Penghibur Hati Bagi Orang Miskin
Penghibur Hati Bagi Orang Miskin
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya
diantara hikmah yang tersimpan dalam ilmu yang ada disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla ialah
menjadikan diantaran para hamba -Nya
bertingkat status sosialnya, ada yang miskin ada pula yang kaya, dan tentunya
Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kekayaan bagi siapa yang
dikehendaki begitu pula menjadikan orang menjadi miskinpun atas kehendak -Nya. Sebagaimana yang Allah azza wa
jalla jelaskan melalui firman -Nya:
﴿نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ
وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ ٣٢﴾[ الزخرف: 32]
"Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat". (QS az-Zukhruf: 32).
Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan dalam ayat yang lain:
﴿ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ
فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٣٥﴾ [ الأنبياء: 35]
"Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan". (QS al-Anbiyaa': 35).
Sahabat Ibnu Abbas menjelaskan, "Maksudnya
kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan, yakni dengan kesulitan
hidup serta kelapangan, sehat dan sakit, kaya dan miskin, halal dan haram, taat
dan maksiat, mendapat petunjuk dan tersesat". Maka ini merupakan kesempurnaan
hikmah serta rahmat yang dimiliki oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada para makhluk -Nya, kalau
seandainya manusia pada satu status, semuanya dijadikan kaya niscaya mereka
semua akan berbuat lalim dimuka bumi ini. seperti yang
Allah Shubhanahu wa ta’alla tegaskan dalam firman
-Nya:
﴿ وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ
لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ
٢٧ ﴾ [ الشورى: 27]
"Dan jikalau Allah
melapangkan rezki kepada hamba-hamba -Nya tentulah mereka akan melampaui batas
di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran". (QS
asy-Syuura: 27).
Fadhilah orang miskin:
·
Orang-orang
fakir adalah manusia terdepan yang akan memasuki surga.
Sebagaimana
disebutkan hal tersebut dalam sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam
Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr bi al-Ash radhiyallahu 'anhuma, dari
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bahwasannya beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « هَلْ تَدْرُونَ
أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ. قَالُوا: اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ
اللَّهِ الْفُقَرَاءُ وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ تُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ
وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ
لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً » [أخرجه أحمد]
"Tahukah
kalian siapa manusia terdepan yang akan masuk ke dalam surga dari kalangan
makhluk? Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul -Nya yang lebih
tahu". Beliau melanjutkan, "Orang
terdepan yang akan memasuki surga dari makhluk Allah ialah orang-orang fakir
dari kalangan Muhajirin, yaitu orang-orang yang terhalangi mulutnya dari
makanan (sulit makan), penuh dengan kesulitan hidup, dan orang yang meninggal
diantara kalian sedang keinginannya hanya sampai didada tidak sampai terlaksana". HR Ahmad 11/131 no: 6570.
Dan
dijelaskan dalam riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَدْخُلُ
الْفُقَرَاءُ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ وَهُوَ خَمْسُ
مِائَةِ عَامٍ » [أخرجه الترمذي]
"Orang-orang fakir akan memasuki surga terlebih dahulu
sebelum orang kaya dengan jeda setengah hari yang hitungannya sama dengan lima
ratus tahun". HR at-Tirmidzi no: 2353. Beliau berkata, "Hadits
hasan shahih".
· Penduduk surga terbanyak adalah orang fakir.
Seperti diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari sahabat Imran radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اطَّلَعْتُ فِي
الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ
فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Aku menengok ke
dalam surga maka aku dapati kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir,
lalu aku melongok ke dalam nereka maka aku jumpai kebanyakannya adalah para
wanita". HR Bukhari no: 5198. Muslim
no: 2737.
·
Kebanyakan pengikut para nabi dan rasul
adalah orang-orang fakir.
Seperti diterangkan dalam potongan hadits yang dibawakan oleh Imam
Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, disebutkan dalam
penggalan hadits tersebut: "Bahwa Heraklius, pembesar Romawi bertanya pada
Abu Sufyan tentang siapakah yang paling banyak sebagai pengikut Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apakah yang mengikutinya dari kalangan orang
kaya atau justru orang-orang lemahnya? Abu Sufyan menjawab, "Justru yang
mengikutinya adalah orang-orang fakir dikalangan mereka". Heraklius
mengatakan, "Demikianlah yang menjadi pengikut kebanyakan para
Rasul". HR Bukhari no: 7.
·
Begitu
pula Allah ta'ala menyuruh NabiNya Shalallahu
‘alaihi wa sallam untuk bergaul bersama orang-orang papa dan lemah, dan
menyuruh untuk tinggal bersama mereka. Karena bisa menjadikan dirinya jauh dari
gemerlapnya dunia serta fitnahnya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
sahabat Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Kami
pernah bersama Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersama enam sahabat lainnya. Lalu orang-orang kafir
berkata, "Keluarkan mereka dari majelis jangan biarkan mereka mendekati
kami! Beliau melanjutkan, "Dan yang bersamaku pada saat itu adalah Ibnu
Mas'ud, dan seseorang dari Hudzail, Bilal, dan dua orang lagi yang aku lupa
namanya. Mendengar ucapan tersebut, masuk bisikan dalam hati Rasulalalh Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apa yang
Allah Shubhanahu wa ta’alla kehendaki, yaitu untuk menuruti kemauan mereka.
Maka Allah azza wa jalla menegurnya dengan menurunkan ayat:
﴿وَلَا تَطۡرُدِ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ
يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥ ٥٢﴾
[ الأنعام: 52]
"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan -Nya".
(QS al-An'aam: 52). HR Muslim no: 2413.
Dan
betul Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam merealisasikan perintah Rabbnya, dengan dibuktikan dalam bentuk
untaian do'anya yang berbunyi:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهم أحيني مسكينا وأمتني مسكينا واحشرني في زمرة المساكين يوم القيامة » [أخرجه
الترمذي]
"Ya Allah,
wafatkan diriku dalam keadaan miskin, dan hidupkan diriku dalam keadaan miskin,
serta bangkitkan diriku bersama kalangan orang-orang miskin kelak pada hari
kiamat". HR at-Tirmidzi no: 2352. Dinyatakan shahih oleh al-Albani
dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/275 no: 1917.
·
Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersama para sahabatnya diuji dengan kelaparan lantas mereka bersabar hingga
akhirnya Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kecukupan pada mereka.
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh
Imam Muslim dari Umar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Sungguh diriku
pernah menyaksikan Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam satu hari kelaparan, karena tidak satu butir kurma pun yang
bisa dimakan walaupun yang paling jelek sekalipun". HR Muslim no: 2978.
Sahl bin Hunaif mengkisahkan, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kebiasan beliau ialah senang
mengunjungi orang fakir dikalangan para sahabatnya, menengok mereka, serta
menjenguk yang sedang sakit, dan menyolati jenazah mereka". HR al-Hakim 3/270 no: 2787. Dinilai shahih oleh
al-Albani dalam shahihul jami' no: 4877.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan dari Aisyah
radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan, "Tidaklah keluarga Muhammad
pernah merasakan kenyang dari roti dan gandum, selama dua hari berturut-turut
sampai beliau wafat Shalallahu ‘alaihi wa
sallam". HR Bukhari
no: 5374. Muslim no: 2970. Al-Hafidh
Ibnu Katsir menjelaskan tentang firman -Nya
Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَوَجَدَكَ عَآئِلٗا فَأَغۡنَىٰ
٨﴾ [ الضحى: 8]
"Dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan". (QS adh-Dhuha:
8).
Artinya engkau dahulu dalam keadaan fakir punya banyak
keluarga kemudian Allah Shubhanahu wa
ta’alla beri kamu kecukupan melebihi yang lain. Maka terkumpul dalam
pribadi Rasulallah Shhalallahu ‘alaihi wa
sallam dua kemuliaan yakni orang fakir yang bersabar dan orang berkecukupan
yang bersyukur". [1]
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebuah hadits dari
Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Kami pernah
dalam kesulitan hidup dan beban ujian yang sangat berat, sampai kiranya kami
mengisap kulit dan biji kurma untuk menahan rasa lapar". HR Bukhari no:
3159. Sedang Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, mengkisahkan, "Demi Allah
yang tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dirinya, sungguh
diriku pernah jatuh tersungkur disebabkan menahan lapar, dan aku pernah
mengganjal perutku dengan batu untuk menahan rasa lapar". HR Bukhari no:
6452.
Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu mengatakan,
"Kami pernah berangkat perang bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan ketika itu tidak ada makanan yang
bisa kami makan kecuali dedaunan, sampai kiranya kami bagaikan onta atau
kambing (yang memakan dedaunan), tidak ada campuran lainnya". Para ulama menjelaskan, "Maksudnya kering
tidak ada campuran apa-apa". HR Bukhari no: 3728. Muslim no: 2966.
·
Bisa
jadi orang fakir rendah dimata lingkungannya namun disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla kedudukannya
mulia.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits yang
dibawakan oleh Imam Bukhari dari sahabat Sahl as-Sa'idi radhiyallahu 'anhu,
bahwasannya beliau berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَرَّ رَجُلٌ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لرَجُلٍ عِنْدَهُ
جَالِسٍ: مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا . فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِ النَّاسِ هَذَا وَاللَّهِ
حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ وَإِنْ
شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ مِنْ
فُقَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ هَذَا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لَا يُنْكَحَ وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لَا يُشَفَّعَ وَإِنْ قَالَ
أَنْ لَا يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الْأَرْضِ مِثْلَ هَذَا » [أخرجه البخاري]
"Pernah suatu ketika
ada seorang yang lewat dihadapan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
lantas beliau berkata pada teman duduk yang berada disisi beliau, "Apa
pendapatmu tentang orang yang barusan lewat? Dia menjawab, "Orang kaya
dikalangan manusia, ini demi Allah kalau meminang perempuan pasti diterima,
kalau diminta bantuan pasti bisa membantunya. Lalu Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam terdiam, kemudian ada lagi orang yang lewat, beliau lalu
bertanya, "Kalau orang tadi, apa pendapatmu? Dia menjawab, "Ya
Rasulallah, orang tadi adalah orang miskin, dan ini kalau meminang perempuan
pasti tidak diterima, jika dimintai tolong pasti tidak mampu, kalau berbicara
tidak ada yang mau mendengarnya. Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Dan orang tadi, itu lebih mulia semisal dunia dari pada orang
yang pertama". HR Bukhari no: 6447.
·
Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan kalau rizki dan pertolongan itu tercapai dengan keberadaan
orang-orang miskin dan lemah.
Hal itu, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits
yang dibwakan oleh Imam Ahmad dari sahabat Abu Darda radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَبْغُونِي
ضُعَفَاءَكُمْ فَإِنَّكُمْ إِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ »
[أخرجه أحمد]
"Kalian
mengadukan orang-orang lemah padaku, hanya saja sesungguhnya kalian diberi
rizki serta pertolongan dengan sebab keberadaan orang-orang miskin dan lemah".
HR Ahmad 36/60 no: 21731.
·
Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan bagi orang yang membantu para janda serta fakir bagaikan orang yang
berjihad dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla atau seperti orang yang berpuasa dan sholat malam.
Sebagaimana dijelaskan hal tersebut dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « السَّاعِى عَلَى
الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ - وَأَحْسِبُهُ
قَالَ - وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ » [أخرجه
البخاري ومسلم]
"Orang yang membantu para janda dan fakir bagaikan
seorang mujahid fi sabilillah". Dan aku juga mengira beliau
mengatakan, "Seperti orang yang sholat malam tidak pernah berhenti dan
seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka". HR Bukhari no: 6006,
Muslim no: 2982.
·
Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
juga menjelaskan bahwa jenis makanan terjelek ialah makanan yang dihidangkan
pada saat walimah sedang yang diundang hanya orang kaya dan meninggalkan orang
miskin.
Hal itu, seperti yang dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « بِئْسَ الطَّعَامُ
طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى إِلَيْهِ الأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْمَسَاكِينُ »
[أخرجه مسلم]
"Sejelek-jelek
makanan adalah hidangan walimah yang hanya mengundang orang kaya dan
meninggalkan orang miskin". HR Muslim no: 1432.
Adapun apa yang telah kami sebutkan diawal dari
ayat serta hadits Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam yang terkandung penjelasan keadaan sebagian orang dari
kalangan kaum muslimin yang mendapat ujian kefakiran serta kesulitan hidup,
lantas mereka bersabar dan ridho serta mengharap pahala dengan janji Allah Shubhanahu wa ta’alla yang diberikan padanya.
Sedangkan masalah masyhur lainnya
yaitu mana yang lebih utama antara orang kaya atau miskin? maka dalam hal ini
terjadi silang pendapat dikalangan para ulama, adapun pendapat yang kuat dalam
hal ini ialah orang kaya yang bersyukur itu lebih utama dari pada fakir yang
sabar, dan penjelasan secara rinci masalah ini ada pada pembahasan lain.[2]
Adapun orang fakir yang terbaik adalah yang
menjaga kehormatan dirinya dari meminta-minta. Allah ta'ala menyinggung hal
tersebut dalam firman -Nya:
﴿ لِلۡفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ
أُحۡصِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ ضَرۡبٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ يَحۡسَبُهُمُ
ٱلۡجَاهِلُ أَغۡنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعۡرِفُهُم بِسِيمَٰهُمۡ لَا يَسَۡٔلُونَ
ٱلنَّاسَ إِلۡحَافٗاۗ ٢٧٣﴾ [ البقرة: 273]
"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak". (QS
al-Baqarah: 273).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَيْسَ الْمِسْكِينُ بِهَذَا الطَّوَّافِ
الَّذِى يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ فَتَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ
وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ . قَالُوا: فَمَا الْمِسْكِينُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِى لاَ يَجِدُ غِنًى
يُغْنِيهِ وَلاَ يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلاَ يَسْأَلُ النَّاسَ
شَيْئًا » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Bukanlah orang miskin itu yang keliling
meminta-minta pada orang lain untuk mendapat sesuap atau dua suap nasi, satu
biji atau dua biji kurma". Para sahabat bertanya, "Jika demikian
siapakah orang miskin tersebut wahai Rasulallah? Beliau mengatakan, "Yaitu
orang yang tidak mendapati kecukupan lalu tidak ada yang memahami keadaannya
serta dirinya tidak meminta-minta pada orang lain". HR Bukhari no: 1476. Muslim no: 1039.
Faidah: Dikisahkan dari Aun bin Abdillah bin Utbah beliau berkata, "Aku
pernah berteman bersama orang kaya lalu aku dapati tidak ada seorangpun
diantara mereka yang lebih besar cita-citanya dari pada diriku, lebih baik dari
binatang tungganganku, pakaian yang lebih
baik dari pada pakaianku, kemudian aku bergaul bersama orang miskin maka disana
aku mendapatkan ketentraman".[3]
Akhirnya kita ucapkan
segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat
serta salam semoga Allah Shubhanahu
wa ta’alla curahkan kepada Nabi
kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment