Madu dalam Al Quran dan Hadits




Madu dalam Al Quran dan Hadits


Madu yang merupakan pemberian dari Allah Shubhanahu Wa Ta’ala, yang tidak akan pernah sia-sia di muka bumi ini. Yang keliatannya biasa, namun sesungguhnya terdapat hal yang luar biasa yang terkandung dalam madu tersebut.
Dalil yang membuktikan bahwa madu merupakan obat seperti dalam yang terdapat pada firman Allah dalam al-qur’an surah an-Nahl ayat 68:
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتً۬ا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ (٦٨)
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang di bikin manusia.” (Qs. an-Nahl: 68)
Di dalam dalil tersebut sudah jelas, bahwa lebah akan berada di tempat-tempat seperti yang di jelaskan di atas, karena semua itu akan di manfaatkan oleh manusia untuk berbagai usaha baik pengobatan atau di konsumsi sendiri.
Dalam penjelasan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam, bersabda,” hendaknya kalian mengunakan dua obat yaitu madu dan Alquran”, (sunan ibnu majah, hal 1142, hadist no. 3452, bab madu).
Khasiat madu yang pernah di kaji oleh ilmuan muslim, yaitu Ibnu Sina yang merupakan bapak kedokteran di masa itu sejak (890-1037). Pada adab ke-10 M yang sudah mengulas tentang manfaat madu dilihat dari segi kesehatan dan dunia kedokteran.
Khasiat madu dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti: anemia, infeksi saluran pernafasan, paru-paru (TBC) , ganguan umat saraf, lambung, diare, diabetes, dan masih banyak yang lainnya. Madu dapat menyembuhkan macam-macam penyakit yang sudah di sebutkan tadi dan masih banyak yang bisa di sembuhkan.
Selain itu firman Allah shubhanahu wa ta’ala juga menjelaskan surat an- Nahl: 69 :
ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ فَٱسۡلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً۬‌ۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ۬ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ فِيهِ شِفَآءٌ۬ لِّلنَّاسِ‌ۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalam terdapat obat menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi yang memikirkan.” (Qs. An-Nahl: 69).
Berdasarkan ayat di atas di jelaskan bahwa yang keluar dari dalam perut lebah memiliki berbagai macam warna, di ayat tersebut tidak di paparkan mengenai obat penyakit tertentu, akan tetapi fakta di lapangan membuktikan bahwa madu dapat menyembuhkan bebagai penyakit.
Lebah adalah makhluk Allah yang sangat istimewa, karena dapat memberikan manfaat dan kenikmatan bagi seluruh manusia dimuka bumi, an-Nahl itulah yang terdapat didalam surat al Qur’an.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata,” aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنْ كَانَ ِفيْ شَيءٍ مِنْ أَدْوَيتِكُمْ خَيْرٌ ؛ فَفِيْ شَرْطَةِ مَحجَمٍ أَوْ شَرْبَةٍ مِنْ عَسَلٍ أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ وَمَا أُحِبُّ أَنَ أكتِوَي
“ Jika dalam pengobatan kalian ada sedikit pengembangan. Maka yang demikian itu bisa didapatkan pada keratan kulit orang yang membekam , atau seteguk madu atau sengatan api”,(HR. Bukhari, no. 5704, Muslim no. 2205).
Disamping memproduksi madu yang sudah dikenal umum, dan lebah memiliki pengobatan arternatif, yang mengunakan sengatannya. Yang memanfaatkan jarum penyengat pada bagia ekornya.
Terapi seperti ini sudah dikenali dalam internasional dan di akui oleh badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada konferensi di Nanjing Cina tahun 1993, dan pengobatan ini dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah atau pun secara medis.(T/nza/R02).
Perlu diingat ya kawan, Madu Dan Habbatus Sauda (Thibbun nabawi) Dalam Al-Quran Dan Sunnah Masih Bahannya Saja, Perlu Penelitian Dan Pengalaman Thabib Agar Menjadi Obat.
Seorang teman kami ketika sakit, merasa tidak enak di perut dan demam, ia berobat dengan habbatus sauda dan madu karena ia yakin dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kandungan Al-Quran bahwa keduanya mujarrab serta bisa menyembuhkan semua penyakit. Kemudian ia mengikuti petunjuk dilabel kotak habbatus sauda bahwa pengunaannya 3 x sehari 2 kapsul habbtus sauda. ia juga meminum madu 3 x sehari 2 sendok makan. Akan tetapi demamnya semakin tinggi, tidak mereda dan bertambah parah.
Contoh yang lain, seseorang sedang demam tinggi, kemudian ia teringat hadits bahwa demam adalah dari luapan api neraka maka didinginkan dengan air. Maka dengan demam tinggi badannya di basuh dengan air yang dingin. walhasil ia pernyakit bertambah parah dan tubuh dengan demam tinggi tidak mampu menerima air yang dingin. Padahal yang dimaksud hadits adalah demam karena sengatan matahari (nanti ada penjelasan dari ulama mengenai hadits tersebut)
Demikianlah kesalahpahaman yang terjadi pada beberapa orang muslimin yang perlu kita luruskan bersama. Habbatus sauda yang disebutkan dalam hadits dan madu yang disebutkan dalam Al-Quran masih berupa bahannya saja maka untuk menjadi obat perlu penelitian dan pengalaman thabib agar ia menjadi obat.
Logikanya:
Jika ada yang mengatakan kepada kita, buah merah dijadikan berbagai macam obat penyakit oleh orang Papua. Maka berita yang sampai ke kita masih sekedar berita mengenai bahannya saja. Untuk menjadi obat maka kita perlu belajar kepada thabib orang Papua, bagaimana pengolahan buah merah? dosisnya berapa? Indikasinya untuk penyakit apa saja? Perlu dicampur dengan apa saja? Apa saja pantangan yang tidak boleh dilakukan? Dan tentu saja kita juga perlu belajar kepada thabib tersebut bagaimana ia mendiagnosis penyakit.
Jika penyakit ini yang ia maksud, maka dosis buah merah sekian dan cara pengolahannya begini dan begitu.

Tidak ada komentar