Belajar Dari Pembuatan Mobil
Belajar Dari Pembuatan Mobil
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku
bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali
Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi
-Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul
-Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah ridho terhadap kita dengan
agama Islam ini, dan menyatakan tidak akan menerima dari kita satu agama pun
kecuali agama yang telah diridhoi -Nya, selanjutnya Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyempurnakan
agama Islam ini bagi kita semua. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan tidak akan menerima selain
agama Islam didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ
فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
﴾ [ آل عمران: 85]
"Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi". (QS
al-Imraan: 85).
Ketahuilah bahwa kebahagian
hakiki didunia dan diakhirat nanti, itu ada pada keimanan kepada Allah azza wa
jalla, mau mentadaburi kitab suci yang telah diturunkan, serta mengikuti petunjuk
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Telah
banyak ilmu dan pengetahuan pada zaman modern sekarang ini, sehingga umat Islam
merasa perlu untuk melebarkan sayap untuk rela mempelajari kebudayaan negeri
barat dan timur, filsafat mereka serta pemikiran dan cara pandang mereka,
hingga pada akhirnya datang generasi muda yang menguasai secara mendalam akan
ilmu filsafat, pandangan serta budaya negeri barat dan timur, akan tetapi,
sayang pengetahuan mereka tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap agamanya sehingga tinggal tersisa pada dirinya
penamaan Islam saja.
Selanjutnya
fenomena tersebut di ikuti oleh generasi yang mulai nampak putus hubungannya
bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla,
lalu dirinya mulai merasa ragu dan meragukan agamanya, Rasul serta al-Qur'an,
akibatnya sebagian mereka sudah mulai memutuskan diri dari syi'ar-syi'ar agama
Islam. Bahkan perkaranya lebih mengenaskan lagi sampai ada diantara mereka yang
tidak suka dan memisahkan diri dari penyebutan nama Allah Shubhanahu
wa ta’alla.
Dirinya
tidak menjumpai adanya kenikmatan dan kelezatan melainkan apabila dirinya berpihak terhadap sesuatu yang haram
yang disodorkan oleh setan baik dari kalangan manusia maupun jin seperti
kerusakan dan kebebasan, keraguan dan pengingkaran. Yang mana mereka kerjaannya
melakukan tipu daya, yang diekspresikan dalam sebuah pertunjukan sandiwara,
dalam cerita-cerita fiktif, wacana busuk dan tidak tahu malu yang tertuang
dalam surat kabar, film-film yang membawa firus, show musik yang hingar bingar,
bahkan tipu daya tadi mereka masukkan ke dalam alat-alat industri dan
perlengkapan elektronik yang dengan mudah bisa masuk pada setiap rumah, yang
berhadapan langsung pada setiap perdagangan.
Demi
Allah, berapa banyak orang yang menjadi tersesat dengan sarana dan media-media
semacam ini? berapa banyak generasi muda umat yang sudah rusak oleh karenanya?
Betapa besar yang telah tertutupi untuk mau berdzikir kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla? Allah Shubhanahu wa ta’alla
menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ أَلَا فِي ٱلۡفِتۡنَةِ سَقَطُواْۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ
٤٩ ﴾
[ التوبة: 49]
"Ketahuilah bahwa mereka
telah terjerumus ke dalam fitnah. dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar
meliputi orang-orang yang kafir". (QS at-Taubah: 49).
Suatu
ketika saya bertemu dengan sekelompok anak muda yang pemikirannya sudah
terkontaminasi oleh dunia barat dan peradabannya, kemudian salah seorang
diantara mereka mendekatiku lantas bertanya, "Kita telah membaca
al-Qur'an, dan kita telah mengetahui sejarah Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan sekarang kita berada
dizaman ilmu dan peradaban, menggunakan akal dan eksperimen.
Tidakkah
anda ketahui bagaimana negeri barat bisa meraih kemajuan dalam segala aspek
kehidupan baik teknologi maupun evolusi, peradaban dan kemajuan? Terus dia
memuji dengan pembicaraan yang seakan tidak ada putusnya. Saya katakan,
"Dari arah pembicaraanmu saya paham apa yang engkau maksud, aku jadi tahu
apa yang ada dibathinmu. Ketahuilah bahwa
engkau hanya bisa mencapai keinginanmu secara perlahan-lahan, bertahap,
dan engkau bisa memperoleh maksud dengan cara merenunginya terlebih dahulu,
sekarang apa yang sedang berada dipikiranmu? Sedangkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ tPöqtur ß]yèö7tR Îû Èe@ä. 7p¨Bé& #´Îgx© OÎgøn=tæ ô`ÏiB öNÍkŦàÿRr& ( $uZø¤Å_ur Î/ #´Íky 4n?tã ÏäIwàs¯»yd 4 $uZø9¨tRur øn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ﴾ [ النحل: 89]
"(Dan
ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab
(al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS an-Nahl: 89).
Dia
menjawab, "Saya paham, bahwa kita sekarang sedang hidup diabad yang penuh
dengan ilmu dan peradaban, teknologi canggih dan eksperimen, apakah kita bisa
mengungguli mereka (hanya) dengan mencukupkan diri dengan al-Qur'an dan Sunah,
lantas kita bermimpi bisa menyamai mereka, sehingga kita tidak perlu melirik
pada peradaban barat? Kalau itu memang tidak mungkin, lantas bagaimana kita bisa
paham, bisa maju ketika akal hanya kita gunakan untuk mengenal bahwa Allah Shubhanahu
wa ta’alla itu pernah mengutus seorang Rasul, dan
menurunkan kitab suci? Dan apakah Kalau sekiranya kita sudah meyakini itu
semua, menjadikan perkaranya menjadi yang sangat urgen?
Pertanyaan-pertanyaan
yang terlontar penuh dengan campuran pemikiran orang kafir, memuntahkan segala
unek-unek kekufuran yang bagaikan gunung berapi yang siap mengeluarkan lahar
panasnya. Sungguh benar apa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla nyatakan
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ أَفِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ٱرۡتَابُوٓاْ أَمۡ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ
ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَرَسُولُهُۥۚ بَلۡ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٥٠ ﴾ [ النور: 50]
"Apakah
(ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau
(karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rasul
-Nya berlaku zalim kepada mereka? sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang
zalim". (QS an-Nuur: 50).
Dan
badai pemikiran kufur semacam ini jangan membuatmu terlalu khawatir, karena
sesungguhnya Islam akan merobohkan sekaligus dari akarnya, kebenaran akan
memberangus dalam sekejap terhadap kebatilan yang telah dipropaganda
bertahun-tahun. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغۡلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِيٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ
عَزِيز ٢١ ﴾
[ المجادلة: 21]
"Allah
telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul -Ku pasti menang".
Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa". (QS al-Mujaadilah: 21).
Demikian pula Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ
زَاهِقۚ وَلَكُمُ ٱلۡوَيۡلُ مِمَّا تَصِفُونَ ١٨ ﴾ [ الأنبياء: 18]
"Sebenarya
Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya,
Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. dan kecelakaanlah bagimu
disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi
-Nya)". (QS al-Anbiyaa': 18).
Saya katakan padanya,
"Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla
memberimu hidayah. Sesungguhnya dengan akal anda mampu berbicara seperti ini,
dengan akal seseorang menjadi mulia, dan dengan akal pula kita disuruh untuk
merenungi ayat-ayat -Nya. Dengan akal insya Allah akan datang penjelasan
kebenaran padamu, apakah engkau mau mendengarnya? Ia, jawabnya.
Saya
lanjutkan, "Mobil ini, yang berada dihadapnmu dengan model dan warna yang
bagus, nyaman untuk dikendarai, lengkap dengan segala aksesorisnya, plus
ditambah dengan mesin yang bisa menggerakkan, dengan mobil tersebut menjadikan
mudah urusanmu, membawamu dari satu tempat ketempat yang lain dengan nyaman dan
cepat".
Dia menimpali, "Ia,
lantas kenapa?".
Saya
katakan, "Apakah engkau melihat mobil tadi bisa berada didepan garasimu
secara tiba-tiba begitu saja? Dia menjawab, "Mustahil".
Lalu siapa yang
mendatangkannya? Tanyaku. Dia menjawab, "Para pedagang otomotif".
Saya tanya kembali, "Lalu dari mana para pedagang tadi mendatangkan
mobil-mobil tersebut? Dari negeri yang memproduksi mobil tersebut, jawabnya.
Kalau demikian mobil tersebut bikinan orang? Sergahku, dia menjawab, "Ia,
benar".
Saya
tanya, "Lalu siapa yang membuatnya? Dia katakan, "Para jenius dan
orang yang berotak cemerlang". Kemudian dia merancang lalu membuatnya dengan
detail, membuat modelnya lantas mengabungkan semua komponennya? Tanyaku
kembali. Dia menjawab, "Ia". Aku bertanya, "Kenapa? Dia menjawab, "Supaya mobil tersebut
bisa digunakan sebaik mungkin, yang hal itu tentunya menunjukan pada kejeniusan
para perancang dan pencipta mobil tersebut". Saya tanya, "Apakah
mobil tersebut bisa berjalan begitu saja tanpa ada cara dan panduan yang bisa
dijadikan rujukan untuk melajukannya?
Dia katakan, "Tentu saja
tidak, akan tetapi mobil tersebut baru bisa berjalan kalau sesuai dengan
petunjuk dan panduan pemakaian, supaya sang pengemudi terjaga keselamatannya
dan tidak mencelakakan orang lain"
Saya
tanya kembali, "Apakah mobil tersebut bisa bergerak setiap hari tanpa
membutuhkan bahan bakar? Dia menjawab, "Tentu saja tidak, bahkan mobil
tadi tidak bisa bergerak satu langkahpun kalau seandainya tidak di sisi dengan
bahan bakar". Saya lalu menjelaskan, "Kalau demikian coba luruskan
akalmu baik-baik, dan saya tidak ingin jawaban dari pertanyaanku ini kecuali
dari akalmu". Dia berkata, "Tanyalah, sungguh anda memulai obrolan
dengan bahasa yang bisa dicerna oleh akal dan masuk ke hati".
Saya
lalu berkata, "Mobil ini bisa ada bentuknya karena dibuat oleh sang
jenius, dan bisa sampai kesini karena dibawa oleh para pedagang mobil. Apakah
ada seseorang yang untuk pertama kalinya disini bisa mengemudikan mobil
tersebut tanpa ada pelatihan insiyur yang menjelaskan dan mengajari tata cara
mengemudikannya, serta panduan untuk membetulkan mobil tersebut bila terjadi
kerusakan? Jelas tidak mungkin, sergahnya.
Bagaimana
tidak bisa? Tanyaku. Sesungguhnya mobil tadi ketika baru pertama kali sampai ke
kita, oleh pabrik mobil tersebut disertai dengan buku panduan yang berada
didalamnya, dan didalam buku tersebut diterangkan tentang tata cara perbaikan
bila terjadi kerusakan, pemasangannya, cara perbikannya, dan bagaimana cara
penggunaanya, ditulis dalam buku panduan secara lengkap dan jelas oleh
perancang mobil tersebut secara langsung.
Lalu
pabrik tadi mengirimkan seorang insiyur handal yang akan mendemokan semua yang
berkaitan dengan mobil tersebut, menjelaskan pada orang lain dan menerangkan
pada mereka apa yang berada didalam buku panduan itu lalu menjawab pertanyaan
demi pertanyaan dari orang-orang yang ada disekelilingnya yang belum bisa mereka
pahami. Jelasnya panjang lebar.
Saya
berkata, "Dengarlah, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla
memberimu taufik, apakah sekarang akalmu sudah terbuka dan bisa memahami maksud
pembicaraanku? Sesungguhnya Allah azza wa jalla menciptakan manusia dengan sebaik-baik
rupa dan bentuk, kemudian menurunkan ke muka bumi ini, lalu mereka tidak
dibiarkan begitu saja tanpa ada metode dan tujuan, namun, Allah Shubhanahu
wa ta’alla membarengi dengan menurunkan kitab suci sebagai
panduan dan petunjuk, dan mengutus para utusan kepada ciptaan -Nya tersebut
semenjak dari zamannya Adam 'alaihi sallam hingga diutusnya nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salla.
Selanjutnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla
menurunkan al-Qur'an dan menjelaskan didalamnya penciptaan manusia dan
makhluk-makhluk lain secara menyeluruh, menjelaskan didalamnya segala yang
mendatangkan manfaat bagi umat manusia dan yang membahayakan, menerangkan
bagaimana beramal, dan apa yang harus dikerjakan. Menjelaskan bagaimana bisa
berhubungan langsung bersama penciptanya, sehingga mereka bisa menyeru dan
meminta kepada -Nya, kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla
memilih utusan -Nya yang bernama Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam, lalu mengajari segala sesuatu yang -Dia kehendaki,
mengutusnya untuk seluruh umat manusia, dengan menurunkan padanya sebuah kitab
suci yang menjelaskan segala sesuatu.
Maka
beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasehati umat, dan
menjelaskan bagi mereka segala jalan kebaikan, dan memperingatkan mereka dari
segala sarana yang mengantarkan pada kejelekan, supaya mereka bisa merengkuh
kebahagian dunia dan akhirat. Itulah yang Allah Shubhanahu wa ta’alla
maksudkan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ
عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن
كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِين ٢ ﴾ [ الجمعة: 2]
"Dia -lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat -Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab
dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata". (QS al-Jumu'ah: 2).
Dia
masih menyergah dengan menegaskan, "Tapi apakah al-Qur'an yang telah
menjelaskan segala sesuatu itu sudah cukup sehingga tidak membutuhkan tambahan
lainnya? Saya bertanya balik, "Apakah buku panduan yang berada didalam
mobil tadi sudah cukup tanpa perlu dikirimnya seorang insiyur yang menjelaskan
bagaimana cara mengemudikan mobil untuk pertama kalinya, dan segala
peraturannya? Jelas tidak, jawabnya. Bagaimana tidak mungkin? Tanyaku kembali.
Dia
menjawab, "Bisa jadi didalam mobil tersebut ada kompenen yang tidak bisa
dipahami secara jelas bila hanya mengacu pada buku panduan. Makanya dijelaskan
oleh sang insiyur handal tersebut. bisa saja insiyur yang membuatnya keliru
atau lupa maka hal itu bisa dijumpai di dalam buku panduan. Makanya buku
panduan dan insiyur yang professional tadi adalah satu kesatuan yang bisa
saling menyempurnakan".
Aku
katakan, "Demikianlah, dan bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla
perumpamaan yang lebih tinggi. Sesungguhnya manusia itu bodoh lagi lemah tidak
bisa memahami dari al-Qur'an segala sesuatu, terkadang bisa dipahami oleh
sebagaian orang tapi tidak bisa dipahami oleh yang lainnya, bisa saja dipahami
namun tidak sesuai dengan maksud sehingga dirinya keliru kemudian binasa. Maka
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah manusia biasa seperti kebanyakan orang, beliau akhlaknya adalah
al-Qur'an, beliau menerapkan pada dirinya isi al-Qur'am ditengah-tengah umat,
supaya mereka bisa mengambil contoh darinya, dan agar mereka tidak merasa
keberatan, lalu beralasan kami tidak sanggup, mereka juga bertanya dan beliau
menjawabnya, beliau mengerjakan sholat mereka pun sholat, beliau berpuasa dan
merekapun berpuasa, beliau berjihad dan mereka pun berjihad. Dan Allah Shubhanahu
wa ta’alla menjelaskan hal itu secara gamblang dalam
firman -Nya:
قال
الله تعالى: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي
رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ
وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [ الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah". (QS al-Ahzab: 21).
Maka tugas beliau ialah
menegaskan apa yang ada didalam al-Qur'an, menjelaskan isi kandungan global
yang ada didalam al-Qur'an, seperti penjelasan waktu-waktu sholat, jumlah
bilangan raka'at serta tata caranya, beliau juga menjelaskan kadar dan ukuran
zakat, dan yang lainnya. Terkadang beliau menambahkan apa yang ada didalam
al-Qur'an seperti larangan menikahi sekaligus antara istri dan bibinya, dan itu
semua beliau pelajari dari sisi Rabbnya. Dimana Allah Shubhanahu
wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡي يُوحَىٰ ٤﴾
[ النجم: 3-4]
"Dan
tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". (QS an-Najm: 3-4).
Dan
diutusnya seorang utusan serta diturunkannya kitab suci adalah suatu kelaziman,
yang demikian itu karena manusia lemah dan banyak memiliki perbedaan pendapat
dan pemikiran. Maka tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla
menciptakan manusia maka -Dia pula yang menata serta mengatur kehidupan mereka.
Hal itu sebagaimana ditegas oleh Allah ta'ala didalam firman Nya:
قال الله تعالى: ﴿ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
٥٤ ﴾
[ الأعراف: 54]
"Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam". (QS al-A'raaf: 54).
Dia menjawab, "Saya
setuju dengan ucapanmu".
Saya lanjutkan, "Dan
tatkala para sahabat radhiyallahu 'anhum belajar dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam risalah
Rabbnya, mereka memahami agamanya, dan mengenali Rabb serta sesembahannya dan
kewajiban yang harus ditunaikan untak -Nya, selanjutnya setelah itu Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pindah ke
rahmat Rabbnya, manakala agama ini telah sempurna, dan telah nampak pada umat
para ulama yang mewarisi ilmunya para nabi.
Tugas
pun berganti, giliran para ulama tadi yang berkewajiban memberi petunjuk kepada
umat pada agama Allah Shubhanahu wa ta’alla
hingga tegak hari kiamat, sebagaimana insiyur yang handal tadi juga pergi
setelah menunaikan tugas dan menjelaskan kepada orang apa yang menjadi tugas
dan kewajibannya, maka pribadi Nabi telah pergi namun tinggal tersisa ilmunya
yang bisa dimanfaatkan oleh umatnya.
Lantas
saya bertanya padanya, "Mana yang lebih besar membuat mobil atau
menciptakan manusia? Dia menjawab, "Tentu tidak ada persamaannya, karena
manusia dalam penciptakan penuh dengan keajaiban dan tanda akan kebesaran Sang
Pencipta. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla
menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ ٢١ ﴾ [ الذريات: 21]
"Dan
(juga) pada dirimu sendiri. maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS adz-Dzariyaat: 21).
Saya katakan, "Ketahuilah bahwa agungnya ciptaan
menunjukan akan keagungan yang menciptakan". Dia bertanya, "Lantas
kenapa kondisi orang yang telah diciptakan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla tadi berubah menjadi buruk perilakunya serta cepat berubah keadaannya?
Kadang membunuh, kadang menzalimi, kadang mencuri, kadang berzina, kadang
berdusta dan kadang merusak".
Saya jawab, "Itulah yang namanya hikmah".
Jelaskan lebih banyak, mintanya.
Lalu saya terangkan,
"Tatkala mobilmu mogok dijalan bukankan engkau akan sibuk untuk
menghubungi dealer atau pabrik yang membuatnya, dan mencoba untuk membuka buku
panduan yang menjelaskan tentang cara pemasangan dan bagaimana mengemudikannya,
agar bisa dibetulkan dan kembali dari bengkel dalam keadaan selamat tanpa ada
cacat?
Dia menjawab, "Tentu".
Saya katakan,
"Sesungguhnya faktor yang menyebabkan hal itu ialah sikap lalai mereka
terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla dan agama -Nya serta hari
akhir. Orang yang lalai adalah orang yang lemah imannya terhadap Rabbnya,
sehingga sulit dan berat bagi dirinya untuk mengerjakaan ketaatan, sebaliknya
dirinya merasa ringan manakala melakukan perbuatan maksiat. Sehingga dirinya
berubah dari yang pertamanya menjadi tentara Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadi tentaranya setan,
dari yang tadinya baik menjadi rusak.
Dan jikalau seandainya dia
hidup dalam lingkungan yang penuh dengan keimanan, niscaya ringan baginya untuk
mengerjakan ketaatan, dan berat bila harus melakukan perbuatan maksiat. Dan
setan itu senantiasa berada dalam lingkungan orang yang lalai, dan lebih kuat
cengkramannya dari singa lapar, namun, setan tatkala berada dilingkungan orang
yang beriman itu lebih lemah dari pada seekor nyamuk.
Oleh karena itu, jadikanlah
dirimu senantiasa bersama orang-orang yang mengingat Allah Shubhanahu
wa ta’alla bukan bersama orang-orang yang lalai, supaya dirimu mau mentaati Allah
dan memaksiati musuhmu setan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan agar kita
selalu bersabar dalam ketaatan, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ
وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ
هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطا ٢٨
﴾ [ الكهف: 28]
"Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan -Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas".
(QS al-Kahfi: 28).
Maka wajib bagi seseorang yang kondisinya banyak
mengalami kerusakan dan datang keraguan padanya untuk segera menghubungi
penciptanya yang ditangan -Nya segala sesuatu, lalu
introspeksi diri sendiri dan
perilakunya terhadap kitab suci yang diturunkan oleh Rabbnya, dan juga sunah
nabiNya Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan cara seperti itu dia
akan mendapati didalam kedua pedoman tersebut petunjuk dan obat, sehingga
dirinya akan mengetahui bahwa didalam keduanya dijelaskan kalau membunuh tanpa
alasan yang benar adalah haram, bahwa berbuat dhalim adalah haram, mencuri
adalah haram, berzina adalah haram, berdusta adalah haram. Ketika menyadari hal
itu, dirinya akan bersegera meninggalkan sifat-sifat
yang buruk ini serta perilaku yang jelek, dan mentaati Allah Shubhanahu
wa ta’alla dan Rasul -Nya, sehingga dirinya bisa hidup dalam kehidupan yang mulia
penuh dengan kebahagian didunia ini, dan merengkuh kebahagian akhirat dengan
mendapat surga. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman
-Nya:
قال الله تعالى: ﴿ ô`tB @ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @2s ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhsÛ ( óOßg¨YtÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$2 tbqè=yJ÷èt ﴾ [ النحل: 97]
"Barangsiapa
yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan". (QS an-Nahl: 97).
Diapun berseloroh,
"Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinari hatimu, sungguh
sekarang hati dan akalku mendapat pencerahan, lalu apa yang harus kita lakukan
setelah ini? Saya katakan, "Menyendiri walau sesaat antara dirimu dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla, renungilah tentang
makhluk dan ciptaan -Nya, niscaya
hal itu akan membawamu pada suasana ketaatan yang menggebu-gebu, membawamu dari
keraguan menjadi yakin, dari kebodohan menjadi paham, dari kesesatan menjadi
mendapat petunjuk, dari perilaku maksiat menuju ketaatan".
Kemudian saya tambah,
"Tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan dirimu tinggal
dibumi -Nya, apakah kiranya engkau mau bila dirimu dibiarkan begitu saja oleh
-Nya tanpa ada pondasi, pokok dan hukum yang dirimu pegangi dalam mengarungi kehidupan
ini, sehingga engkau hidup bagaikan binatang ternak dan binatang buas, dalam
keadaan bodoh dan penuh syahwat, dhalim dan bengis. Padahal Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah menyatakan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا
مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ١٦٤﴾ [ آل عمران: 164]
"Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata". (QS al-Imraan: 164).
Dia berkata, "Maha
suci Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang ilmu -Nya mencakup
segala sesuatu, sesungguhnya Rabbku Maha pengasih lagi penyayang".
Kemudian aku katakan kembali padanya, "Dan mobil ini, siapa yang
menciptakan orang yang membuatnya? Siapa yang menciptakan akal yang bisa dia
gunakan? Lantas siapa yang menciptakan kemampuan untuk membuatnya? Dan siapa
yang menciptakan unsur elemen mobil ini? Dia menjawab, "Jelas semuanya
adalah Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakannya, Allah
Shubhanahu
wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ٩٦ ﴾ [ الصفات: 96]
"Padahal
Allah -lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (QS
ash-Shaaffat: 96).
Saya tanya kembali,
"Apakah mobil bisa berjalan tanpa ada bahan bakarnya? Tentu tidak,
jawabnya. Saya katakan, "Maka Allah menciptakanmu, kemudian memberimu
limpahan rizki, dimana dirimu tidak bisa makan melainkan dari pemberian -Nya
tanpa dipungut biaya sepeserpun, dan tentunya orang yang berbuat baik kepadamu
harus engkau taati, maka taatilah Allah Shubhanahu wa ta’alla dan sembahlah -Dia. Dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegaskan hal itu
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسَۡٔلُكَ
رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ ١٣٢ ﴾ [ طه: 132]
"Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa". (QS Thahaa: 132).
Pabrik yang membuat mobil,
jelas mereka minta ganti ongkos, dan mobil itu tidak bisa berjalan sendiri
keculai setelah engkau beli bahan bakar dan mengisikannya. Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakanmu
didunia ini dengan rizki yang engkau bebas memakannya, lalu memuliakanmu dengan
metode hidup yang engkau bisa mengambil petunjuk darinya, dan diutusnya seorang
Rasul yang bisa engkau teladani, dan kelak diakhirat Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memuliakanmu jika engkau mentaati -Nya
dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang penuh dengan kenikmatan,
yang belum pernah terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga dan belum
pernah terlintas dalam benak umat manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah
ta'ala didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰت تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَة فِي جَنَّٰتِ عَدۡنۚ
وَرِضۡوَٰن مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٧٢ ﴾ [ التوبة: 72]
"Allah
menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah
lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar".(QS at-Taubah: 72).
Lantas
kebaikan seperti apa lagi setelah ini?
Kedermawan seperti apa lagi yang ingin engkau harapkan setelah ini? nikmat
seperti apa lagi setelah diberinya surga yang seluas langit dan bumi yang
diberikan bagi orang-orang yang bertakwa sebagai tempat tinggalnya kelak
diakhirat? Jika engkau mentaati Rabbmu maka manfaatnya kembali padamu, dan jika
engkau memaksiati Allah Shubhanahu wa ta’alla
maka madharatnya juga kembali padamu, karena sesungguhnya Allah tidak mengambil
manfaat dari orang yang taat dan tidak dirugikan bila dimaksiati, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah
Maha kaya lagi terpuji, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ
هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ١٥﴾ [ فاطر: 15]
"Hai manusia, kamulah
yang berkehendak kepada Allah dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji". (QS Faathir: 15).
Akan tetapi, Allah Shubhanahu wa ta’alla mencintai dari
kalangan hamba yang mengerjakan ketaatan agar mereka meraih surga, dan
mencintai dari para hamba mau bersyukur terhadap nikmat yang mereka peroleh
supaya mereka ditambah nikmatnya, dan mencintai dari hamba meminta ampun dari
dosa agar -Dia mengampuninya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوف رَّحِيم ١٤٣ ﴾ [ البقرة: 143]
"Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia". (QS al-Baqarah:
143).
Dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Umar bin Khatab
radhiyallahu 'anhu berkata, "Datang kepada Rasulallah Shalallahu 'alihi wa sallam tawanan, tiba-tiba ada seorang wanita
dari tawanan tersebut yang sedang kehilangan anaknya, kemudian ketika mendapati
anaknya dia ambil lalu dia gendong kemudian dia peluk kemudian dia susui.
Melihat kejadian itu maka Rasulallah bersabda kepada kami: "Bagaimana
menurut kalian apakah mungkin wanita ini rela melemparkan anaknya ke dalam api?
Kami jawab, "Jelas tidak, demi Allah Shubhanahu
wa ta’alla dia
tidak mungkin rela untuk melemparkannya". Beliau menegaskan, "Allah Shubhanahu wa ta’alla lebih sayang terhadap hamba -Nya dari pada wanita tadi
terhadap anaknya". HR Bukhari no: 5999. Muslim no: 2754.
Sesungguhnya diantara bentuk kasih sayang Allah Shubhanahu wa ta’alla terhadap kita ialah memuliakan kita dengan rizki yang
baik-baik yang bisa kita makan, dan dengan al-Qur'an yang bisa kita jadikan
sebagai petunjuk, dan dengan diutusnya seorang Rasul yang bisa kita teladani,
dan dengan akal yang bisa kita gunakan untuk berfikir, memilah mana yang
memberi manfaat dan yang membahayakan kita. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menegaskan
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ
وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِير مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا
تَفۡضِيلا ٧٠ ﴾ [ الإسراء: 70]
"Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan". (QS
al-Israa': 70).
Apa
menurutmu kalau seandainya Allah Shubhanahu wa ta’alla membiarkan
kita begitu saja, tidak ada akhlak tidak pula etika, tidak ada hukum yang
mengatur urusan kita, tidak ada ibadah yang bisa menghubungkan kita kepada
pencipta dan pemberi rizki kita, bagaimana kondisinya kita ketika itu? Pasti
akan merangsek pada kita hawa nafsu, syahwat, ketamakan, yang kuat menindas,
hidup ini menjadi terbalik penuh dengan kedaliman dan kerusakan, perpecahan dan
permusuhan. Maka kerusakan terjadi dilangit dan muka bumi serta diantara
keduanya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلۡحَقُّ أَهۡوَآءَهُمۡ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ
وَمَن فِيهِنَّۚ بَلۡ أَتَيۡنَٰهُم بِذِكۡرِهِمۡ فَهُمۡ عَن ذِكۡرِهِم مُّعۡرِضُونَ
٧١ ﴾ [ المؤمنون: 71]
"Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan
itu". (QS al-Mukminuun: 71).
Lalu musibah apa lagi yang akan menimpa umat ketika
itu? Berapa meruginya kelak diakhirat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿وَمَن كَانَ
فِي هَٰذِهِۦٓ أَعۡمَىٰ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلا ٧٢﴾[ الإسراء: 72]
"Dan
barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia
akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)". (QS
al-Israa': 72).
Dia lalu menegaskan,
"Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memuliakan
anda dengan sebab mentaati -Nya, sungguh obrolanku bersama anda menjadikan
hatiku tergugah, terasa menyenangkan, seseorang sedikit bila sendiri dan
menjadi banyak bila bertemu kawannya". Saya katakan, "Sungguh sangat
mengherankan kelalaian yang ada pada diri kita, tidakkah engkau sadar betapa
besar kelembutan yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla berikan bagi para hamba -Nya, namun, betapa bodohnya kita dengan
hak yang harus kita tunaikan pada -Nya.
Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakan kita, memberi rizki dan
hidayah, kemudian memuliakan kita dengan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi. Betapa lalim seseorang itu
terhadap dirinya sendiri, Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyukai untuk berjalan lurus, sedangkan -Dia sama sekali tidak
membutuhkan sesuatu apapun darinya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla mencela bagi mereka yang enggan untuk meminta kepada -Nya, dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak
menginginkan dari makhluk -Nya sedikitpun, bahkan Allah Shubhanahu wa ta’alla lah yang memberi mereka segala yang mereka
butuhkan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan
didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ
ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّار ٣٤ ﴾ [ ابراهيم: 34]
"Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". (QS
Ibrahim: 34).
Ya Allah, sesungguhnya diriku
banyak menzalimi diriku sendiri, ampunilah hamba, sesungguhnya tidak ada yang
mampu mengampuni dosa selain Engkau.
Post a Comment