Lorong-lorong Syetan untuk Menyesatkan Manusia
Lorong-lorong Syetan untuk Menyesatkan
Manusia
Segala puji bagi Allah I
yang telah melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan dosa dan maksiat. Salawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi r yang
diturunkan al-Qur`an kepadanya, sebagai pengobat hati dan badan, juga kepada
keluarga dan sahabatnya hingga hari pembalasan.
Adapun sesudah
itu,
Sesungguhnya pada perbuatan maksiat
terdapat celah-celah dan pintu-pintu yang apabila hamba menutupnya dengan kuat
dan selalu menjaganya dengan sabar, niscaya syetan tidak mendapatkan jalan
untuk menjerumuskannya ke dalam dosa dan maksiat, lalu ia kembali dalam keadaan
merugi. Dan sebaliknya, apabila seorang hamba tidak menjaga celah-celah dan
pintu-pintu itu, tentu syetan mendapatkan jalan kepadanya. Celah-celah dan
pintu-pintu tersebut memudahkannya menyerang hamba tersebut dan
menjerumuskannya ke dalam perbuatan maksiat sedikit demi sedikit.
Celah-celah ini adalah: pandangan
mata, bisikan hati, ucapan lisan dan langkah kaki.
Ibnu al-Qayyim rahimahullah
telah berbicara tentang empat celah ini, menjelaskan bahaya melalaikannya, dan
tata-cara menjaganya, supaya hamba selamat dari serangan syetan dan bisikannya.
Di antara perkataan Ibnu al-Qayyim rahimahullah: 'Manakala langkah
pertama maksiat tersebut adalah dari sisi pandangan mata, dijadikanlah perintah
menundukkan pandangan didahulukan terhadap memelihara kemaluan. Sesungguhnya
segala peristiwa berawal dari pandangan, sebagaimana api besar bersumber dari
percikan api kecil. Maka berawal dari pendangan mata, kemudian bisikan hati,
kemudian langkah, kemudian kesalahan.'
Dan karena sebab inilah dikatakan: Barangsiapa
yang memelihara empat perkara ini niscaya ia memelihara agamanya: pandangan
mata, bisikan hati, ucapan lisan, dan langkah kaki.
Maka hamba harus menjadi penjaga
dirinya terhadap empat pintu ini dan selalu menjaga celah-celahnya karena musuh
akan masuk melaluinya, lalu menyerang secara merajalela dan membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang dia kuasai. Oleh karena kebanyakan masuknya
maksiat terhadap seorang hamba berasal dari empat pintu ini, maka kami akan
menyebutkan satu pasal yang sesuai di setiap bab.
Pertama:
Pandangan Mata
Adapun pandangan adalah pemandu
syahwat dan utusannya. Dan menjaganya adalah dasar untuk menjaga kemaluan. Maka
barangsiapa yang melepaskan pandangannya, berarti ia mendatangkan dirinya
kepada sumber-sumber kebinasaan. Nabi r
bersabda:
لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ
النَّظْرَةَ, فَإِنَّمَا لَكَ اْلأُوْلَى وَلَيْسَتْ لَكَ اْلآخِرَةُ.
"Janganlah engkau meneruskan pandangan pertama dengan
pandangan kedua, sesungguhnya hanya boleh bagimu pada pandangan pertama, dan
tidak boleh pada pandangan kedua." HR. Ahmad.
Dan beliau
bersabda:
إِيَّاكُمْ وَاْلجُلُوْسَ عَلَى
الطُّرُقَاتِ. قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ, مَجَالِسُنَا مَالَنَا بُدٌّ مِنْهَا.
قَالَ: إِنْ كُنْتُمْ لاَ بُدَّ فَاعِلِيْنَ, فَأَعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ.
قَالُوْا: وَمَا حَقُّهُ؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ اْلأَّذَى وَرَدُّ
السَّلاَمِ.
"Hindarilah
duduk-duduk di jalanan.' Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, ia
adalah mejelis-majelis kami, kami tidak bisa meninggalkannya.' Beliau bersabda,
'Jika kamu memang tetap melakukan, maka berikanlah hak jalanan.' Mereka
bertanya, 'Apakah haknya?' Beliau menjawab, Menahan pandangan, tidak
mengganggu, dan menjawab salam." Muttafaqun 'alaih.
Pandangan mata umumnya merupakan sumber
berbagai peritiwa yang menimpa manusia. Sesungguhnya pandangan melahirkan
bisikan hati. Kemudian bisikan hati melahirkan pikiran. Kemudian pikiran melahirkan
syahwat. Kemudian syahwat melahirkan keinginan. Kemudian keinginan itu
bertambah kuat, lalu menjadi semangat yang mantap. Lalu terjadilah perbuatan
dan memang mesti terjadi, selama tidak ada penghalang. Dan dalam hal ini
dikatakan: (sabar terhadap pandangan mata lebih mudah daripada sabar terhadap
yang sesudahnya).
Bahaya
pandangan: mengakibatkan kerugian dunia akhirat.
Seorang Penyair
berkata:
Dan
apabila engkau melepaskan pandangan matamu sebagai pemandu- bagi hatimu pada suatu hari, niscaya segala
pandangan itu menyusahkan engkau.
Engkau
melihat yang tidak semuanya engkau mampu- atasnya dan tidak pula engkau sabar
dari sebagiannya.
Berapa banyak orang yang melepaskan
pandangannya, maka ia ia tidak bisa berlepas diri darinya melainkan telah
berlumuran darah di antaranya dalam keadaan terbunuh.
Dan yang aneh, pandangan mata orang yang
memandang merupakan panah yang tidak sampai kepada yang dipandang, sehingga ia
menyediakan tempat di hati yang memandang.
Dan yang lebih aneh dari hal itu,
sesungguhnya pandangan menorehkan luka di hati, maka diikuti torehan luka yang
lain. Kemudian perihnya luka tidak dapat menghalanginya untuk mengulanginya.
Dan sungguh dikatakan: 'Menahan pandangan mata lebih mudah daripada terus
merugi'.
Kedua:
Bisikan hati
Adapun bisikan hati, maka urusannya
lebih sulit. Sesungguhnya ia adalah sumber kebaikan dan keburukan. Darinya
terlahir segala keinginan, rencana dan semangat. Maka barangsiapa yang menjaga
bisikan hatinya, niscaya ia telah memegang tali kendali dirinya dan menguasai
hawa nafsunya. Dan barangsiapa yang dikuasai oleh bisikan hatinya, maka hawa
nafsunya lebih menguasainya. Dan barangsiapa yang meremehkan bisikan hatinya,
niscaya ia akan menuntunnya kepada kebinasaan secara paksa.
Dan bisikan hati senantiasa mendatangi
hati, sehingga ia menjadi angan-angan yang batil:
كَسَرَابٍ
بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْئَانُ مَآءً حَتَّى إِذَا جَآءَهُ لَمْ يَجِدْهُ
شَيْئًا وَوَجَدَ اللهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.
Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
(QS. An-Nuur :39)
.
Angan-angan palsu:
Manusia yang paling rendah
cita-citanya dan paling hina jiwanya adalah orang yang senang menukar realita dengan
angan-angan palsu, menariknya untuk dirinya, dan berpakaian dengannya. Padahal
–demi Allah- ia adalah modal orang-orang yang rugi dan pusat perdagangan para
penganggur. Ia adalah makanan jiwa yang kosong, yang merasa cukup menyambung
dengan kekuatan khayalan dan meninggalkan realita menuju angan-angan palsu.
Ia adalah yang paling berbahaya
terhadap manusia, melahirkan kelemahan dan kemalasan, dan melahirkan kerugian
dan penyesalan.
.
Pembagian bisikan hati:
Kemudian setelah itu, bisikan-bisikan
hati terdiri dari beberapa bagian yang berkisar di atas empat dasar:
1. Bisikan
hati yang menarik manfaat-manfaat duniawi.
2. Bisikan
hati yang menarik bahaya-bahaya duniawi.
3. Bisikan
hati yang menarik kepentingan-kepentingan akhirat.
4. Bisikan
hati yang menarik bahaya-bahaya akhirat.
Maka
hendaklah hamba memperhitungkan bisikan hati, pikiran, dan cita-citanya pada
empat bagian ini. Apabila bisikan-bisikan hati saling bertabrakan karena begitu
banyak ketergantungannya, ia mendahulukan yang lebih penting yang dikhawatirkan
terlepasnya dan menunda yang kurang penting dan tidak dikhawatirkan lepasnya.
Maka
bisikan hati dan pikiran orang yang berakal tidak melewati hal itu. Dengan hal
itulah datangnya syari'at. Dan segala kepentingan dunia dan akhirat tidak
berdiri kecuali atas hal itu. Dan pemikiran yang paling tinggi, paling besar,
dan paling bermanfaat adalah: yang untuk Allah I dan negeri
akhirat. Dan pemikiran yang karena Allah I
terdiri beberapa macam:
Pertama:
memikirkan ayat-ayat yang diturunkan dan merenunginya, serta memahami
kehendak-Nya darinya. Dan karena sebab itulah Allah I
menurunkannya, tidak hanya sekedar membacanya, tetapi membaca adalah sarana.
Sebagian
salaf berkata, Allah I
menurunkan al-Qur`an untuk diamalkan, maka jadilah membacanya sebagai amal.
Kedua:
memikirkan ayat-ayat yang disaksikan dan mengambil pelajaran darinya, serta
mengambil dalil dengannya atas asma, sifat, hikmah, ihsan, kebaikan, dan
kemurahan-Nya.
Ketiga:
memikirkan segala karunia, ihsan, dan nikmat-Nya terhadap makhluk-Nya dengan
berbagai macam nikmat, keluasan rahmat, ampunan, dan santun-Nya.
Keempat:
Memikirkan aib diri dan penyakitnya, dan pada aib amal.
Kelima:
Memikirkan kewajiban terhadap waktu dan tugasnya, serta mengumpulkan semua
cita-cita atasnya.
Orang
yang berbahagia adalah orang yang bisa mengatur waktunya dengan baik. Karena jika
ia menyia-nyiakannya, niscaya sia-sialah segala mashlahatnya. Sesungguhnya
semua mashlahat bermula dari waktu, dan jika ia menyia-nyiakannya niscaya ia
tidak bisa menyusulnya untuk selamanya.
.
Nilai waktu:
Imam asy-Syafii rahimahullah
berkata: 'Aku telah bergaul dengan kalangan sufi, maka aku tidak mendapatkan
faedah dari mereka selain dua huruf: salah satunya adalah ucapan mereka: 'Waktu
adalah pedang, jika engkau memotongnya (engkau beruntung) dan jika tidak
niscaya ia memotongmu.' Kedua: jiwamu, jika engkau tidak menggunakannya dengan
benar, dan jika tidak niscaya ia menggunakan engkau dengan kebatilan.'
Pada hakekatnya, waktu manusia adalah
usianya. Ia adalah sumber kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan yang tetap,
dan sumber kehidupannya yang sempit dalam siksaan yang pedih. Ia berlalu lebih
cepat daripada awan. Jika waktunya yang digunakan untuk Allah I
dan karena-Nya, maka ialah hidup dan usianya. Dan selain yang demikian itu
tidak terhitung dalam kehidupannya. Dan jika ia hidup padanya, ia hidup seperti
kehidupan binatang. Apabila ia menghabiskan waktunya dalam lupa, syahwat, dan
angan-angan palsu dan sebaik-baik yang memotongnya adalah tidur dan menganggur.
Maka kematian ini lebih baik daripada hidupnya.
Apabila seorang hamba –dan ia sedang
shalat- ia tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya kecuali yang ia ingat
darinya, maka tidak ada untuknya dari umurnya kecuali yang diperuntukkan untuk
Allah I
dan karena-Nya.
Dan bisikan-bisikan hati dan pikiran
selain bagian ini, maka bisa jadi ia adalah was-was syetan dan bisa jadi
angan-angan palsu dan penipuan yang bohong, seperti bahaya orang-orang yang
sakit di akal mereka, berupa orang-orang yang mabok dan pecandu narkotik.
Kondisi orang-orang tersebut
mengatakan saat terbukanya kebenaran:
Jika kedudukanku di padang mahsyar
di sisimu - apa yang telah kutemui, sungguh aku telah menyia-nyiakan
hari-hariku
Angan-angan yang didapatkan jiwaku di satu
masa- dan pada hari ini aku menganggapnya bagaikan mimpi-mimpi kosong.
Dan ketahuilah, sesungguhnya datangnya
bisikan hati tidak berbahaya. Yang berbahaya hanyalah panggilan dan
percakapannya. Bisikan hati bagaikan orang yang lewat di jalan. Jika engkau
tidak memanggilnya dan engkau membiarkannya, niscaya ia lewat dan berlalu dari
engkau. Dan jika engkau memanggilnya, niscaya ia menyihir engkau dengan omongan,
tipu daya dan kepalsuannya. Bisikan hati adalah yang paling ringan terhadap
jiwa kosong yang sedang menganggur, dan yang paling berat atas hati dan jiwa
mulia yang tenang.
Maka manusia paling sempurna adalah
yang paling banyak bisikan hati, pemikiran, dan keinginan dalam memperoleh keridhaan
Rabbnya. Sebagaimana manusia yang paling kurang adalah yang paling banyak
bisikan hati, pemikiran dan keinginan untuk bagian dan hawa nafsunya di manapun
ia berada.
Inilah Umar bin Khaththab t,
bisikan-bisikan hati saling berdesakan atanya dalam mendapatkan ridha Rabb I.
Maka terkadang ia menggunakannya dalam shalat, dan ia menyiapkan tentaranya,
sedangkan dia dalam shalat. Berarti ia telah menggabungkan di antara jihad dan
ibadah. Dan ini adalah bab masuknya berbagai macam ibadah dalam satu ibadah.
Ketiga:
Ucapan lisan
Adapun ucapan adalah menjaganya agar
tidak keluar ucapan yang percuma, tidak berbicara kecuali pada sesuatu yang
diharapkan keuntungan dan faedah dalam agamanya. Apabila ia ingin berbicara
satu kata, ia berpikir: apakah ia mendapatkan keuntungan dan faedah ataukah
tidak? Maka jika tidak ada keuntungan padanya, ia berpikir: apakah ia akan kehilangan
kata yang lebih menguntungkan darinya, maka ia tidak menyia-nyiakannya dengan
ini?
Dan apabila engkau ingin mengambil
bukti terhadap yang ada di dalam hati, maka ambillah bukti atasnya dengan
gerakan lisan. Sesungguhnya ia memperlihatkan kepadamu apa yang ada dalam hati.
Pemiliknya menghendaki atau tidak.
Yahya bin Mu'adz berkata: hati itu
seperti panci, mendidih dengan apa yang ada padanya, dan lisannya adalah
gayungnya. Maka perhatikanlah seorang laki-laki saat berbicara, sesungguhnya
lisannya menimba untukmu sesuatu yang ada dalam hatinya, manis dan asam, tawar
dan asin, dan selain yang demikian itu. Dan menjelaskan kepadamu rasa hatinya
dengan gayungan lisannya.
Dalam hadits Anas t
yang marfu':
لاَ يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ
حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمُ
لِسَانُهُ
"Tidak istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah
hatinya, dan tidak istiqamah hatinya sehingga istiqamah lisannya." HR.
Ahmad, dan baginya ada beberapa syahid).
وَسُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: الفَمُ وَالْفَرَجُ.
Dan Nabi r
pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam
neraka? Beliau menjawab, 'Mulut dan kemaluan." (HR. at-Tirmidzi, dan
ia berkata: hasan shahih).
Dan anehnya, sesungguhnya manusia bisa
dengan mudah menjaga diri dari memakan yang haram, berbuat zalim, berzina,
mencuri, meminum arak, memandang yang diharamkan dan selain yang demikian itu,
dan sangat sulit atasnya menjaga diri dari gerakan lisannya. Dan berapa banyak
engkau melihat laki-laki yang wara' (menjaga diri) dari perbuatan keji dan
zalim, sedangkan lisannya memfitnah pada kehormatan orang yang masih hidup dan
yang sudah meninggal dunia, dan ia tidak perduli dengan ucapannya.
Dan dari Abu Hurairah t,
dari Nabi r,
beliau bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا, يَهْوِي بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَاْلمَغْرِبِ
"Sesungguhnya
seorang hamba berbicara dengan satu kata yang tidak jelas padanya, dia
terjerumus dengan sebabnya di neraka lebih jauh di antara Timur dan Barat."
HR. Muslim.
Dan dalam
ash-Shahihain, dari hadits Abu Hurairah t,
dalam hadits marfu':
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah I
dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam."
Sebagian salaf berkata: 'Setiap ucapan
anak manusia adalah membahayakannya, tidak berguna baginya, kecuali zikir
kepada Allah I
dan yang mengikutinya.'
Keempat:
langkah kaki
Adapun langkah kaki, maka
memeliharanya adalah dengan cara tidak melangkahkan kakinya kecuali pada
sesuatu yang dia mengharapkan pahalanya. Maka jika tidak ada tambahan pahala
dalam langkahnya, maka duduk darinya lebih baik baginya. Dan ia bisa
mengeluarkan diri dari setiap langkah yang mubah (boleh) menjadi ibadah
dengannya dan meniatkannya karena Allah I,
maka langkahnya menjadi ibadah.
Dan tatkala tergelincir itu ada dua:
tergelincir kaki dan tergelincir lisan, datanglah salah satu dari keduanya
disertai yang lain dalam firman Allah I:
وَعِبَادُ
الرَّحْمَانِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَاخَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا
Dan
hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
(QS. Al-Furqan:63)
Maka Dia I
memberikan sifat istiqamah kepada mereka pada ucapan lisan dan langkah kaki
mereka, sebagaimana Dia I
menggabungkan di antara pandangan mata dan bisikan hati dalam firman-Nya I:
يَعْلَمُ
خَآئِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَاتُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui
(pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS.
Ghafir:19)
Dan Allah I
tempat meminta pertolongan, Dia yang mencukupkan kita dan sebaik-baik berserah
diri. Semoga rahmat Allah I
dan kesejahteraan I
selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Diterjemahkan
dari risalah 'Madakhil asy-Syaithan li ighwai al-Insan' min kalam al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.
Post a Comment