Anjuran Shalat Berjama'ah



Anjuran Shalat Berjama'ah
Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah mewajibkan shalat atas para hamba -Nya sebagai rahmat dan kebaikan bagi mereka, dan menjadikannya sebagai penghubung antara hamba dengan tuhannya agar  bertambah ketenteraman dan keimanan mereka, Allah Subhanahu wa ta’alla mewajibkannya secara berulang-ulang agar tidak terjadi kerenggangan antara seorang hamba dengan Tuhannya, serta memudahkan bagi mereka agar tidak terjadi kegalauan hati dan kesusahan. Dan Allah Subhanahu wa ta’alla juga melipat gandakan pahalanya sehingga walaupun shalat wajib hanya dikerjakan lima kali dalam sehari namun balasan pahalanya lima puluh sebagai karunia dan pemberian dari -Nya.
Aku memuji Allah Subhanahu wa ta’alla yang Maha Suci atas segala limpahan karunia dan kebaikan -Nya, Dia telah menciptakan makhluk agar mereka mengenal -Nya dan beribadah kepada -Nya, dan Allah Subhanahu wa ta’alla mewajibkan bagi mereka shalat dan menjadikannya sebagai syari’at yang telah ditetapakan waktunya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : {إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا} (سورة النساء: 103)
“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Nisa’: 103). Maksudnya adalah shalat tersebut diwajibkan.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wa ta’alla Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, Dialah Pencipta dan Penolong kita. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Salallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, orang yang paling takut terhadap Tuhannya baik pada waktu rahasia atau terang-terangan, yang telah menjadikan shalat sebagai penyejuk hatinya, maka itulah amal yang terbaik bagi setiap orang yang ingin mengharap karunia dan ridha Tuhannya, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada keluarga dan para shahabatnya serta kepada seluruh orang yang mengikuti beliau dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : {أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا}(سورة الأحزاب: 21)
“…pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)
                Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah Ta’ala dan dirikanlah shalat sebab shalat adalah kewajiban yang telah ditetapkan waktunya bagi orang-orang yang beriman. Agungkanlah shalat, sebab Allah Subhanahu wa ta’alla telah mengagungkannya dan mewajibkannya kepada nabi dan umatnya, sebagai obat bagi penyakit hati dan penyejuk jiwa dan sebagai  tali pengikat antara keluarga besar umat Islam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : {إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ}(سورة العنكبوت: 45)
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Bagaimanakah pendapat kalian jika sebuah sungai mengalir di depan pintu salah seorang di antara kalian dan dia mandi dalam sungai itu lima kali sehari apakah ada daki yang tersisa pada tubuhnya?. Para shabat menjawab: Tidak akan tersisa daki apapun pada tubuhnya wahai Rasulullah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Seperti itulah shalat yang lima waktu, Allah menghapuskan dengannya dosa-dosa”. Muttafaq alaihi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang menjaga shalat lima waktu, menyempurnakan ruku’, sujudnya dan waktunya dan dia menyadari bahwa itu adalah benar dari Allah Subhanahu wa ta’alla maka wajib baginya masuk surga”.
Wahai sekalian kaum muslimin, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’alla telah memperingatkan kalian agar tidak menyia-nyiakan shalat dan meremehkannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُواْ ٱلشَّهَوَٰتِۖ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا}(سورة مريم: 59)
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Batas antara seseorang muslim  dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat”. HR. Muslim.
Barangsiapa yang menjaga shalatnya maka baginya cahaya dan bukti serta keselamatan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak memiliki cahaya, bukti dan tidak akan selamat pada hari kiamat.
Perkara ibadah yang paling pertama kali akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’alla pada hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka dia telah beruntung dan selamat dan jika shalatnya rusak maka sungguh dia telah binasa dan merugi. Di antara wujud yang paling agung akan kebaikan shalat seorang hamba adalah khusyu’ dalam menjalankan shalat baik hati atau anggota badan. Kekhusyu’an hati tercermin dalam kehadiran hati, merasakan akan kehadiran hati saat shalat dan takut  serta waspada kepada Allah Subhanahu wa ta’alla. Adapun  kekhusyu’an anggota badan terwujud pada seluruh anggota tubuh tidak membuat gerakan yang tidak perlu, baik dalam rangka main-main atau gerakan sia-sia. Dan inilah makna yang tersirat di dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai berikut:
قال الله تعالى: {وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ} (سورة البقرة: 45)
“Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. (QS. Al-Baqarah: 45).
Dan makna sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, “Seorang hamba akan didatangkan pada hari kiamat dan shalatnya seperti pakaian yang compang camping, lalu pakaian tersebut dilemparkan pada wajahnya sambil berkata kepadanya: Semoga Allah Subhanahu wa ta’alla menyia-nyiakanmu sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku”.
                Wahai sekalian kaum muslimin, sungguh merugi orang yang menyia-nyiakan shalat mereka, sehingga menjadi berat bagi mereka, mereka menyerupai orang-orang munafiq yang terjerembab di dalam dasar api neraka yang paling dalam, mereka berhak mendapat kehinaan dan siksa yang pedih.
                Kita melihat orang yang melalaikan shalat tertahan oleh kebutuhan duniawi dalam masa yang panjang atau masa yang pendek namun mereka tidak menghiraukan shalatnya sendiri, dan mereka tidak bisa bersabar hanya dalam beberapa saat saja untuk menunaikan shalatnya dan menunda sejenak tuntutan kebutuhan duniawinya, padahal bisa jadi masa krisis tersebut sangat sedikit jika dibanding dengan masa umur dan tenggang waktu yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’alla untuk menunaikan kewajiban yang telah ditetapkan baginya dan menyempurnakan agamanya sebagai rasa syukur kepada -Nya atas segala karunia dan pemberian Allah Subhanahu wa ta’alla.
                Alangkah ruginya orang yang seperti ini, dan sungguh dia pasti akan menyesal saat dirinya mengambil buku catatan amalnya dengan tangan kanan atau tangan kirinya. Dan ketahuilah bahwa shalat yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan secara berjama’ah, sebab orang yang mengerjakan shalat bersama jama’ah akan mengerjakannya dengan penuh semangat, giat, khusyu dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa ta’alla Tuhan semesta alam.
                Shalat berjama’ah sebagai media untuk mengetahui keadaan jama’ah dan masyarakat secara umum, sementara orang yang selalu meninggalkan shalat berjama’ah akan menjalankan shalat dengan berat dan sulit menunaikannya pada waktunya bahkan bisa saja dirinya  terbuai kemalasan lalu akhirnya meninggalkannya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan di dalam sabdanya: Demi yang jiwaku berada di tangannya, sungguh aku ingin memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu aku memerintahkan para shahabat untuk shalat lalu mengumandangkan azan untuknya, lalu aku memerintahkan seseorang untuk menjadi imam dalam shalat, lalu aku pergi menuju orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah dan aku bakar rumah-rumah mereka, demi yang jiwaku berada di tangan -Nya seandainya mereka mengetahui bahwa dengan menghadiri shalat tersebut mereka mendapatkan urat daging yang gemuk atau dua potong tulang yang baik (ada dagingnya), maka mereka pasti akan menghadiri shalat isya’. Muttafaq alaihi. Ini adalah lafaz imam Bukhari.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: Shalat yang paling berat bagi orang munafiq adalah shalat isya’ dan shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat di dalamnya niscaya mereka pasti mendatanginya dengan cara merangkak”. Muttafaq alaihi.
                Shalat berjama’ah akan menciptakan kecintaan, kedekatan dan persatuan, dan menerangi mesjid dengan zikir kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla serta menampakkan syi’ar Islam. Selain itu, sahalat berjama’ah juga sebagai sarana pengajaran bagi orang yang bodoh dan mengingatkan orang yang lalai. Oleh karena itulah Islam tidak memberikan keringanan sedikitpun dalam mengerjakan shalat berjama’ah selainn di mesjid kecuali karena ada halangan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang mendengar panggilan azan, namun dia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya”. HR. Ibnu Majah dan Al-Daruquthni.
                Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu berkata: Seorang lelaki buta mendatangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya: Wahai Rasulullah aku tidak memiliki seorang penuntun yang membawaku ke mesjid, maka Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan baginya lalu pada saat dirinya telah berpaling meninggalkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beliau memanggilnya: Apakah engkau mendengar panggilan shalat?. Lelaki itu menjawab: Ya, lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Jawablah. HR. Muslim.
                Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang keutamaan shalat berjama’ah di dalam sabdanya: Shalat berjama’ah itu lebih baik dari shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat”. Muttafaq alaihi.
                Dan cukuplah untuk menilai keutamaan shalat berjama’ah sebagai perbuatan yang mulia, memiliki nilai utama dan tambahan dalam pahala dan balasan, serta hubungan antara seorang hamba dengan tuhannya sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى: {إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ} (سورة التوبة: 18)
Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. Al-Taubah: 18.
                Wahai sekalian manusia:
قال الله تعالى: {وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ}(سورة البقرة: 282)
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.  QS. Al-Baqarah: 282.
Jagalah shalat kalian dan jama’ah kalian di dalam mesjid, sebab memakmurkan mesjid tidak terwujud kecuali dengan cara berzikr kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, bertasbih dan bertahmid kepada    -Nya, sebagai rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla berupa kebaikan dan karunia. Dan ajarkanlah anak-anak kalian tata cara shalat pada saat telah sampai pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka kalau telah menginjak usia sepuluh tahun, sebab ketaqwaan kalian kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla akan kembali memberikan manfaat yang positif bagi anak-anak kalian setelah kalian, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menyimpan pahalanya bagi kalian dan kalian akan mendapat perlakuan yang setimpal dari Allah. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا}(سورة النساء: 9)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. Al-Nisa’: 9).
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat  -Nya Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa saya sampaikan dan aku memohon ampunan Shubhanahu wa ta’alla bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada -Nya dan bertaubatlah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua
Segala puji atas segala anugrah kebaikan yang telah diberikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan syukur kepada -Nya atas segala karunia dan pemeberian -Nya. Dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, kesaksian yang menyelamatkan diriku dari kedahsyatan hari kiamat, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mencurahkan shalawat dan salam yang berlimpah kepada Nabi, para shahabat, keluarga dan semua orang yang mengikuti beliau samapai hari kiamat…
Amma ba’du: Wahai para hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla, pada zaman ini banyak orang yang telah berubah di lihat dari sisi agama mereka, sebuah perubahan yang membuat akal ini menjadi bingung. Orang memperhatikan keadaan mereka akan menyangka bahwa orang-orang ini bukan termasuk golongan orang-orang yang beriman. Shalat ini adalah rukun Islam yang paling agung setelah dua kalimat syahadat, namun banyak yang melalaikan perintah shalat, mereka tidak menghiraukan kewajiban shalat, mereka bodoh tentang shalat, baik tentang kedudukan shalat, urgensi, pentingnya shalat jika dibanding dengan ibadah-ibadah lainnya. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa shalat adalah perbuatan peratama yang akan ditanya oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla pada hari kiamat. Jika shalatnya baik maka amalnya akan diterima dan jika kurang maka akan dikembalikan kepadanya bersama seluruh amal yang lain, kemudian dia akan diserupakan seperti pakaian yang rusak yang dicampakkan pada muka pemiliknya.
Wahai sekalian hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla, shalat adalah ibadah, dan munajat yang mendekatkan seorang hamba dengan tuhan nya, aturannya terdiri dari ruku’ sujud dan tunduk dan pasrah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Bacaannya terdiri dari bacaan ayat, tasbih dan mengadu kepada -Nya. Di mulai dengan takbir dan diutup dengan salam, ruhnya adalah ikhlas bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, rahasianya adalah menampakkan ubudiyah kepada -Nya, tunduk kepada keagungan Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Tinggi. Dia berjumlah lima shalat sehari semalam, lima kali sehari semalam seorang hamba berdiri di hadapan Tuhannya dan penolong -Nya, Peciptanya, Pengaturnya dan di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla lah, ibadah tersebut sama nilainya dengan lima puluh shalat.
Shalat tersebut disyari’atkan pelaksanaannya secara berjama’ah, dan mesjid-mesjid dibangun guna menegakkan jama’ah tersebut, disyari’atkan azan guna mengingatkan orang yang lalai dan orang yang lupa serta orang yang tidak mengetahui. Juga sebagai pemberitahuan akan masuknya waktu shalat agar kaum muslimin berkumpul menunaikan ibadah tersebut dalam susana yang diliputi oleh rasa persaudaraan dan cinta, dia adalah ibadah terbaik dan menjadi penyejuk bagi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana disebutkan di dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam: Dan ketenanganku dijadaikan pada shalatku”. HR. Ahmad, Al-nasa’I dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Wahai bilal tenangkanlah hati kita dengan shalat”.
Wahai sekalian hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla, shalat adalah syi’ar Islam yang agung dan wujud syar’at yang paling besar serta ibadah yang paling mulia, dia adalah ibadah yang paling baik untuk bertaqarrub kepada -Nya.
Wahai sekalian hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla, seandainya kalian telah memahami apa yang telah disebutkan di atas, yaitu keagungan kedudukan shalat, lalu mengapa banyak orang yang meremehkan shalat ini, mengentengkan dan bermaslas-malasan dalam mengerjakannya padahal waktunya telah masuk.
Mengapa banyak orang yang mengerjakannya secara tergesa-gesa, tidak dengan cara yang telah disyari’atkan, mereka mengerjakannya seperti gagak yang mematuk, seakan mereka terpaksa, mengapa banyak orang yang meninggalkan shalat berjama’ah bersama jama’ah kaum muslimin di dalam mesjid, mengapa banyak orang yang mengerjakannya di rumah mereka masing-masing dan mereka tidak menunaikannya di dalam rumah-rumah mereka bersama kaum muslimin.
Wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla kita harus menyadarkan diri kita tentang pentingnya shalat berjama’ah, tidaklah Islam mensyari’atkan shalat secara berjama’ah, dan mempertegas hal tersebut walau dalam keadaan perang kecuali hal tersebut sebagai bukti yang menegaskan bahwa shalat berjama’ah sangat urgen dalam menciptakan persatuan dan kesatuan umat.
Inilah yang dapat saya sampaikan, dan curahkanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah, guna mewujudkan perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla.

Tidak ada komentar