Penyesalan Dihari Akhir

Penyesalan Dihari Akhir 

Betapa banyak orang yang saat ini sedang menyesali masa lalunya. Menyesali waktu yang telah terbuang dengan sia-sia. Tidak belajar giat semasa kecil, menyesali kebodohannya saat ini. Tidak bekerja keras semasa muda, menyesali kemiskinannya saat ini. Berhura-hura di masa dewasa, menyesali sisa-sisa hari tuanya saat ini. Tidak berbakti kepada orang tua selagi masih hidup, menyesali kini mereka sudah tiada. Tidak mendidik anak dengan sebaik mungkin, menyesali kini anaknya membangkang dan tak tahu agama. Betapa banyak manusia menyesali hari-hari yang sudah terlewati.

Penyesalan di akhirat lebih besar

Seberapa pun besar penyesalan seseorang selama di dunia, tidak lebih besar dari penyesalan ketika di akhirat nanti. Di antara nama dari hari kiamat adalah yaumul hasrah, yang berarti hari penyesalan yang sangat mendalam. Jadi, penyesalan pada hari itu jauh lebih besar dari penyesalan selama di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

“Dan berilah mereka peringatan tentang Yaumul Hasrah, (yaitu) ketika segala perkara telah diputuskan. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39)

Ibnu ‘Asyur menjelaskan Al-Hasrah adalah penyesalan yang sangat besar yang mengantarkan kepada kesedihan yang sangat dalam. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 16: 108, Asy-Syamilah)

Allah Ta’ala berfirman,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا

“(Ingatlah) hari (ketika) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, ‘Seandainya (dahulu) aku mengambil jalan bersama rasul.’” (QS. Al-Furqan: 27)

Orang-orang yang berbuat zalim dengan kesyirikan, kekufuran, dan pendustaannya terhadap Rasul akan sangat menyesal, meratapi, dan sangat bersedih dengan apa yang telah dilakukannya selama di dunia. (Taisir Al-Karimi Ar-Rahman, hal. 581) Apabila orang yang di dunia saat ini sedang menyesal, maka dia akan menggigit jemarinya. Adapun pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa yang digigit bukan hanya jemarinya melainkan tangannya. Ini menunjukkan betapa menyesalnya mereka di hari tersebut.

Semua orang akan menyesal

Di hari kiamat nanti, semua orang akan menyesal. Orang yang baik maupun jahat, suka bermaksiat maupun taat, muslim maupun kafir, semua akan menyesal. Allah Ta’ala berfirman,

كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ   وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

“Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan), dan Tuhanmu datang, dan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam. Pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.’” (QS. Al Fajr: 21-24)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa kelak bumi dan gunung akan dibenturkan dan diratakan, kemudian manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian pada saat itu neraka jahanam akan didatangkan dengan 70.000 tali kekang dan 70.000 malaikat yang menarik di setiap talinya kekangnya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Kemudian manusia akan dibuat ingat oleh Allah Ta’ala dengan amalannya selama di dunia dahulu. Saat itulah semua manusia akan menyesal. Para pendosa akan menyesali maksiat yang telah mereka lakukan. Dan orang yang taat akan menyesal karena kurangnya ketaatan selama di dunia. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 389)

Jika seorang muslim yang berbuat maksiat maupun berbuat ketaatan saja menyesal, tentu orang-orang kafir akan lebih menyesal lagi. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (wahai orang kafir) tentang siksa yang dekat. Pada hari manusia melihat segala hal yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan dahulu aku hanyalah tanah.’” (QS. An-Naba: 40)

Orang kafir pada hari itu berharap seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah, bukan makhluk dan tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi saat dia menyaksikan azab Allah Ta’ala di hadapannya dan dia melihat semua perbuatan kerusakan dan dosa yang telah dicatat oleh para malaikat yang mulia lagi bertakwa. Menurut pendapat lain, sesungguhnya orang kafir itu berandai-andai menjadi tanah karena menyaksikan peradilan Allah Ta’ala saat menghukumi antar hewan terhadap kejadian-kejadian yang telah dilakukan dengan sesama ketika di dunia. Allah Ta’ala memutuskan perkara di antara mereka dengan hukum-Nya yang Mahaadil dan tidak aniaya, sehingga kambing yang tidak bertanduk disuruh membalas terhadap kambing yang bertanduk yang dahulu sewaktu di dunia pernah menanduknya. Apabila peradilan telah dilakukan terhadap mereka, Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu tanah!’ Maka, semuanya kembali menjadi tanah. Dan saat itulah orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan dahulu aku hanyalah tanah’, yaitu menjadi hewan yang akhirnya dikembalikan menjadi tanah. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 314)

Penyesalan terbesar

Di hari kiamat nanti, orang-orang kafir akan sangat menyesali kenapa dahulu selama di dunia tidak mengikuti seruan yang datang padanya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيْهِمُ الْعَذَابُۙ فَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رَبَّنَآ اَخِّرْنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۙ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَۗ اَوَلَمْ تَكُوْنُوْٓا اَقْسَمْتُمْ مِّنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِّنْ زَوَالٍۙ

“Berikanlah (Nabi Muhammad) peringatan kepada manusia tentang hari (ketika) azab datang kepada mereka. Maka, (ketika itu) orang-orang yang zalim berkata, “Ya Tuhan kami, tangguhkanlah (azab) kami (dan kembalikanlah kami ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan,) “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan beralih (dari kehidupan dunia ke akhirat)?” (QS. Ibrahim: 44)

Ath-Thabari rahimahullah mengatakan bahwa orang zalim yang kafir terhadap Rabbnya berarti merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. Mereka memohon agar azabnya ditangguhkan dan memohon supaya Allah Ta’ala memberikan kesempatan agar mereka dikembalikan ke dunia untuk memenuhi seruan-Nya. Seruan yang benar sehingga mereka bisa beriman kepada Allah Ta’ala dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun. Inilah penyesalan terbesar mereka. Kenapa mereka selama di dunia melakukan kesyirikan, yakni tidak menyembah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Mereka juga berjanji akan membenarkan para rasul dan mengikuti apa yang diajarkannya. (Tafsir Ath-Thabari, 17: 35)

Penyesalan di kala itu tinggallah penyesalan. Allah Ta’ala tidak akan mengembalikannya ke dunia lagi. Dahulu Allah Ta’ala telah memberikan waktu yang lama, kesempatan yang sangat banyak, peringatan berulang kali, tetapi mereka tidak mau mengikuti. Kelak saat waktu sudah habis, saat azab di hari kiamat jelas di depan mata, barulah dia sadar, menyesal, dan bertekad untuk beriman, bertauhid yang benar, dan menaati Rasul. Sudah terlambat, kesadaran, penyesalan, dan tekad sekuat apapun itu sudak tak berguna lagi. Waktu telah habis.

Saat ini, Allah Ta’ala belum menutup pintu itu. Masih ada waktu untuk kita. Apakah hati kita terketuk kemudian mau bertekad memperbaiki semua yang telah lalu sebelum penyesalan itu terjadi??

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah dan taufik Nya.

***

Penulis: Apt. Pridiyanto

Artikel: Muslim.or.idBetapa banyak orang yang saat ini sedang menyesali masa lalunya. Menyesali waktu yang telah terbuang dengan sia-sia. Tidak belajar giat semasa kecil, menyesali kebodohannya saat ini. Tidak bekerja keras semasa muda, menyesali kemiskinannya saat ini. Berhura-hura di masa dewasa, menyesali sisa-sisa hari tuanya saat ini. Tidak berbakti kepada orang tua selagi masih hidup, menyesali kini mereka sudah tiada. Tidak mendidik anak dengan sebaik mungkin, menyesali kini anaknya membangkang dan tak tahu agama. Betapa banyak manusia menyesali hari-hari yang sudah terlewati.

Penyesalan di akhirat lebih besar

Seberapa pun besar penyesalan seseorang selama di dunia, tidak lebih besar dari penyesalan ketika di akhirat nanti. Di antara nama dari hari kiamat adalah yaumul hasrah, yang berarti hari penyesalan yang sangat mendalam. Jadi, penyesalan pada hari itu jauh lebih besar dari penyesalan selama di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

“Dan berilah mereka peringatan tentang Yaumul Hasrah, (yaitu) ketika segala perkara telah diputuskan. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39)

Ibnu ‘Asyur menjelaskan Al-Hasrah adalah penyesalan yang sangat besar yang mengantarkan kepada kesedihan yang sangat dalam. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 16: 108, Asy-Syamilah)

Allah Ta’ala berfirman,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا

“(Ingatlah) hari (ketika) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, ‘Seandainya (dahulu) aku mengambil jalan bersama rasul.’” (QS. Al-Furqan: 27)

Orang-orang yang berbuat zalim dengan kesyirikan, kekufuran, dan pendustaannya terhadap Rasul akan sangat menyesal, meratapi, dan sangat bersedih dengan apa yang telah dilakukannya selama di dunia. (Taisir Al-Karimi Ar-Rahman, hal. 581) Apabila orang yang di dunia saat ini sedang menyesal, maka dia akan menggigit jemarinya. Adapun pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa yang digigit bukan hanya jemarinya melainkan tangannya. Ini menunjukkan betapa menyesalnya mereka di hari tersebut.

Semua orang akan menyesal

Di hari kiamat nanti, semua orang akan menyesal. Orang yang baik maupun jahat, suka bermaksiat maupun taat, muslim maupun kafir, semua akan menyesal. Allah Ta’ala berfirman,

كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ   وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

“Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan), dan Tuhanmu datang, dan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam. Pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.’” (QS. Al Fajr: 21-24)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa kelak bumi dan gunung akan dibenturkan dan diratakan, kemudian manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian pada saat itu neraka jahanam akan didatangkan dengan 70.000 tali kekang dan 70.000 malaikat yang menarik di setiap talinya kekangnya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Kemudian manusia akan dibuat ingat oleh Allah Ta’ala dengan amalannya selama di dunia dahulu. Saat itulah semua manusia akan menyesal. Para pendosa akan menyesali maksiat yang telah mereka lakukan. Dan orang yang taat akan menyesal karena kurangnya ketaatan selama di dunia. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 389)

Jika seorang muslim yang berbuat maksiat maupun berbuat ketaatan saja menyesal, tentu orang-orang kafir akan lebih menyesal lagi. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (wahai orang kafir) tentang siksa yang dekat. Pada hari manusia melihat segala hal yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan dahulu aku hanyalah tanah.’” (QS. An-Naba: 40)

Orang kafir pada hari itu berharap seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah, bukan makhluk dan tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi saat dia menyaksikan azab Allah Ta’ala di hadapannya dan dia melihat semua perbuatan kerusakan dan dosa yang telah dicatat oleh para malaikat yang mulia lagi bertakwa. Menurut pendapat lain, sesungguhnya orang kafir itu berandai-andai menjadi tanah karena menyaksikan peradilan Allah Ta’ala saat menghukumi antar hewan terhadap kejadian-kejadian yang telah dilakukan dengan sesama ketika di dunia. Allah Ta’ala memutuskan perkara di antara mereka dengan hukum-Nya yang Mahaadil dan tidak aniaya, sehingga kambing yang tidak bertanduk disuruh membalas terhadap kambing yang bertanduk yang dahulu sewaktu di dunia pernah menanduknya. Apabila peradilan telah dilakukan terhadap mereka, Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu tanah!’ Maka, semuanya kembali menjadi tanah. Dan saat itulah orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan dahulu aku hanyalah tanah’, yaitu menjadi hewan yang akhirnya dikembalikan menjadi tanah. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 314)

Penyesalan terbesar

Di hari kiamat nanti, orang-orang kafir akan sangat menyesali kenapa dahulu selama di dunia tidak mengikuti seruan yang datang padanya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيْهِمُ الْعَذَابُۙ فَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رَبَّنَآ اَخِّرْنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۙ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَۗ اَوَلَمْ تَكُوْنُوْٓا اَقْسَمْتُمْ مِّنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِّنْ زَوَالٍۙ

“Berikanlah (Nabi Muhammad) peringatan kepada manusia tentang hari (ketika) azab datang kepada mereka. Maka, (ketika itu) orang-orang yang zalim berkata, “Ya Tuhan kami, tangguhkanlah (azab) kami (dan kembalikanlah kami ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan,) “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan beralih (dari kehidupan dunia ke akhirat)?” (QS. Ibrahim: 44)

Ath-Thabari rahimahullah mengatakan bahwa orang zalim yang kafir terhadap Rabbnya berarti merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. Mereka memohon agar azabnya ditangguhkan dan memohon supaya Allah Ta’ala memberikan kesempatan agar mereka dikembalikan ke dunia untuk memenuhi seruan-Nya. Seruan yang benar sehingga mereka bisa beriman kepada Allah Ta’ala dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun. Inilah penyesalan terbesar mereka. Kenapa mereka selama di dunia melakukan kesyirikan, yakni tidak menyembah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Mereka juga berjanji akan membenarkan para rasul dan mengikuti apa yang diajarkannya. (Tafsir Ath-Thabari, 17: 35)

Penyesalan di kala itu tinggallah penyesalan. Allah Ta’ala tidak akan mengembalikannya ke dunia lagi. Dahulu Allah Ta’ala telah memberikan waktu yang lama, kesempatan yang sangat banyak, peringatan berulang kali, tetapi mereka tidak mau mengikuti. Kelak saat waktu sudah habis, saat azab di hari kiamat jelas di depan mata, barulah dia sadar, menyesal, dan bertekad untuk beriman, bertauhid yang benar, dan menaati Rasul. Sudah terlambat, kesadaran, penyesalan, dan tekad sekuat apapun itu sudak tak berguna lagi. Waktu telah habis.

Saat ini, Allah Ta’ala belum menutup pintu itu. Masih ada waktu untuk kita. Apakah hati kita terketuk kemudian mau bertekad memperbaiki semua yang telah lalu sebelum penyesalan itu terjadi??

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah dan taufik Nya.

***

Tidak ada komentar