Dampak Dosa Dan Maksiat

Dampak Dosa Dan Maksiat

Dampak Dosa Dan Maksiat A. Mudharat Yang Ditimbulkan Oleh Dosa Dan Maksiat Merupakan perkara yang wajib diketahui oleh setiap muslim, bahwa dosa dan maksiat memiliki dampak yang merugikan. Bahaya maksiat bagi hati laksana bahaya racun bagi tubuh, yaitu memiliki tingkatan yang beragam. Disamping maksiat adalah kehinaan didunia dan di akherat. 1. Bukankah karena dosa dan maksiat ayah dan ibu kita, yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam dan istrinya hawa diusir dari surga yang penuh kenikmatan menuju tempat yang penuh penderitaan, kesedihan, dan musibah (bumi)? 2. Bukankah karena dosa Iblis terusir dari kerajaan langit, menjadi makhluk yang terlaknat? Kedekatan Iblis dengan Allah menjadi jauh; rahmat menjadi laknat; keindahan menjadi keburukan; surga menjadi neraka yang berkobar-kobar; iman menjadi kekufuran. Sehingga jadilah Iblis lambang kejahatan bagi kefasikan dan kekufuran, yang sebelumnya menjadi ahli ibadah dan hamba yang mulia. 3. Bukankah dosa yang menyebabkan tenggelamnya penduduk bumi, hingga air menutupi puncak-puncak gunung? 4. Bukankah karena dosa dan maksiat sehingga Allah mengirimkan angin kepada kaum ‘Ad, hingga mayat-mayat mereka bergelimpangan dimuka bumi laksana pohon kurma yang lapuk? 5. Bukankah dosa sebab Allah mengirimkan suara yang menggelegar kepada kaum Tsamud, hingga memangkas habis dan membinasakan mereka? 6. Bukankah karena dosa dan maksiat sehingga Allah membolak-balikan desa kaum Luth ‘alaihissalam dari atas menjadi bawahnya, kemudian Allah menghujani mereka dengan batu-batu meteor dari langit. Sengguh adzab mengerikan yang belum pernah dijatuhkan kepada umat-umat sebelumnya. 7. Bukankah karena dosa Allah mengutus awan laksana naungan yang berlapis-lapis kepada kaum Syu’aib ‘alaihissalam, hingga tatkala sudah sampai dikepala mereka turunlah hujan api yang menyala-nyala? 8. Bukankah dosa yang menyebabkan Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya kedalam lautan? Sedangkan arwah mereka dineraka Jahannam. Jasad mereka tenggelam namun nyawa mereka terbakar. 9. Bukankah dosa yang menyebabkan Qarun tenggelam dengan istana dan hartanya? 10. Dosa juga yang menyebabkan Bani Israil ditimpa dengan berbagai macam hukuman? Terkadang dengan pembunuhan, perbudakan, hancurnya negeri, munculnya para raja dzalim yang memerangi mereka, dilaknatnya mereka menjadi kera dan babi, sampai akhirnya Rabb Ta’ala bersumpah,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذابِ
“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya...” (Al-A’raf: 167) Itu semua adalah akibat dari dosa yang mereka lakukan. Hendaklah peristiwa yang telah berlalu cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang setelahnya. Karena orang yang baik adalah yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan bukan menjadi pelajaran yang jelek bagi generasi setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa sebab dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-‘Ankabut: 40) 11. Maksiat juga penyebab umat ini akan diadzab oleh Allah. Disebutkan dalam Musnad ahmad(1), dari Ummu Salamah ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Jika tampak jelas berbagai macam kemaksiatan pada umatku, maka Allah akan menyamaratakan adzab disisi-Nya kepada mereka semua.” Kemudian aku (Ummu Salamah) berkata, ‘Bukankah ada orang-orang shaleh diantara mereka?’ Beliau menjelaskan, “Mereka juga ditimpa bencana saat itu seperti halnya yang lain, tetapi mereka akan mendapatkan ampunan dan keridho’an dari Allah.” 12. Maksiat dan dosa adalah faktor berkuasanya musuh-musuh Islam atas kaum muslimin. Dari tsauban radhiyallahu’anhu, ia mengatakan,
«يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا» ، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ» ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ»
“Hampir-hampir umat-umat lain akan menyerang kalian dari berbagai penjuru, sebagai mana orang-orang yang kelaparan meyerbu piring besar yang berisi makanan.” Kami bertanya, ‘Apakah karena jumlah kita yang sedikit keryika itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjwab, “Pada waktu itu, jumlah kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang diterpa air bah. Rasa gentar telah dicabut dari musuh-musuh kalian dan hati kalian ditimpa wahn.” Para shahabat bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan wahn?’ Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan benci mati.”(2) 13. Ghibah dan menodai kehormatan seorang muslim adalah sebab datangnya adzab. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Ketika dinaikkan kelangit dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, aku melewewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakari muka dan dada mereka sendiri dengan kuku tersebut.” Lalu, aku bertanya, “Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan menodai kehormatan mereka.”(3) 14. Empat maksiat yang membinasakan dan ditakutkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara yang aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menjumpainya. * Tidaklah tampak suatu perbuatan keji (zina) dalam suatu kaum, sampai-sampai mereka melakukannya secara terang-terangan, melainkan mereka akan ditimpa suatu cobaan dengan berbagai wabah tha’un dan penyakit yang belum pernah dialami oleh umat-umat sebelum mereka. * Tidaklah suatu kaum mengurangi suatu takaran atau timbangan, melainkan mereka akan ditimpa kecelakaan berupa kekeringan selama bertahun-tahun, paceklik, dan penguasa yang zalim. * Tidaklah suatu kaum menolak membayar harta zakat yang mereka miliki, melainkan akan ditahan curah hujan dari langit; sekiranya bukan karena binatang ternak, niscaya tidak akan turun hujan kepada mereka. * Tidaklah suatu kaum melanggar janji, melainkan Allah akan menjadikan musuh, yang bukan dari golongan mereka, lantas musuh-musuh itu mengambil sebagian (harta) yang ada pada mereka. * Tidaklah para pemimpin mereka mengabaikan apa yang Allah turunkan dalam kitab-Nya, melainkan Allah akan memjadikan mereka saling bermusuhan.”(4) 15. Kikir, terlena dengan dunia dan meninggalkan jihad adalah sebab kehinaan. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
«إِذَا ضَنَّ النَّاسُ بِالدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ وَتَبَايَعُوا بِالْعِينَةِ وَاتَّبَعُوا أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَتَرَكُوا الْجِهَادَ، بَعَثَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ذُلًّا، ثُمَّ لَا يَنْزِعُهُ عَنْهُمْ، حَتَّى يُرَاجِعُوا دِينَهُمْ»
“Jika manusia telah kikir dengan dinar dan dirhamnya, berjual beli dengan ‘inah, mengikuti ekor-ekor sapi, serta meninggalkan jihad fii sabiilillaaah, maka Allah akan menurunkan bencana kepada mereka. Bencana tersebut tidak akan dihilangkan-Nya hingga manusia kembali kepada agama mereka.”(5) 16. Riba’, pembunuhan, dan homoseksual adalah sebab datangnya adzab. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“..Tidaklah riba tampak pada suatu kaum, melainkan Allah akan menjadikan mereka dikuasai kegilaan. Tidaklah pembunuhan tampak pada suatu kaum, sebagian mereka membunuh sebagian yang lain, melainkan Allah akan memberikan kekuasaan kepada musuh mereka. Tidaklah perbuatan kaum Luth tampak pada suatu kaum, melainkan tanah longsor tampak pada mereka..”(6) 17. Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab turunnya adzab. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Sesungguhnya manusia jika melihat orang zhalim lantas ia tidak mencegahnya (dalam lafadz lain disebutkan: Jika mereka melihat kemungkaran lantas tidak mengubahnya), maka hampir-hampir Allah menimpakan adzab secara menyeluruh dari sisi-Nya kepada mereka.”(7) 18. Berdakwah kepada kebaikan namun tidak mengamalkannya juga merupakan faktor turunnya adzab dari Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Ada seseorang didatangkan pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke neraka. Ususnya terurai, lantas ia berputar seperti keledai yang berputar pada batu penggiling gandum. Para penghuni neraka pun berkumpul disekitarnya, kemudian bertanya, “Wahai Fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu menyuruh kami berbuat baik dan mencegah kami dari berbuat munkar?” maka ia menjawab, ‘Dahulu aku menyuruh kalian berbuat baik, namun aku tidak mengamalkannya. Aku pun mencegah kalian dari kemungkaran, namun aku melakukannya.”(8) 19. Meremehkan dosa-dosa kecil adalah sebab kebinasaan. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Berhati-hatilah kalian dari meremehkan dosa, sesungguhnya dosa itu bisa bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang hingga membinasakannya.”(9) 20. Bahkan berbuat sewenang-wenang kepada binatang pun bisa menyebabkan datangnya adzab. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
«عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا، إِذْ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ»
“Seorang wanita diadzab karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati. Wanita itu masuk neraka karena tidak memberi makan dan minum kepada kucing tersebut, serta tidak pla melepaskannya, agar hewan tersebut dapat memakan serangga tanah.”(10) B. Dampak-dampak Buruk Maksiat Maksiat mempunyai dampak yang amat buruk serta membahayakan bagi hati dan badan, baik di dunia maupun di akherat. Dan tidak ada yang mengetahui kadar jumlahnya kecuali hanya Allah semata. Diantara dampak-dampaknya antara lain: 1. Dosa menghalangi seorang dari memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu merupakan cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan pada hati seseorang, sedangkan maksiat yang akan meredupkan cahaya tersebut. Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan gurunya, Al-Imam Malik rahimahullah, sang guru melihat kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i rahimahullah. Maka ia berpesan kepadanya: “Sungguh, aku memandang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meletakkan pada hatimu cahaya, maka janganlah kau padamkan dengan gelapnya kemaksiatan.” Imam Asy-Syafi’i juga berkata dalam sya’irnya:
شَكَوْتُ إِلَى وكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ * فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيْ وَقَالَ إِعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ * وَفَضْلُ اللَّهِ لاَ يُؤْتَاهُ عَاصٍ
Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku dia menasehatiku agar aku meninggalkan maksiat diapun berkata, ‘ketahuilah sesungguhnya ilmu itu karunia dan karunia Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.(11) 2. Maksiat menyebabkan seorang terhalang dari rizki. Sebagaimana sebaliknya yaitu takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendatangkan rizki. Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..” (At-Thalaq: 2-3) 3. Adanya kegersangan pada hati orang yang berbuat maksiat dan kesenjangan antara dia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu tidaklah dirasakan kecuali oleh orang yang hatinya masih hidup, sebagaimana disebutkan dalam sebuah sya’ir:
وَمَا لِجُرْحٍ بِمَيِّتٍ إِيلَامٌ
Luka tidak akan menyakitkan orang yang sudah mati. Berkata seorang yang bijak:
إِذَا كُنْتَ قَدْ أَوْحَشَتْكَ الذُّنُوبُ ... فَدَعْهَا إِذَا شِئْتَ وَاسْتَأْنِسِ
Apabila engkau sudah merasa hampa karena dosa Maka tinggalkanlah ia, jika kamu mau, dan raihlah kebahagiaan. 4. Disulitkan segala urusannya Para pelaku maksiat, tidaklah ia menghadapi suatu urusan, malainkan ia akan menghadapi berbagai macam kesulitan dan kebuntuan. Allah berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124) Seandainya ia bertaqwa pastilah segala urusannya akan dipermudah. Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً
“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4) 5. Maksiat menyebabkan kegelapan di hati pelakunya Pelaku kemaksiatan akan merasakan kegelapan di hatinya sebagaimana gelapnya malam yang sudah larut. Hal itu dikarenakan ketaatan adalah cahaya, sementara maksiat adalah kegelapan. Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu, “Sesungguhnya kebaikan mempunyai sinar di wajah, cahaya di hati, kelapangan dalam rizki, kekuatan pada tubuh, serta mendapatkan kecintaan di hati para makhluk. Sesungguhnya kejelekan memiliki tanda hitam diwajah, kegelapan di hati, kelemahan pada tubuh, kekurangan pada rizki, serta kebencian di hati para makhluk.” 6. Maksiat menghalangi seseorang untuk melakukan ketaatan Banyak sekali ketaatan terlewatkan karena perbuatan maksiat, padahal suatu ketaatan itu lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Hal ini ibarat seseorang yang menyantap suatu hidangan kemudian ia menjadi sakit berkepanjangan sehingga ia tidak bisa lagi menikmati berbagai macam hidangan yang lainnya yang bisa jadi lebih enak dari pada hidangan tadi. Wallahul Musta’an. 7. Maksiat akan menghilangkan keberkahan umur seseorang Oleh karena itu Allah berfirman tentang para pelaku dosa dan maksiat tentang bagaimana penyesalan mereka di akherat kelak,
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَياتِي “.
Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal sholeh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24) Apabila seseorang tidak memiliki visi unuk beramal demi kemaslahatan dunia dan akheratnya, maka ia akan binasa dan umurnya terbuang sia-sia. 8. Maksiat akan melahirkan kemaksiatan yang lain Kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang lainnya hingga pelakunya merasa sulit untuk meninggalkan dan berlepas diri dari maksiat tersebut. Sebagian salaf mengatakan, “Hukuman dari keburukan adalah keburukan yang setelahnya, sedangkan ganjaran dari kebaikan adalah munculnya kebaikan setelahnya. Jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka kebaikan lain akan berkata kepadanya: ‘amalkan aku juga.’ Apabila ia mengamalkannya, maka kebaikan yang lain akan mengatakan seperti itu juga, demikian seterusnya. Hingga, berlipat gandalah keuntungan dan bertambahlah kebaikan. Demikian pula dengan maksiat. Hal itu akan terus berlangsung hingga ketaatan atau kemaksiatan menjadi suatu karakter yang tetap dan melekat pada diri seseorang. 9. Maksiat menyebabkan hati tidak lagi menganggap sesuatu yang jelek sebagai keburukan. Seorang yang berlumuran dengan perbuatan maksiat, maka ia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia yang menganggap dirinya buruk, ataupun komentar jelek mereka terhadapnya. Bahkan sebagian mereka malah berbangga dan tidak malu lagi menceritakan maksiat yang mereka kerjakan. Manusia seperti ini adalah manusia yang tidak di maafkan. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا المُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku dimaafkan kecuali Al-Mujahirun(12). Termasuk sikap menampakkan maksiat adalah Allah telah menutupi (maksiat) yang ada pada hambanya (di malam hari), kemudian di pagi harinya ia menampakkannya dan mengatakan, ‘Wahai Fulan, pada hari ini dan itu aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.’ Ia membongkar kejelekan dirinya sendiri, padahal pada malam hari Rabbnya telah menutupinya.”(13) Berkata Abdullah bin Mas’ud, “sesungguhnya seorang mu’min melihat dosa-dosanya seolah-olah ia sedang berada di kaki gunung; ia takut kalau gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, ia pun mengibasnya, sehingga pergilah lalat tersebut.”(14) 10. Maksiat akan menyebabkan kesialan. Diantara dampak kemaksiatan adalah kesialan, baik yang menimpa diri seorang yang berbuat maksiat ataupun akan berdampak kepada makhluk yang lain. Berkata Abu Hurairah,
إِنَّ الْحُبَارَى لَتَمُوتَ فِي وَكْرِهَا مِنْ ظُلْمِ الظَّالِمِ
“Sungguh burung Hubara (yang panjang lehernya) bisa mati dalam sarangnya disebabkan kezaliman orang yang zalim.”(15) Oleh karena itu berkata sebagian salaf, “Sesungguhnya apabila aku berbuat maksiat, maka aku mendapatkan kesialan dalam kendaraanku dan sikap istriku.” 11. Maksiat mewariskan kehinaan Kemaksiatan itu mewariskan kehinaan, dikarenakan kemuliaan hanyalah di dapat dengan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semua...” (Fathir: 10) Artinya carilah kemuliaan dengan mentaati Allah. Sebab, seseorang tidak akan mendapatkan kemuliaan melainkan dengan ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
“Dijadikan kehinaan dan kerendahan atas orang yang meyelisihi perintahku.”(16) Oleh karena itu sebagian salaf berdo’a:
اللَّهُمَّ أَعِزَّنِي بِطَاعَتِكَ وَلَا تُذِلَّنِي بِمَعْصِيَتِكَ
“Ya Allah muliakanlah aku dengan mentaati-Mu dan janganlah hinakan aku dengan mendurhakai-Mu.”(17) Berkata Abdullah bin Al-Mubarak:
أَيْتُ الذُّنُوبَ تُمِيتُ الْقُلُوبَ ... وَقَدْ يُورِثُ الذُّلَّ إِدْمَانُهَا وَتَرْكُ الذُّنُوبِ حَيَاةُ الْقُلُوبِ ... وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا
Aku melihat bahwa dosa itu mematikan hati Dan kecanduan dengannya mewariskan kehinaan Sedangkan meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati Maka lebih baik bagimu untuk meninggalkan maksiat. 12. Kemaksiatan akan mematikan hati Diantara dampak buruk maksiat adalah pelakunya akan mati hatinya dan terkunci hatinya, akhirnya ia menjadi orang yang lalai dan tidak mau menerima kebenaran. Allah berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sesungguhnya apa yang mereka selalu usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifun: 14) Berkata Al-Hasan Al-Bashri, “Itu adalah dosa diatas dosa hingga membutakan hati.”(18) Apabila telah bertumpuk kemaksiatan, maka hati pun akan berkarat, semakin lama karat tersebut bertambah sehingga akan membuat hati menjadi tertutup. Sehingga ia akan jauh dari petunjuk dan menjadi bulan-bulanan bagi musuh. 13. Maksiat adalah sebab datangnya berbagai macam kerusakan di muka bumi Maksiat itu berdampak pada kerusakan di muka bumi, baik di udara, air, pertanian, buah-buhan, maupun tempat tinggal. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41) Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi. Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala).”(19) Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS asy-Syuura:30). Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…”(20) Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS al-A’raaf: 96). Artinya: Kalau saja mereka beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar dan dibuktikan dengan amalan shaleh, serta merealisasikan ketakwaan kepada Allah lahir dan batin dengan meninggalkan semua larangan-Nya, maka niscaya Allah akan membukakan bagi mereka (pintu-pintu) keberkahan di langit dan bumi, dengan menurunkan hujan deras (yang bermanfaat), dan menumbuhkan tanam-tanaman untuk kehidupan mereka dan hewan-hewan (ternak) mereka, (mereka hidup) dalam kebahagiaan dan rezki yang berlimpah, tanpa ada kepayahan, keletihan maupun penderitaan, akan tetapi mereka tidak beriman dan bertakwa maka Allah menyiksa mereka karena perbuatan (maksiat) mereka”(21) 14. Maksiat menghilangkan rasa malu Di antara dampak maksiat adalah menghilangkan malu yang merupakan sumber kehidupan hati dan inti dari segala kebaikan. Hilangnya rasa malu, berarti hilangnya seluruh kebaikan. Ini sebagaimana sabda Nabi
اَلْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ
“Rasa malu seluruhnya adalah kebaikan”(22) Oleh karena itu, seseorang yang bermaksiat dan terus menerus melakukannya, dikatakan sebagai orang yang tidak tahu malu. Nabi bersabda
«إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسَ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ»
“Sesungguhnya termasuk yang pertama diketahui manusia dari ucapan kenabian adalah jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu!”(23) Maksudnya, dosa-dosa akan melemahkan rasa malu seorang hamba, bahkan bisa menghilangkannya secara keseluruhan. Akibatnya, pelakunya tidak lagi terpengaruh atau merasa risih saat banyak orang mengetahui kondisi dan perilakunya yang buruk. Lebih parah lagi, banyak di antara mereka yang menceritakan keburukannya. Semua ini disebabkan hilangnya rasa malu. Jika seseorang sudah sampai pada kondisi tersebut, tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya. Diringkas dari Kitab Ad-Daa’ Wad Dawaa’ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Tidak ada komentar