Rukun Islam, Rukun Iman dan doa
RUKUN ISLAM
Rasululloh
r bersabda : “Islam itu
didirikan di atas lima sendi yaitu :
1.Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
2.Mendirikan shalat (mengerjakannya
dengan memenuhi rukun dan kewajibannya
serta dengan tenang dan khusyu’).
3.Membayar zakat : (wajib membayar
zakat bila seorang muslim memiliki 85 gram emas atau uang yang senilai
dengannya, yaitu membayar 2,5 % bila sudah sampai satu tahun. Adapun harta
kekayaan selain uang, masing-masing mempunyai ketentuan sendiri).
4.Melakukan haji ke Baitullah (bagi
yang mampu pergi ke sana).
5.Puasa pada bulan Romadhan (mencegah
makan, minum dan bercampur suami isteri mulai fajar sampai terbenam matahari,
dengan niat).
RUKUN IMAN
1.Beriman kepada Allah. Yaitu
dengan mempercayai bahwa Allah itu ada
dan Maha Esa baik dalam kekuasaaNya maupun dalam hal ibadah kepadaNya, dalam
sifat dan hukumNya.
2.Beriman kepada para Malaikat sebagai
makhluk yang diciptakan dari nur (cahaya) untuk malaksanakan perintah Allah.
3.Beriman kepada kitab-kitab Allah.
Yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Dan yang paling utama adalah Al-Qur’an.
4.Beriman kepada para Rasul Allah.
Yang pertama Nuh u sampai yang
terahir Muhammad r.
5.Beriman kepada hari akhir, yaitu
hari kiamat sebagai hari pemeriksaan terhadap amal-amal manusia.
6.Beriman kepada takdir Allah. Takdir
yang baik maupun yang buruk dengan keharusan melakukan uasaha dan ridha
terhadap hasil yang diperolehnya.
DO’A ADALAH
IBADAH
Hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Turmudzi menunjukkan bahwa do’a merupakan jenis
ibadah yang paling penting. Karena
shalat tidak boleh ditujukan kepada Rasul atau wali. Demikian pula do’a.
1.Orang yang mengatakan “ya
Rasululloh” atau “Hai orang yang ghaib, berilah aku pertolongan dan anugrah”,
berarti berdo’a kepada selain Allah, meskipun niatrnya bahwa yang memberi
pertolongan itu Allah.
Demikian pula orang yang berkata,”saya
shalat untuk Rasul atau wali” meskipun dalam hatinya untuk Allah, shalat
seperti itu tidak akan diterima, karena ucapannya berlawanan dengan hatinya. Ucapan harus sesuai dengan niat dan
keyakinan. Bila tidak demikian maka perbuatannya termasuk syirik yang tidak
diampuni selain dengan taubat.
2.Apabila ia mengatakan yang diniatkan
adalah Nabi atau wali itu sebagai perantara kepada Allah, seperti menghadap
raja, perlu seorang perantara maka yang demikian itu merupakan menyamakan
(tasybih) Allah dengan makhluk yang dhalim. Tasybih seperti itu akan
menyeretnya kepada kekufuran. Padahal Allah telah berfirman yang menyatakan
kesuciannya daripada penyamaan dengan makhlukNya baik dalam dzat, sifat maupun
titahNya.
Firmannya :
] ليس كمثله شيء وهو السميع البصير [
“Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (As-Syura : 11).
3.Orang-orang musyrik pada zaman Nabi r meyakini
bahwa Allah pencipta dan pemberi rizki, tetapi mereka berdo’a kepada wali-wali
(pelindung) mereka yang berwujud patung.
Mereka beranggapan bahwa patung-patung
itu menjadi perantara yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Ternyata
Allah tidak mentolerir perbuatan mereka itu bahkan mengkafirkan mereka dengan firmanNya
:
] وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ
إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ
فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ
كَفَّارٌ[ (3) سورة الزمر
“Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata: kami tidak menyembah
mereka kecuali hanya agar mereka dapat mendekatkan diri kami kepada Allah
sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang
apa yang mereka perselisihkan. Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepda
orang-orang yang dusta dan sangat ingkar.” (Az-Zumar ; 3).
Allah itu dekat dan mendengar, tidak
perlu perantara. Firmannya :
] وإذا سألك عبادي فإني قريب [
“Apabila
hambaKu bertanya kepadamu tentang diriKu,
maka sesungguhnyaAku dekat.” (Al-Baqarah : 186).
4.ang-orang musyrik apabila berada
dalam bahaya berdo’a hanya kepada Allah saja, tetapi setelah selamat dari
bahaya mereka berdo’a kepada pelindung-pelindungnya berupa patung-patung,
sehingga Allah menyebut mereka sebagai orang kafir.
Firmannya :
] وَجَاءهُمُ الْمَوْجُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّواْ أَنَّهُمْ
أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُاْ اللّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنجَيْتَنَا
مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنِّ مِنَ الشَّاكِرِينَ[ (22) سورة يونس
“Dan
apabila gelombang dari segenap penjuru menimpanya dan mereka yakin bahwa mereka
dalam kepungan bahaya, mereka berdo’a kepada Allah dengan ikhlas semata-mata
kepadanya. Mereka berkata :sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari
bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”(Yunus :
22).
Maka kenapa sejumlah orang Islam
berdo’a kepada para rasul dan orang-orang shaleh (selain Allah). Mereka meminta
pertolongan daripadanya, baik di waktu susah maupun gembira. Apakah mereka
tidak membaca firman Allah :
]وَمَنْ
أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ
الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ} (5)وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ
كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ[ سورة الأحقاف
“Siapa
gerangan yang lebih sesat daripada orang yang berdo’a kepada selain Allah,
yaitu kepada orang yang tidak dapat memberikan pertolongan sampai hari kiamat,
sedangkan mereka sendiri lalai akan do’a mereka. Dan apabila mereka dikumpulkan
pada hari kiamat, niscaya sesembahan mereka akan menjadi musuh mereka dan
mengingkari pemujaan mereka.” (Al-Ahqaf : 5-6).
5.Banyak orang yang menyangka bahwa
kaum musyrikin yang disebut dalam Al-Qur’an itu adalah orang yang menyembah
patung yang terbuat dari batu. Anggapan itu keliru, sebab patung-patung itu
dahulunya adalah nama-nama orang shaleh. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu
Abbas t mengenai
firman Allah dalam surat Nuh :
] وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا
وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا[ (23) سورة نوح
“Dan
mereka berkata : jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
tuhan-tuhanmu dan jangan pula
meninggalkan WADD, SUWA, YAGHUTS, YA’UQ dan NASR. (Nuh : 23).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama-nama
tersebut adalah nama-nama orang-orang shaleh umat nabi Nuh u. Setelah
mereka mati, setan membisikkan kepada para pengikutnya agar di tempat duduk
mereka, didirikan monumen-monumen yang diberi nama dengan nama mereka. Mereka
melaksanakannya namun patung-patung itu belum sampai disembah. Setelah pembuat
patung-patung itu mati dan generasi berikutnya tidak lagi mengetahui
asal-usulnya, patung-patung itu ahirnya disembah.
6.Allah membantah orang-orang yang
berdo’a kepada para Nabi dan wali:
]قُلِ ادْعُواْ
الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ
وَلاَ تَحْوِيلاً (56) أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ
الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا[سورة
الإسراء
“Katakanlah,
panggillah mereka yang kamu anggap tuhan selain Allah. Mereka tidak mempunyai
kekuasaan untuk menolak bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya.
Orang-orang yang mereka seru itu sendiri justru mencari jalan kepada Tuhan
mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat dengan Allah dan juga
mengahrapkan rahmatNya serta takut akan Adzabnya. Sungguh adzab Tuhanmu itu
sesuatu yang patut ditakuti.” (Al-isra’ : 56-57).
Imam ibnu Katsir menafsirkan bahwa
ayat ini turun mengenai sekelompok manusia yang menyembah jin dan berdo’a
kepadanya. Jin tersebut kemudian masuk Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa
ayat ini turun mengenai orang-orang yang berdo’a kepada Isa Al-Masih dan
malaikat. Dari keterangan-keterangan di atas telah jelas bahwa ayat ini
membantah dan mengingkari orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah,
meskipun kepada Nabi atau wali.
7.Ada
orang yang menyangka bahwa minta tolong (istighatsah) kepada selain Allah itu
boleh dengan alasan bahwa yang memberi pertolongan sebanarnya adalah Allah,
seperti istighatsah kepada Rasul dan wali-wali. Ini dikatakan boleh, seperti
ada orang yang berkata : saya disembuhkan oleh obat dan dokter. Pendapat ini
salah dan dibantah oleh firman Allah yang mengisahkan do’a Nabi Ibrahim u :
] الذين خلقني فهو يهدين. والذين هو يطعمني ويسقين. وإذا مرضت فهو
يشفين [
“
Allah lah yang menciptakan aku maka
Dialah yang memberikan petunjuk kepadaku. Dialah yang memberi makan dan
minum aku, dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkanku.” (Asy-syuaraa’ : 78-80).
Ayat ini menerangkan bahwa pemberi
petunjuk, rezki dan kesembuhan adalah Allah saja bukan yang lain, sedangkan
obat hanyalah sebagai sebab saja dan
tidak menyembuhkan.
8.Banyak
orang yang tidak dapat membedakan antara istighatsah kepada orang hidup dan
istighatsah kepada orang mati. Firman Allah :
] وما يستوي الأحياء ولا الأموات [
“Tidaklah
sama orang yang hidup dengan orang yang mati.” (Fathir : 22).
] فاستغاثه الذي من شيعته على الذين من عدوه [
“Nabi
Musa dimintaitolong oleh seorang dari golongannya untuk mengalahkan musuh orang
itu.” (Al-Qashah : 15).
Ayat ini menceritakan tentang seorang yang minta
tolong kepada Musa agar melindunginya dari musuhnya dan Musa pun menolongnya:
] فوكزه موسى فقضى عليه [
“Dan
Musa meninjunya sehingga matilah musuh itu.” (Al-Qashash : 15)
Adapun orang mati tidak boleh kita meminta tolong
kepadanya karena ia tidak dapat mendengar do’a kita. Andaikata mendengar pun ia
tidak akan dapat memenuhi permintaan kita karena ia tidak dapat melakukannya.
Firman Allah :
]إِن
تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِير[ٍ
(14) سورة فاطر
“Apabila
kamu berdo’a kepada mereka, mereka tidak dapat mendengar do’a kamu dan seandainya mereka dapat mendengar, mereka
tidak dapat memenuhi permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu.” (Fathir : 14).
] والذين يدعون من دون الله لا يخلقون شيئا وهم يخلقون. أموات غير
أحياء وما يشعرون أيان يبعثون [
“dan
berhala-berhala yang mereka seru selain Allah itu tidak dapat membuat sesuatu
apapun sedang mereka sendiri dibuat
orang. Mereka itu benda mati, tidak hidup dan mereka itu tidak dapat mengetahui
kapan akan dibangkitkan.” (An-Nahl : 20-21).
8.Dalam hadits-hadits shahih terdapat
keterangan bahwa menusia pada hari kiamat nanti mendatangi para Nabi untuk
minta syafaat, sampai mereka mendatangi Nabi Muhammad r untuk meminta
syafaat agar segera dibebaskan. Nabi Muhammad menjawab : ya, memang saya dapat
memberi syafaat, kemudian beliau sujud di bawah Arsy dan memohon kepada Allah
agar mereka segera dibebaskan dan dipercepat proses penghisabannya. Syafaat ini
adalah permintaan Nabi Muhammad r dan waktu itu
beliau dalam keadaan hidup dimana beliau dapat berbicara dengan mereka lalu
beliau memohonkan syafaat. Itulah yang diperbuat Rasululloh r.
9.Argumen yang paling tepat untuk
membedakan antara memohon kepada orang mati dan orang hidup adalah apa yang dikatakan Umar bin Khatthab pada waktu
terjadi kekeringan dimana beliau meminta kepada Al-Abbas paman Rasululloh r untuk
mendo’akan mereka, dan Umar tidak pernah minta tolong kepada Nabi r setelah
beliau wafat.
10.Ada sejumlah ulama yang menyangka
bahwa tawassul itu sama dengan istighatsah, padahal perbedaan antara keduanya
besar sekali. Tawassul adalah berdo’a kepada Allah melalui perantara seperti,
wahai Allah, dengan perantaraan cintaku
kepadamu dan cintaku kepada Rasulmu bebaskanlah kami. Do’a dengan cara
tawassul seperti ini boleh. Istighatsah adalah berdo’a kepada selain Allah seperti,
wahai Rasululloh, bebaskanlah kami. Ini tidak boleh, bahkan termasuk syirik
besar berdasarkan firman Allah :
] ولا تدع من دون الله ما لا ينفعك ولا يضرك فإن فعلت فإنك إذا من
الظالمين [
“Dan
janganlah kamu berdo’a kepada selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan
tidak pula memberi madharat kepadamu, sebab jika kamu berbuat (yang
demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang zalim
(musyrik).” (Yunus : 106).
Post a Comment