Setelah Catatan Amal Dibagi




Setelah Catatan Amal Dibagi


Setelah Catatan Amal Dibagi
Dalil-dalil menunjukkan, ada tiga cara manusia menerima catatan amalnya. Orang-orang yang beruntung akan menerima kitabnya dengan tangan kanan. Ia pantas berbangga ketika itu. Firman Allah Ta’ala,
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (QS. Al-Haqqah 20)
Ini menjadi pertanda keridhaan Allah atasnya, dan bahwa kesudahan ia nanti adalah kenikmatan jannah yang dirindukannya.
Ada pula orang yang menerima kitabnya dengan tangan kiri, sebagaimana firman Allah Ta’ala “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (QS. Al-Haqqah: 25)
Ini adalah isyarat kesengsaraan yang bakal dilalaui dan dialami. Ketika itu, para pendosa betul-betul terhenyak, malu sekeligus menyesal saat membaca catatan amal yang telah dibagi. Karena ternyata seluruh perbuatan buruknya terrekam dengan sangat rapi dan jeli, tak ada yang tersisa sedikitpun baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Allah berfirman,
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).” (QS. Al-Kahfi: 49)
Yang ketiga adalah orang yang menerima kitabnya dari belakang punggungnya. Banyak ulama yang mengkompromikan makna ‘dengan tangan kiri’ dan ‘melalui belakang punggungnya.” Imam al-Qurthubi menjelaskan, “maka pundak kirinya akan terlepas sehingga tangannya di belakangnya, lalu mengambil kitabnya dengannya.” Mujahid berkata, “Wajahnya bergeser ke tengkuknya, lalu membaca kitabnya dengan cara demikian.”
Syaikh Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa mereka menerima kitab dengan tangan kiri kemudian tangannya memelintir ke belakang sebagai isyarat bahwa mereka telah dulu di dunia telah mencampakkan aturan-aturan al-Qur’an ke belakang punggung mereka. Mereka telah berpaling dari al-Qur’an, tidak mempedulikannya, tidak mengacuhkannya, dan merasa tidak ada masalah bila menyelisinya.
Akhirnya, setelah masing-masing manusia menerima catatan amalnya, lalu dikatakan kepada masing-masing, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung terhadapmu.” (QS. Al-Isro’: 13-14) Pada saat itulah semua manusia akan teringat apa yang dulu telah ia lakukan. Semua tercatat dengan lengkap dan tiada kekeliruan sedikit pun. Di sinilah salah satu bukti keadilan Allah, karena menjadikan manusia sebagai penghisab atas apa yang telah ia lakukan sendiri. Dan ketika itu manusia tak kuasa memungkiri atas apa yang ada dalam catatan amalnya.
Maka sebelum membaca catatan amal kita kelak di akhirat, alangkah bijak jika mulai hari ini kita mengisi catatan kita dengan kebaikan, dan juga menghapus catatan-catatan buruk dengan memperbanyak taubat dan memohon ampunan, wallahul muwaffiq. (Abu Umar Abdillah)

Tidak ada komentar