Hati yang labil

Hati yang labil

Jangan Labil, Sabar Hadapi Ujian

Nikmat dari Allah senantiasa tercurah kepada seorang hamba, maka hendaknya disyukuri. Syukur tersebut dibangun dengan dua pondasi; pengakuan dengan hati dan melafalkannya dengan ucapan. Ketika ditimpa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa cobaan maka ia wajib bersabar.

Allah SWT berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200) Sabar itu adalah yang mempertajam misi, dan yang mendekatkan jalan ke surga, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Al-Zumar: 10)

Sesungguhnya sabar itu adalah sabar mengatakan kebenaran, melakukan kebenaran, menahan penderitaan—karena keteguhanmu dengan semua itu—di jalan Allah; sabar tidak membuat kamu berpaling, lemah dan lunak.

Sesungguhnya sabar itu adalah sabar atas bencana, sabar dengan qadha’ (keputusan Allah), yang membuat kita semakin teguh, tidak membuat kaum muslimin labil; semakin membuat kita berpegang teguh pada al-Qur’an, tidak membuat kita berpaling darinya dengan dalih beratnya musibah yang menimpa kita.

Sabar adalah sesuatu yang membuat seseorang bertambah dekat dengan Tuhannya, tidak membuat seseorang semakin jauh dari Tuhannya. “Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim’.” (TQS. Al-Anbiyā’ [21] : 87).

Seperti kesabaran generasi pertama yang cemerlang dan diberkati, yaitu para sahabat Rasulullah saw, yang jujur dan terpercaya; seperti kesabaran para sahabat yang menyaksikan perjanjian, mereka yang diboikot di bukit, mereka yang hijrah ke Habasyi, dan mereka yang dikejar-kejar karena mereka berkata “Allah Tuhan Kami”.

Allah SWT berfirman,

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41)

Ayat ini sekaligus menunjukkan sikap yang seharusnya dalam menyikapi semua bentuk fasad, yaitu kembali ke jalan yang benar. Bagi pembuat fasad sikap itu adalah dengan menghentikan perbuatan fasad itu.

Tidak ada komentar