Anak Sebagai Aset Mahal Orang Tua

Anak Sebagai Aset Mahal Orang Tua

Tanggal 1 Juni Adalah Hari Anak Sedunia


إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِه اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَيَااَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِالتَّقْوَي االلَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّابَعْد.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang sampai saat ini masih memberikan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga pada saat ini, kita masih dapat menghirup udara yang segar serta merasakan indahnya hari ini. Dan juga kita masih dapat melangkahkan kaki ini menuju ke tempat yang mubarokah ini, guna untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai ummat Islam yaitu shalat Jum’at secara berjama’ah. Dan tak lupa marilah kita kembali meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala apa larangnya.

Selawat dan salam kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yaitu Nabi yang telah mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat ini. Dan Nabi yang telah berjuang membelah agama Allah dari orang-orang kafir, demi tegaknya kalimat tauhid dipermukaan bumi ini, Yaitu kalimat “LA ILAAHA ILLALLAH” Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Allah berfirman dalam surah At-Tahriim : 6

Artinya : wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Rasulullah SAW bersabda :

(رواه البخاري) كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang suci (fitrah), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Alangkah manisnya dan alangkah indahnya dunia ini, sehingga banyak manusia yang tejerat oleh tipu dayanya, Sehingga tidak heran apabila banyak diantara manusia yang lalai akan kehidupan akhiratnya, dan lebih mengutamakan kehidupan dunianya. Dengan alasan bahwa mereka akan hidup selama-lamanya di permukaan bumi ini, akan tetapi anggapan mereka itu salah besar.

Dalam surat At-Tahriim ayat 6 tersebut, terdapat salah satu kewajiban bagi manusia diantara kewajiban-kewajiban lainnya yang Allah tetapkan bagi kita semua. Adapun kewajiban tersebut yaitu Allah memerintahkan agar kita manusia menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka dan selalu mengingat Allah, dan tidak lalai akan kehidupan akhirat nantinya.

Ali r.a berkata dalam menafsirkan ayat ini :

أَدِّبُوْاهُمْ وَعَلِّمُوْاهُمْ

Sebagaimana juga telah yang telah diterangkan dalam hadits Bukhari tadi, bahwa yang menyebabkan seorang anak menjadi yahudi atau nasrani ataupun majusi, tidak lain adalah orang tuanya sendiri. Hadits ini juga menegaskan bahwasanya, orang tua merupakan faktor dominan yang akan membentuk sebuah karakter seorang anak yaitu dengan memanfaatkan saat-saat awal seorang anak mengalami pertumbuhannya. Dengan cara menanamkan dalam jiwa seorang anak akan kecintaan terhadap agamanya, cinta terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga ketika seorang anak tersebut berhadapan dengan lingkungan yang berbeda, anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintainya. Dan anak yang shaleh adalah merupakan salah satu aset bagi kedua orang tua dunia dan akhirat. Akan tetapi begitu banyak orang tua yang menelantarkan anaknya sehingga anaknya menjadi anak yang salah bukan menjadi anak yang shaleh. Sebagai orang tua yang bertanggungjawab, maka seharusnya meraka menjaga amanah yang dititipkan oleh Allah SWT, dengan memberikan berbagai pengajaran dan pendidikan kepada anaknya.

Begitu banyak nasehat-nasehat yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, namun begitu banyak pula orang tua yang melalaikan akan penjelasan naseha-nasehat tersebut. Diantaranya nasehat-nasehat Luqman kepada anaknya. Sebagaimana firman Allah dalam surah Luqman : 12-13

Artinya : (12) “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (13) “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Ayat di atas sudah sangat jelas, bahwasanya Allah memerintahkan kepada para orang tua untuk memberikan pelajaran yang baik kepada anaknya, menunjukkan arah yang baik kepada anaknya, tidak membiarkan anaknya pada jalan kesesatan, dan terpengaruh dengan lingkungan yang rusak, agar nantinya anak tersebut bisa menjadi aset bagi orang tuanya, dan bisa memberikan pertolongan serta syafaat pada hari akhir kelak nantinya. Karena pada umumnya orang tua menginginkan kelak anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang shaleh, agar ketika dewasa nantinya dapat membalas jasa-jasa kedua orang tuanya. Namun, kita perhatikan di zaman sekarang ini tidak sedikit orang tua yang menelantarkan anaknya, serta membiarkannya di arah yang sesat.

Inilah orang tua yang tidak bertanggung jawab pada anaknya. Bahkan orang tua yang seperti ini bisa dikatakan orang tua yang durhaka kepada anaknya, lain kata durhaka kepada amanah yang diberikan atau dititipkan oleh Allah SWT. Sehingga menghasilkan obsesi yang dilakukan oleh orang tua tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.

Dan akibat pandangan yang keliru juga , tidak sedikit orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya bisa menjadi bintang film atau artis, bintang iklan, fotomodel dan lain-lain. Karena mereka beranggapan dengan itu semua kelak anak-anak mereka dapat hidup makmur seperti kaum selebritis yang terkenal itu. Padahal dibalik itu, semua mereka berada di dalam kesalahan yang fatal. Sehingga sangat jarang kita saksikan atau kita dapatkan orang tua yang perduli dengan tujuan hakiki mereka diciptakan oleh Allah SWT. Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang jauh dari agamanya yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di akhirat? Tentu tidak.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa: 9

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Pengertian lemah dalam ayat ini adalah lemah iman, lemah fisik, lemah intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka mereka harus memperhatikan keempat hal ini. Karena Pengabaian salah satu dari empat hal ini dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada anak.

Imam Ibnu Katsir dalam komentarnya bahwa pengertian lemah pada ayat ini memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau mengatakan selaku orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak-anak mereka dalam keadaan miskin. (Tafsir Ibnu Katsir: I, hal 432) Dan terbukti berapa banyak kaum muslimin yang rela meninggalkan aqidahnya atau murtad di era ini akibat keadaan ekonomi mereka yang dibawah garis kemiskinan. berapa banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata dan mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun yang penting kebutuhan pendidikan anak-anaknya dapat terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada pendidikan TK-TP Al-Qur’an terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak.

Ada juga orang tua yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka dari keempat masalah pokok di atas, namun usaha yang dilakukannya kearah tersebut sangat diskriminatif dan tidak seimbang. Sebagai contoh: Ada orang tua yang dalam usaha mencerdaskan anaknya dari segi intelektual telah melaksanakan usahanya yang cukup maksimal, segala sarana dan prasarana kearah tercapainya tujuan tersebut dipenuhinya dengan sungguh-sungguh. Namun dalam usaha memenuhi kebutuhan anak dari hal keimanan, orang tua terlihat setengah hati, padahal mereka telah memperhatikan anaknya secara bersungguh-sungguh dalam segi pemenuhan otaknya.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Karena itu sebagai orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang shalih. beberapa langkah yang cukup membantu mewujudkan obsesi tersebut:

1.Opini atau persepsi orang tua tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah

Rasulullah SAW, bersabda:

إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.

Artinya: “Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim).

Dalam hadits ini sangat jelas disebutkan ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara kita telah sama mengetahui bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak sedari kecil yang telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Anak yang shalih adalah anak yang tumbuh dalam naungan Dien-Nya, maka mustahil ada anak dapat bisa mendoakan orang tuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah SWT, dan senang bermaksiat kepada-Nya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah, jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan besar senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus.

Dalam hadits ini juga telah dijelaskan tentang keuntungan memiliki anak yang shalih yaitu, amalan-amalan mereka senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah SWT. Jadi jelaslah bagi kita akan gambaran anak yang shalih yaitu anak yang taat kepada Allah, menjauhi larangan-laranganNya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu melaksanakan kebaikan-kebaikan.

2.Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah terciptanya anak yang shalih.

karena lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksanakan aktifitas-aktifitasnya. Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia. . .

Amar ma’ruf adalah kewajiban setiap individu masing-masing yang harus dilaksanakan. Jika tidak maka Alla, pasti akan menimpakan adzabnya di tengah-tengah kita dan pasti kita akan tergolong orang-orang yang rugi.

Sebagaimana firman Allah Ali Imron : 104

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung”.

Maka dari pada itu, kembali kita saling mengingatkan, agar supaya kita tidak lalai dari apa-apa yang telah Allah anugrahkan atau yang amanahkan kepada kita di kehidupan ini. Sehingga kebahagian dunia dan akhirat bisa kelak kita raih dengan sempurna. Serta marilah kita peduli terhadap kelangsungan hidup generasi-generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah SWT akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya. Dan tidak lupa, mari kita selalu kembali meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita hanya kepada Allah semata, sang maha pengasih dan penyayang.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Ke 2

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Tidak ada komentar