Keutamaan-keutamaan Puasa dan Rahasia-rahasianya
Keutamaan-keutamaan Puasa dan Rahasia-rahasianya
PENDAHULUAN
Puasa merupakan tempat pembinaan bagi setiap muslim untuk membina dirinya, di mana masing-masing mengerjakan amalan yang dapat memperbaiki jiwa, meninggikan derajat, memotivasi untuk mendapatkan hal-hal yang terpuji dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak. Juga memperkuat kemauan, meluruskan kehendak, memperbaiki fisik, menyembuhkan penyakit, serta mendekatkan seorang hamba kepada Rabb-nya. Dengannya pula berbagai macam dosa dan kesalahan akan diampuni, berbagai kebaikan akan semakin bertambah, dan kedudukan pun akan semakin tinggi.
Allah Ta’ala telah
mewajibkan bagi kaum muslimin untuk menjalankan puasa sepanjang bulan Ramadhan,
bulan tersebut merupakan sayyidusy syuhuur (penghulu bulan-bulan lainnya),
padanya dimulai penurunan al-Qur-an. Bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan,
pendekatan diri, kebajikan, kebaikan, sekaligus sebagai bulan pengampunan,
rahmat dan keridhaan. Padanya pula tedapat Lailatul Qadar yaitu malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Mengenai keutamaan bulan ini dan puasa pada bulan
ini telah disebutkan dalam banyak hadits, dan yang dapat kami sebutkan di
antaranya:
1. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
((اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ
يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ (مَرَّتَيْنِ)
وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ
تَعَالَى مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ
أَجْلِي اَلصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا)) [
رواه البخاري ومسلم ]
“Puasa itu adalah perisai. Oleh
karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia
berkata-kata kotor dan tidak juga berlaku bodoh. Jika ada orang yang memerangi
atau mencacinya, maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang
berpuasa’ (sebanyak dua kali). Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau
mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada aroma
minyak kesturi, di mana dia meninggalkan makanan, minuman, dan nafsu syahwatnya
karena Aku (Allah). Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pahala karenanya
dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” [1]
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((فِتْنَةُ
الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ
وَالصَّدَقَةُ)) [رواه
البخاري ومسلم ]
“Kesalahan seseorang terhadap
keluarga, harta dan tetangganya akan dihapuskan oleh shalat, puasa dan
shadaqah.” [2]
3. Hadits yang diriwayatkan dari Sahl Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَاباً يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ
مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ فَيَقُوْمُوْنَ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقُ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ )) [ رواه
البخاري ومسلم ]
‘Sesungguhnya di Surga itu
terdapat satu pintu yang diberi nama ar-Rayyan. Dari pintu itu orang-orang yang
berpuasa akan masuk pada hari Kiamat kelak. Tidak ada seorang pun yang masuk
melalui pintu itu selain mereka. Ditanyakan, ‘Mana orang-orang yang berpuasa?’
Lalu mereka pun berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu
selain mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu akan ditutup sehingga
tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.’” [3]
4. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( إِذَا
جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ )) [ رواه البخاري ومسلم ]
‘Jika Ramadhan tiba, maka
pintu-pintu Surga dibuka.’” [4]
5. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أبْوَابُ السَّمَاءِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِيْنُ )) [
رواه البخاري ومسلم ]
‘Jika bulan Ramadhan telah
masuk, maka pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu Jahannam akan
ditutup dan syaitan-syaitan pun dibelenggu.’”[5]
6.
Hadits yang juga diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
(( مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ )) [
رواه البخاري ومسلم ]
‘Barangsiapa bangun pada malam Lailatul Qadar
dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diberikan ampunan
kepadanya atas dosanya yang telah lalu. Dan
barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala
maka akan diberikan ampunan kepadanya atas dosanya yang telah lalu.’” [6]
BEBERAPA RAHASIA PUASA
Puasa merupakan sarana
paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat
sekaligus sebagai sarana pensucian jiwa dan pemberhentiannya pada batas-batas
Allah Ta’ala, di mana dia akan menahan lisannya dari berbicara sia-sia,
mencela, serta menyerang kehormatan orang lain, berusaha menyebar ghibah
(menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke
tengah-tengah mereka, puasa juga dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan,
kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan
riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai
macam penipuan. Selain itu, puasa juga mendorong seorang muslim untuk sesegera
mungkin mengerjakan perbuatan baik, baik itu shalat maupun zakat dengan cara
yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh
syari’at. Dia juga akan berusaha mengeluarkan shadaqah serta melakukan hal-hal
yang bermanfaat, berkeinginan keras untuk memperoleh rizki yang halal dan
menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan keji.[7]
Dengan demikian, di dalam
puasa itu terkandung banyak keutamaan yang sangat agung. Selain itu juga
memiliki berbagai rahasia besar yang sebagian di antaranya telah diketahui oleh
banyak orang, sedang sebagian lainnya tidak diketahui.
Dan di antara rahasia dan
manfaat puasa yang paling tampak jelas adalah sebagai berikut:
PUASA MERUPAKAN METODE YANG MANTAP UNTUK
MELAKUKAN PERUBAHAN
Di antara manfaat puasa
yang agung adalah sebagai sarana menyiapkan seorang muslim dengan kekuatan yang
menjadikannya mampu untuk melakukan perubahan pada dirinya sendiri. Dia dapat
melakukan latihan melalui puasa sehari-hari sehingga dia dapat menahan diri
dari setiap hal yang dia sukai dan cintai. Dan kepada penguasa nafsu dan
syahwat, dia akan mengatakan, “Tidak.”
Sungguh jawaban yang hebat
jika berada dalam keridhaan Allah. Jika seorang muslim mampu mengatakan hal
tersebut, berarti dia telah berhasil mewujudkan kehormatan dan kedudukan yang
tinggi atas syahwat dan ketamakannya. Sedangkan orang-orang yang tidak berpuasa
adalah orang yang tidak pernah mampu mengendalikan gejolak jiwa mereka, bahkan
mereka selalu tunduk kepada syahwat dan keinginan mereka. Mereka adalah
budak-budak yang hina, bahkan lebih buruk dari budak-budak manusia. Seorang
penya’ir telah mengungkapkan:[9]
“Kalau bukan karena
kesulitan, niscaya umat manusia ini
secara keseluruhan akan menjadi terhormat, Kedermawanan semakin langka dan keberanian berarti perang.”
secara keseluruhan akan menjadi terhormat, Kedermawanan semakin langka dan keberanian berarti perang.”
PUASA SEBAGAI CARA PENGGEMBLENGAN TENTARA
Kehidupan militer dengan
segala hal yang diharuskannya, baik itu berupa kekerasan, kekasaran, ketegaran,
ketundukan pada perintah, serta kedisiplinan pada arahan-arahan komandan. Dan
kita bisa dapatkan perwujudan secara praktis pada puasa.
Yang demikian itu karena
puasa merupakan sarana penggemblengan kekuatan fisik yang mengharuskan
pelakunya menempuh satu manhaj (metode) tersendiri dalam kehidupannya, di mana
tiang penyangganya berupa ketegaran, larangan, dan bersabar atas pahit getirnya
rasa lapar dan panasnya rasa haus, kelelahan fisik dalam mengendalikan diri
serta menahan hawa nafsu dan mengekang keinginannya, seakan-akan seorang muslim
yang berpuasa itu adalah seorang tentara yang siap mendengar dan mentaati serta
menjalankan perintah Rabb-nya tanpa penolakan atau pembangkangan.
Jika seorang tentara itu
tunduk dan berpegang pada perintah serta menjalankannya di bawah pengawasan
komandan, maka orang yang berpuasa (sedang) menjalankan perintah tanpa
pengawasan dari seorang pun, kecuali dari Allah Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri
sendiri, yang tidak akan pernah lengah dan tidur, Mahasuci Allah lagi
Mahatinggi.
PUASA MEMPERKUAT KEINGINAN
Puasa dapat memperkuat
keinginan, mendorong kemauan, mengajarkan kesabaran, membantu menjernihkan
fikiran, menghidupkan pemikiran, dan mengilhami pendapat yang cerdas jika
seorang yang berpuasa dapat melangkah ke fase relaks (santai), serta melupakan
berbagai rintangan yang muncul akibat waktu luang dan terkadang keputusasaan,
dan ketika seseorang memiliki keinginan yang kuat sehingga dia mampu mengatakan
kepada pelaku kemunkaran, “Ini munkar.” Dia juga bisa menghadapi segala bentuk
hal-hal negatif yang ada di masyarakat. Sehingga dengan demikian, dia telah
menjadi seorang anggota masyarakat yang dinamis, yang akan membangun dan tidak
merusak, serta melakukan perbaikan dan tidak melakukan peng-hancuran.
Ketika suatu bangsa
memiliki keinginan yang kuat dan besar, maka dia tidak akan memperkenankan
agresor atau penjajah untuk menginjakkan kaki ke tanahnya atau ikut campur
dalam menentukan perjalanan hidupnya. Dengan kekuatan tersebut, ia juga akan
mampu meraih kemenangan di medan pertempuran melawan kebodohan,
keterbelakangan, melawan nafsu syahwat, serta sanggup menembus segala rintangan
pembangunan dan kemajuan.
Syaikh ad-Dausari
rahimahullah mengatakan, “Membangun keinginan yang kuat di dalam diri bukanlah
suatu hal yang mudah. Berbagai kalangan, baik perkumpulan (organisasi) maupun
kalangan militer telah berusaha membangun keinginan yang kuat kepada masyarakat
masa kini. Padahal, Islam telah mendahului mereka dalam hal tersebut pada 14
abad yang lalu. Cukup besar kebutuhan seorang muslim, khususnya untuk memiliki
keinginan kuat dan kemauan yang keras. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa
Ta’ala memerintahkan untuk berjuang melawan sakit akibat rasa lapar dan haus dalam
menjalankan puasa.
Oleh karena itu, sudah
sepatutnya bagi seorang muslim yang berpuasa untuk tidak melakukan hal-hal yang
merusak kekuatan ini setelah berbuka, mengucilkan atau menghinakannya sehingga
pada malam harinya dia akan merusak kuatnya keinginan yang telah dia bangun
pada siang harinya.[10]
PUASA MEMBENTUK AKHLAK MULIA
Puasa merupakan tempat
penggemblengan diri bagi orang yang menjalankannya untuk membentuk akhlak
mulia, akhlak ketakwaan, kebajikan, kebaikan, kepedulian, tolong-menolong,
kasih sayang, kecintaan, kesabaran, dan akhlak mulia lainnya yang dibangun oleh
puasa pada diri orang yang menjalankannya.
Puasa dapat membentuk muraqabah (rasa selalu berada dalam pengawasan Allah) bagi pelakunya. Bagi dirinya ada satu penjaga umum yang selalu mengawasi dirinya agar tidak ada sesuatu pun yang bersumber dari dirinya yang bertentangan dengan syari’at. Dialah yang membinanya dari dalam sehingga darinya muncul amal-amal lahiriah yang tunduk pada pengawasan ini.
Pernahkah engkau melihat orang yang berpuasa dengan penuh kejujuran dan kesungguhan kepada Rabb-nya melakukan kebohongan kepada orang lain? Pernahkah engkau melihatnya secara tulus ikhlas menjalankan puasanya dan kemudian melakukan kemunafikan di masyarakat? Sesungguhnya keikhlasan itu merupakan satu bagian utuh yang tidak mungkin dipisahpisahkan, di mana puncaknya adalah ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang tulus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sangat mustahil baginya untuk melakukan penipuan, kecurangan atau berkhianat. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu faktor dasar sekaligus pendalaman akhlak, pembangunan sekaligus pembentukannya untuk mengambil satu sifat amaliyah (perbuatan) yang semuanya berkumpul pada buahnya yang cukup jelas yang telah diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ)“Agar kalian bertakwa.”
Puasa dapat membentuk muraqabah (rasa selalu berada dalam pengawasan Allah) bagi pelakunya. Bagi dirinya ada satu penjaga umum yang selalu mengawasi dirinya agar tidak ada sesuatu pun yang bersumber dari dirinya yang bertentangan dengan syari’at. Dialah yang membinanya dari dalam sehingga darinya muncul amal-amal lahiriah yang tunduk pada pengawasan ini.
Pernahkah engkau melihat orang yang berpuasa dengan penuh kejujuran dan kesungguhan kepada Rabb-nya melakukan kebohongan kepada orang lain? Pernahkah engkau melihatnya secara tulus ikhlas menjalankan puasanya dan kemudian melakukan kemunafikan di masyarakat? Sesungguhnya keikhlasan itu merupakan satu bagian utuh yang tidak mungkin dipisahpisahkan, di mana puncaknya adalah ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang tulus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sangat mustahil baginya untuk melakukan penipuan, kecurangan atau berkhianat. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu faktor dasar sekaligus pendalaman akhlak, pembangunan sekaligus pembentukannya untuk mengambil satu sifat amaliyah (perbuatan) yang semuanya berkumpul pada buahnya yang cukup jelas yang telah diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ)“Agar kalian bertakwa.”
Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, “Puasa memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menjaga anggota
tubuh yang bersifat lahiriah dan juga kekuatan bathin serta melindunginya dari
faktor-faktor pencemaran yang merusak. Jika faktor-faktor pencemaran tersebut
telah menguasai dirinya, maka ia akan rusak.
Dengan demikian, puasa
akan menjaga kejernihan hati dan kesehatan anggota badan sekaligus akan
mengembalikan segala sesuatu yang telah berhasil dirampas oleh nafsu syahwat.
Puasa merupakan pembantu yang paling besar dalam merealisasikan ketakwaan…”[11]
PUASA MEWUJUDKAN KETENANGAN JIWA
Pergolakan akan
berlangsung terus-menerus antara jiwa yang menyuruh berbuat kejahatan dengan
jiwa yang menyuruh berbuat kebaikan. Setiap kemaksiatan yang dilakukan oleh
seorang muslim adalah akibat dari penguasaan jiwa yang memerintahkan berbuat
kejahatan. Sedangkan setiap upaya pendekatan kepada Allah yang dilakukan oleh
seorang muslim adalah senjata kuat yang digunakan oleh jiwa yang memerintahkan
berbuat kebaikan.
Oleh karena itu, puasa
akan membangun kekuasaan jiwa, menguatkan serta meneguhkannya untuk
melaksanakan risalahnya dan memfungsikan perannya dalam menjaga kedamaian dan
ketenangan dalam diri seseorang. Peranan penting dari kekuasaan jiwa itu adalah
pengarahan melalui kecaman dan teguran yang keras setiap kali gangguan jiwa
berupaya untuk mengajak kepada kejahatan, memperdayanya atau menjebaknya agar
tunduk kepadanya. Demikianlah, berbagai pertempuran bersembunyi di dalam jiwa
dan berbagai kekuatan kebaikan akan menang, yang selanjutnya kedamaian dan rasa
aman akan menyelimut dalam jiwa, kemudian beralih ke seluruh anggota badan
sehingga bagian yang lain pun menikmati rasa aman dan ketenangan. Akhirnya
semua kebaikan terealisasi bagi setiap muslim yang menjalankan puasa.
PUASA MERUPAKAN SALAH SATU WUJUD DARI KESATUAN
UMAT ISLAM
Puasa merupakan satu
penampakan praktis dari berbagai penampakan kesatuan kaum muslimin, kesetaraan
antara si kaya dan si miskin, penguasa dan rakyat, orang tua dan anak kecil,
serta laki-laki dan perempuan. Mereka berpuasa untuk Rabb mereka, seraya
memohon ampunan-Nya dengan menahan diri dari makan pada satu waktu dan berbuka
dalam satu waktu juga. Mereka sama-sama mengalami rasa lapar dan berada dalam
pelarangan yang sama di siang hari, sebagaimana mereka mempunyai kedudukan yang
sama dalam mengibarkan syi’ar-syi’ar lain yang berkenaan dengan puasa.
Dengan demikian, puasa
merealisasikan semacam kesatuan tujuan, rasa, nurani, dan tempat kembali di masyarakat
yang berpuasa.
Secara keseluruhan, umat
Islam berdiri dalam satu barisan pada satu musim tertentu setiap tahun dan
dalam beberapa hari tertentu di antara seluruh umat manusia ini. Ia merupakan
barisan penghubung antara bangsa-bangsa yang kuat, antara komponen dari umat
Islam secara keseluruhan, meskipun tempat tinggal mereka berjauhan dan berada
dalam satu ikatan yang ditempatkan di hadapan satu pengalaman, yang memiliki
satu pengaruh dan dalam satu penampakan kebersamaan.
Dengan demikian, hati dan
perasaan mereka akan menjadi semakin erat dan akrab sehingga menjadi satu hati
yang mengarah kepada kehidupan dengan satu pandangan.
Inilah satu teladan yang
baik bagi persatuan antara berbagai masyarakat dari umat ini, bahkan sebagai
teladan yang ideal bagi setiap kesatuan dalam kehidupan ini. Sebab, ia
merupakan kesatuan yang bersumber dari nurani dan menciptakan masa depan serta
tempat kembali dan membangkitkan berbagai kemuliaan dari dalam diri yang nampak
secara lahiriahnya, sehingga terwujudnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال
الله تعالي: ]وَإِنَّ
هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ 52 ( [المؤمنون: 52]
“Sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku adalah
Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” [al-Mu’minun/23: 52]
Kesatuan yang diwujudkan
oleh puasa ini merupakan kesatuan permulaan, karena ia merupakan buah dari
ibadah yang sungguh-sungguh.
Kesatuan nurani, karena ia
bersumber dari amal perbuatan perasaan yang didasarkan pada perencanaan jiwa
kemanusiaan.
Kesatuan tempat kembali,
karena ia menggiring umat ini secara keseluruhan kepada satu tempat kembali
yang berakhir padanya dan berdiam di sana, yaitu takwa yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menjadikannya sebagai buah dari puasa.
Kesatuan rasa, karena ia
menyatukan rasa dan perasaan umat pada satu tujuan dan menempatkannya pada satu
jalan.
Kesatuan ‘aqidah, karena ia bersumber dari keimanan dan keyakinan dan bertengger di udara takwa dan ibadah.[12]
Kesatuan ‘aqidah, karena ia bersumber dari keimanan dan keyakinan dan bertengger di udara takwa dan ibadah.[12]
Dalam penampilannya yang
cukup mengesankan, kesatuan ini memberikan gambaran yang benar mengenai
kesatuan besar yang menyamaratakan semua anggota umat meskipun terdapat
perbedaan jenis, warna kulit, dan kebangsaan. Jika engkau ingin membuktikan hal
tersebut, silakan arahkan pandangan-mu pada saat berbuka di negara yang aman,
di Baitullah, untuk menyaksikan ratusan ribu orang yang berbuka bersama dalam
satu waktu. Pernahkah engkau menyaksikan tampilan kesatuan yang lebih jelas
dari ini? Pada hakikatnya, yang buta itu bukanlah pandangan mata, tetapi hati
yang ada di dalam dada.
PUASA MEMILIKI PENGARUH BESAR BAGI KESEHATAN
SECARA UMUM
Sesungguhnya pada puasa
itu terkandung kesehatan yang besar dengan semua maknanya, baik kesehatan badan,
perasaan, maupun rohani.
Dengan demikian, puasa
dapat memperbaharui kehidupan seseorang dengan diperbaharuinya sel-sel dan
dibuangnya sel-sel yang sudah tua dan mati serta diistirahatkannya perut dan
organ pencernaan. Puasa juga dapat memberikan perlindungan terhadap tubuh, membersihkan
perut dari sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan juga dari kelembaban
yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman.
Banyak para dokter
menyebutkan berbagai manfaat puasa, di antaranya bahwa puasa dapat
mempertahankan kelembaban insidentil sekaligus membersihkan pencernaan dari
racun yang ditimbulkan oleh makanan yang tidak sehat, dan mengurangi lemak di
perut yang sangat berbahaya bagi jantung, yang ia sama seperti pengasingan kuda
yang akan dapat menambah kekuatannya untuk bergerak dan lari.
Sedangkan kesehatan rohani
yang ditimbulkan oleh puasa adalah berupa bimbingan yang diberikan kepada
orang-orang yang berpuasa karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengetahui tujuan
dari penciptaan mereka, mempersiapkan mereka untuk mengambil semua sarana takwa
yang akan melindunginya dari kehinaan, kerendahan, dan kerugian di dunia dan
akhirat. Pada akhirnya hati mereka menjadi selamat dari penyakit syubhat dan
penyakit syahwat yang telah menimpa banyak orang.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baaz telah mengatakan, “Pada puasa itu terdapat banyak manfaat dan hikmah yang
besar, di antaranya adalah pembersihan, penggemblengan dan pensucian jiwa dari
akhlak tercela dan sifat-sifat buruk, seperti tamak, rakus dan kikir, untuk
kemudian dibiasakan dengan akhlak mulia seperti sabar, santun, dermawan, murah
hati, dan pengerahan jiwa untuk mengerjakan segala hal yang diridhai Allah dan
dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Manfaat puasa lainnya
adalah membuat seorang hamba dapat memahami dirinya sendiri dan juga
kebutuhannya, kelemahan dan kebutuhan dirinya akan Rabb-nya, juga mengingatkan
diri akan keagungan nikmat Allah yang diberikan kepadanya, dan mengingatkan
akan kebutuhan saudara-saudaranya yang hidup miskin, sehingga mengharuskan
dirinya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus memohon
pertolongan agar dilimpahkan berbagai kenikmatan untuk selalu mentaati-Nya
serta mengasihi saudara-saudaranya yang hidup miskin sekaligus dapat berbuat
baik kepada mereka.
Selain itu, manfaat puasa
juga dapat membersihkan tubuh dari pencemaran yang buruk dan memberikan
kesehatan serta kekuatan. Hal tersebut telah diakui oleh banyak dokter. Bahkan
mereka telah banyak mengobati pasien mereka dengan menggunakan puasa ini.” [13]
[Disalin dari buku Meraih Puasa Sempurna,
Diterjemahkan dari kitab Ash-Shiyaam, Ahkaam wa Aa-daab, karya Dr. Abdullah bin
Muhammad bin Ahmad ath-Thayyar, Penerjemah Abdul Ghoffar EM, Penerbit Pustaka
Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/22) dan Shahiih Muslim (III/157))
[2]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
(Shahiih al-Bukhari (III/22) dan Shahiih Muslim (III/173))
[3]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
(Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/157))
[4]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
(Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/121))
[5]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
(Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/121))
[6]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
(Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/177))
[7]. Ash-Shaum karya Syaikh ‘Abdurrahman
ad-Dausari, hal. 16.
[8]. Syaikh Abdurrahman ad-Dausari t secara
panjang lebar telah menguraikan manfaat puasa. Demikian pula Ustadz Taufiq
Sab’u. Bagi yang berminat, silakan merujuknya. Ash-Shaum (hal. 16) dan hal. 87.
[9]. Yang mengungkapkan sya’ir ini adalah
al-Mutanabbi. Lihat Diiwaan Abi Thayyib oleh al-Mutanabbi, dengan syarah Abul
Baqa’ al-‘Ukbari (III/287).
[10]. Ash-Shaum, karya Syaikh ad-Dausari, hal.
23.
[11]. Zaadul Ma’aad (I/320).
[12]. Lihat kitab Haakadzaa Nashuum, hal. 161 dan
seterusnya.
[13]. Ma’ar Rasuul fii Ramadhaan, ‘Athiyyah
Muhammad Salim (kitab ini dibe-rikan muqaddimah oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baaz, hal. 5).
Post a Comment