguhnya kepada-Nya? Tata krama memohon adalah jika kita
memohon kepada Allah SWT dengan segala kelemahan dan kebutuhan kita kepada Allah
SWT, sekaligus menyadari keagungan Allah SWT pengabul segala
permohonan.
Merenungi jati diri maknanya amat penting dalam irama memohon
kepada Allah SWT. Berapa kali dalam sehari kita memohon kepada Allah SWT dan
berapa banyak macam permohonan kita panjatkan kepada Allah SWT. Akan tetapi
berapa banyak telah kita hadirkan kesadaran akan kelemahan kita? Atau yang
terlahir justru harapan dan impian setelah pengabulan yang kadang hanya akan
membawa kesombongan diri dengan rencana-rencana pasca pengabulan.
Seorang
ustadz yang begitu khusuk memohon agar diberi keberhasilan dalam dakwahnya. Akan
tetapi terlintas di benaknya bayang-bayang kemegahan wibawa sebagai ustadz yang
berhasil dalam mengajak umat dengan sejuta tamu dan pengikut. Apakah permohonan
yang semacam ini adalah sebuah pengakuan kehambaan yang lemah dihadapan Allah
SWT? Yang memohon kepada Allah dengan khusyu’nya agar diberi rizqi yang halal
dan barokah untuk bekal beribadah, akan tetapi terlintas dihati kecilnya
keriduan kemewahan dan kemegahan diantara manusia.
Sungguh orang yang
tidak mengerti makna bersyukur ia tidaklah mengerti makna
permohonan.
Apakah permohonan yang semacam ini adalah permohonan yang
benar yang dibarengi dengan kerendahan dan rasa tawadhu di hadapan Allah SWT?
Sungguh Allah SWT akan melihat apa yang ada di hati kita. Jangan hanya memohon
dengan sejuta ungkapan indah tanpa sebuah keinsyafan sebagai pemohon. Akan
tetapi memohonlah kepada Allah SWT dengan segala hati yang terjaga, bersih dan
penuh kesadaran akan kelemahan kita dan keagungan Allah SWT. Sadarilah apa yang
Anda ucapkan serta camkan permohonan Anda dalam sanubari. Dahulukan memohon
ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan akhiri pula dengan permohonan ampun
atas sisa kelalaian Anda disaat memohon.
Wallahu a'lam
bishshowab.
|
Post a Comment