Tak ada yang masuk surga secara kebetulan. Semua penghuninya sejak di dunia adalah orang-orang yang merindukannya, menyengaja menuju ke arahnya dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Kerinduan itu terus terbawa, hingga tatkala mereka melewati setiap fase-fase di akhirat.
Sampailah mereka di pintu jannah, yang lebarnya empat puluh tahun perjalanan. Malaikat menyambut mereka dengan hangat dan ramah, sembari mengucapkan selamat, “Salaamun ‘alaikum bimaa shabartum,” selamat atas kalian karena kalian telah bersabar.
Saat Pertama Memasuki Jannah
Ketika itu, kerinduan mereka benar-benar terobati. Merekapun melihat dirinya dengan fisik sempurna seperti Nabi Adam, usia muda seperti nabi Isa saat diangkat ke langit, dan dengan ketampanan atau kecantikan yang sempurna.
Mereka pun melihat keindahan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, bahkan belum pernah mereka bayangkan ada keindahan yang begitu rupa. Mereka menginjakkan kaki di surga yang bukan lagi tanah yang dipijaki, tapi za’faran yang semerbak merata bau wanginya. Bukan lagi butiran kerikil batu yang terdapat di sana, melainkan mutiara dan permata yang menampakkan gemerlap keindahannya.
Tidak ada kesulitan sama sekali bagi mereka utuk menemukan tempat tinggalnya di surga. Allah telah menghilangkan segala bentuk kesusahan dan kesulitan, bahkan segala hal yang bisa mengurangi kenikmatan pun disingkirkan. Karenanya, mereka langsung hafal tempat tinggalnya di jannah, melebihi hafalnya mereka terhadap rumahnya di dunia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَأَحَدُهُمْ بِمَسْكَنِهِ فِي الجَنَّةِ أَدَلُّ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
“Demi yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh salah seorang dari mereka lebih hafal terhadap rumahnya di jannah daripada rumahnya di dunia.” (HR Bukhari)
Lalu bagaimana mereka bisa mengenali tempat tinggalnya? Ibnu Bathal rahimahullah tatkala menjelaskan hadits tersebut dalam Syarh Bukhari,”Mereka mengenali rumahnya di jannah, karena berulang-ulang telah diperlihatkan kepada mereka setiap pagi dan sore (sewaktu di barzakh), sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, apabila (penghuni kubur) adalah calon penghuni jannah maka ditampakkan kepadanya tempatnya pada tiap pagi dan sore hari.”
Lantas seperti apa gambaran tempat tinggal penduduk jannah? Bukanlah aib tatkala seseorang bertanya dan ingin tahu perihal seperti apa rumah di jannah, semewah apa banguannya dan dari apa bahan bangunannya. Karena naluri manusia pastilah berfikir tentang nasib masa depannya. Hingga Rasulullahpun tidak memungkiri saat seorang sahabat bertanya kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Bangunan apa yang berada di jannah?” Beliau menjawab,
لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ، وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَاليَاقُوتُ، وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ
“Bangunan di surga itu, batu batanya dari perak dan batu bata dari emas, tanah lapisannya dari minyak kesturi terbaik, lantainya dari mutiara dan Yaqut, sedangkan tanahnya adalah za’faran.” (HR Tirrmidzi)
Dalam hadits lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam juga menggambarkan seberapa luas kemah yang disediakan untuk penduduk jannah,
إِنَّ فِي الجَنَّةِ خَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ، عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا
“Sesungguhnya di jannah terdapat kemah untuk penghuninya yang terbuat dari mutiara yang berongga, panjang dan lebarnya 60 mil.” (HR Bukhari)
Post a Comment