Mewujudkan Negeri Impian

Mewujudkan Negeri Impian 

Gemah ripah loh jinawi, negeri makmur aman sentausa! Itulah harapan yang sering diungkapkan banyak orang. Bahwa segala kebutuhan hidup bisa terpenuhi dengan mudah dan merasa aman dalam menjalani kehidupan.  Ini sebagian potret apa yang disebut dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah istilah yang selalu dicitakan.

Dalam al-Qur’ân al-Karim, Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyematkan predikat Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur itu untuk Negeri Saba’. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb yang Maha Pengampun”. [Saba’/34:15].

Keadaan Negeri Saba’ digambarkan oleh Imam Ibnu Katsîr rahimahullah saat menafsirkan ayat ini, sebagai sebuah negeri yang penduduknya hidup dalam kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka dianugerahi rizki berlimpah dan kehidupan yang aman. Allâh mengutus kepada mereka beberapa rasul, yang menyeru agar memakan rizki yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada mereka dan agar mereka bersyukur kepada-Nya dengan mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya.

Kehidupan sentausa yang mereka rasakan terus berlangsung hingga (waktu) yang dikehendaki Allâh, lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka, sehingga mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang yang meluluh lantakkan negeri[1].


Ahli tafsir di kalangan tabi’in, seperti Qatâdah, dan yang lain menggambarkan betapa subur dan makmur Negeri Saba’ itu ; digambarkan, seorang wanita berjalan di bawah pepohonan dengan memanggul keranjang di atas kepalanya  untuk mewadahi buah-buahan yang berjatuhan, maka keranjang itu penuh tanpa harus susah payah memanjat atau memetiknya.[2]

Air di Negeri Saba’ mengalir dan memancar di mana-mana. Air tersebut, bersumber dari bendungan Ma’arib. Sebuah bendungan besar yang mampu menampung curahan air hujan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua atau tiga tahun musim kemarau.

Imam asy-Syaukâni menyebutkan dari Imam Abdurrahman bin Zaid tentang firman-Nya

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ

(Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka…)   “Sungguh merupakan tanda kekuasan Allâh Subhanahu wa Ta’ala pada kaum Saba’ berupa anugerah yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada mereka di tempat kediaman mereka. Mereka tidak pernah melihat hewan-hewan yang berbahaya seperti nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, ular dan hewan (pengganggu) lainnya. “[3]

Keberkahan inilah yang diberikan Allâh Subhanahu wa Ta’ala  kepada Negeri Saba’. Sebuah negeri yang kaumnya tercatat dalam sejarah, sebagai penduduk yang senantiasa tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala , terbebas dari perbuatan syirik dan zhalim serta selalu mensyukuri nikmat yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan. Sungguh mereka mencintai Allâh Subhanahu wa Ta’ala  dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala mencintai mereka.

Keadaan seperti itu sangat mungkin dapat terwujud di tempat kita. Sebagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [al-A’râf/7:96]

Memang terkadang kita melihat orang yang tidak beriman dan tidak bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla nampak sangat bahagia kehidupannya, penuh canda ria, kekayaannya melimpah dan semua kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan mudah. Namun Allâh Azza wa Jalla mengingatkan kita agar tidak terkecoh. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allâh menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.[at-Taubah/9: 85]

Wallâhu a’lam bish-Shawâb.


Footnote
[1] Lihat Tafsir Ibnu Katsîr, 6/504
[2] Lihat al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 2/193
[3] Lihat Fathu al-Qadîr, 4/454

Tidak ada komentar