MENGINGAT KEMATIAN MEMUTUS PANJANG ANGAN-ANGAN
MENGINGAT KEMATIAN MEMUTUS PANJANG ANGAN-ANGAN
Kita lanjutkan kebersamaan kita dalam mengkaji kitab Riyadush Shaalihiin, Karya Al-Imam Yahya Ibnu Saraf An-Nawawi rahimahullah.
Pada pertemuan sebelumnya telah sampai pada Bab 64 tentang keutamaan seseorang yang diberikan kecukupan oleh Allah سبحانه و تعالى dan ia bersyukur dengan menjadikan kecukupan dan kenikmatan tersebut di jalan menuju Allah سبحانه و تعالى, berlomba dalam setiap kabaikan dan meraih pahala terbaik dari-Nya
Setelah sebelumnya dibahas serangkaian ayat pada surah Al-Lail dimana Allah سبحانه و تعالى menjelaskan hamba-hamba yang kelak akan dimudahkan kebaikan bagi mereka.
Allah سبحانه و تعالى berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
“Siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,”
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
“serta membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (surga),”
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
“maka Kami akan melapangkan baginya jalan kemudahan (kebahagiaan)” (Qs. Al Lail : 5-7)
Para pembaca semuanya di manapun berada, ada beberapa hadits yang dibawakan oleh Imam An Nawawi rahimahullahu ta’ala dalam bab ini, hadits yang dibawakan oleh sahabat Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu anhu dan juga dibawakan oleh Abdullah ibn Umar radhiyallahu anhuma, dan hadits-hadits ini telah disebutkan pada bab sebelum-sebelumnya, Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَحَسَدَ إِلاَ فِي اثْنَتَيْنِ
“tidak ada iri yang dibenarkan, (yang dibolehkan) kecuali pada dua perkara”
Tidak boleh kita iri, tidak boleh hasad kecuali kepada dua, bagaimana bentuk iri yang dibenarkan dan dibolehkan itu? Allah سبحانه و تعالى mewahyukan kepada Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menjelaskan:
رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ
“iri kepada seseorang yang telah dianugrahi oleh Allah harta, namun ia habiskan hartanya itu di jalan kebenaran agama Allah سبحانه و تعالى”
Jadi seseorang yang punya kekayaan hanya mampir saja tidak untuk memperkaya dirinya, kekayaan itu diinfaqkannya di jalan kebenaran agama Allah, maka boleh seseorang itu iri kepada orang seperti ini.
Kemudian yang kedua,
وَ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمةَ فَهُوَ يَقْضِى ِبهَا وَيُعَلِمُهَا
“Seseorang yang dianugrahi oleh Allah سبحانه و تعالى hikmah ilmu, dan dia beramal dengannya berhukum dengannya memutuskan segala sesuatu dengan ilmu tersebut dan dia mengajarkannya”
Maka kita boleh iri dengan orang tersebut.
Kemudian Imam An Nawawi rahimahullahu ta’ala membawakan hadits yang terakhir di Bab ini (Bab 64), hadistsyang dibawakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala anhu, disebutkan bahwa kaum fuqara dari kalangan muhajirin pernah mendatangi Rasulullah ﷺ dan mereka berkata kepada beliau:
“Wahai Rasulullah ﷺ orang-orang yang memiliki harta yang banyak, bukan seperti kami, mereka telah menggapai derajat-derajat yang tinggi dan peluang mereka mendapatkan kenikmatan abadi di surga lebih besar”
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya “Maukah kalian aku ajarkan sesuatu, yang kalau kalian amalkan maka kalian dapat mencapai derajat seperti yang pernah dicapai oleh orang-orang sebelum kalian, oleh orang-orang yang telah mendahului derajat tersebut, bahkan kalian juga bisa mendahului orang-orang yang belum melakukannya, dan tidak akan ada orang yang menjadi lebih baik dari kalian kecuali kalau mereka melakukan seperti yang kalian lakukan”.
Post a Comment