SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH BAGIAN DARI IMAN KEPADANYA


SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH
BAGIAN DARI IMAN KEPADANYA


          Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
]وما أصاب من مصيبة إلا بإذن الله، ومن يؤمن بالله يهد قلبه والله بكل شيء عليم[
          “Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghobun, 11)
           ‘Al Qomah([1]) menafsirkan Iman yang disebutkan dalam ayat ini dengan mengatakan :
"هو الرجل تصيبه المصيبة فيعلم أنها من عند الله فيرضى ويسلم"
          “Yaitu : orang yang ketika ditimpa musibah, ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridho dan pasrah (atas takdirNya).
           Diriwayatkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"اثنان في الناس هما بهم كفر، الطعن في النسب، والنياحة على الميت"
          “Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh manusia, yang kedua-duanya merupakan bentuk kekufuran : mencela keturunan, dan meratapi orang mati”.
           Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan hadits marfu’, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"ليس منا من ضرب الخدود، وشق الجيوب، ودعا بدعوى الجاهلية".
          “Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru dengan seruan orang-orang jahiliyah”.
           Diriwayatkan dari Anas Radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
إذا أراد الله بعبده الخير عجل الله له بالعقوبة في الدنيا، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة "
          “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hambanya, maka Ia percepat hukuman baginya di dunia, dan apabila Ia menghendaki keburukan pada seorang hambanya, maka Ia tangguhkan dosanya sampai ia penuhi balasannya nanti pada hari kiamat.”(HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
            Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط " حسنه الترمذي.
          “Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala jika mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya, barang siapa yang ridho akan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah” (Hadits hasan menurut Imam Turmudzi).


        Kandungan dalam bab ini :
  1. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taghobun ([2]).
  2. Sabar terhadap cobaan termasuk iman kepada Allah.
  3. Disebutkan tentang hukum mencela keturunan.
  4. Ancaman keras bagi orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek baju, dan menyeru kepada seruan jahiliah (karena meratapi orang mati).
  5. Tanda apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya.
  6. Tanda apabila Allah menghendaki keburukan kepada hambaNya.
  7. Tanda kecintaan Allah kepada hambaNya.
  8. Dilarang bersikap marah dan tidak sabar atas cobaan ketika diuji oleh Allah.
  9. Pahala bagi orang yang ridho atas ujian dan cobaan.


 

([1])   ‘Al Qomah bin Qais bin Abdullah bin Malik An Nakhai, salah seorang tokoh dari ulama tabiin, dilahirkan pada masa hidup Nabi dan meninggal tahun 62 H (681 M).
([2])   Ayat ini menunjukkan tentang keutamaan sabar atas segala takdir Allah yang pahit, seperti musibah dan menunjukkan bahwa amal termasuk dalam pengertian iman.

Tidak ada komentar