Keutamaan Menjadi Penyeru Kebaikan

Keutamaan Menjadi Penyeru Kebaikan 

Dakwah untuk menyeru manusia kepada Allâh Azza wa Jalla termasuk amal ketaatan yang paling agung dan ibadah paling afdhal  yang dilakukan seorang hamba kepada Rabbnya Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

Sesungguhnya Allâh , malaikat dan para penghuni langit dan bumi, sampai seekor semut dan ikan di laut mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. [HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani]

Maka, barang siapa menyeru manusia kepada Allâh Azza wa Jalla , mengajarkan manusia apa yang bermanfaat dalam agama mereka, ia pun berhak masuk dalam doa tersebut. Karena ia memberi mereka petunjuk kebaikan dan menuntun mereka kepadanya, serta menjelaskan kepada mereka jalan hidayah dan jalan yang lurus.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya. [HR. Muslim]

Dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

 مَنْ دَعَا إِلَى هُدَى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يُنْقَصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا

Barang siapa mengajak kepada hidayah, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. [HR. Muslim]

Bila demikian kedudukan dakwah untuk menyeru manusia kepada Allâh Azza wa Jalla,  dan pahala yang ditentukan dari menempuh jalan dakwah tersebut, maka seyogyanya seorang Muslim (dan Muslimah) untuk berusaha dengan sungguh-sungguh menjadi salah seorang penyeru dakwah yang kelak akan tampak pengaruhnya pada diri mereka dan masyarakat sosial mereka.

Berdasarkan urgensi tinggi ini, penulis ingin menyampaikan beberapa pesan kepada saudara-saudaraku, orang-orang yang menyeru manusia kepada Allâh Azza wa Jalla yang saya berharap mereka mendapatkan manfaat darinya:

Saling bekerja sama dalam dakwah dan saling mendukung di antara mereka serta berusaha dengan serius untuk menyatukan kaum Muslimin dan mempersatukan mereka di atas Kitabullah dan Sunnah Shahihah dengan dasar pemahaman generasi terdahulu umat Islam, dalam mengamalkan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai [Ali Imran/3:103]

dan Firman Allâh Azza wa Jalla :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu [Al Hujurât/49:10]

Sesungguhnya keadaan manusia tidak teratur dan tidak menjadi lurus kecuali dengan bersatu dan saling menjalin keakraban di antara mereka.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendeskripsikan makna ini dalam potret yang amat menarik:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ

Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mencintai, menyayangi dan saling peduli bagaikan satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh darinya mengeluhkan sesuatu (penderitaan), maka seluruh tubuh akan mengundang untuk demam dan begadang  karenanya. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]


Kewajiban mereka untuk mewaspadai hal-hal yang berpotensi menimbulkan perpecahan dan silang-pendapat, seperti sifat hasad, zhalim dan prasangka buruk, atau berkompetisi untuk meraih jabatan, popularitas dan lain-lain yang dapat memalingkan dari ikhlas dan menjauhkan dirinya dari taufik Allâh. Akibatnya, seorang dai berjalan dengan penuh kebanggaan diri, lupa diri  dan merasa tinggi di atas yang lainnya, dengan menyangka dirinya termasuk orang-orang yang ikhlas, padahal ia amat jauh dari ikhlas. Semoga Allâh  memaafkan dan menyelamatkan kita darinya.

Bersabar menghadapi segala respon negatif dari orang lain dalam jalan dakwah, seperti ejekan, olokan, dan tuduhan yang batil, atau kekuatan yang minim, musuh  yang berkuasa, orang-orang dengki, kezhaliman, dakwah tidak diterima, diusir dari kampung halaman dan lain-lain yang kadang dihadapi oleh para penyeru kebenaran dan orang-orang yang tergerak untuk memperbaiki keadaan saat menyebarkan dakwah mereka.

Sungguh, Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengalami gangguan dan rintangan, dipukul, dicekik, dan dilemparkan jeroan onta ke punggung Beliau. Beliau juga dituduh sebagai orang gila, pendusta, tukang sihir, penyair atau dukun. Beliau pun diusir dari negeri sendiri, dilempari bebatuan hingga darah mengucur dari dua tumit Beliau yang mulia.  Beliau diembargo di lembah Bani Hasyim sehingga sempat Beliau dan para Sahabat terpaksa memakan dedaunan. Paman Beliau, Hamzah terbunuh, begitu juga para Sahabat juga terbunuh di depan mata Beliau.

Lalu Beliau pun harus menghadapi fitnah dari kaum Munafiqin yang menuduh istri Beliau  yang tercinta dengan perbuatan serong. Masih banyak ujian, gangguan dan rintangan yang tidak akan mampu diemban gunung-gunung kokoh yang menjulang tinggi, namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabar dan selalu mengharap pahala dari Rabbnya.

Maka, pada diri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam  ada keteladanan yang baik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah  ada pada (diri) Rasûlullâh  itu ada suri teladan yang bagi kalian (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allâh  dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut  Allâh  [Al-Ahzab/33:21]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allâh , dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allâh  menyukai orang-orang yang sabar. [Ali Imran/3:146]

Allâh  Azza wa Jalla berfirman untuk mengabarkan wasiat Luqman kepada putranya:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan mencegah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allâh ) [Luqman/31:17]


Ia berpesan untuk bersabar setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebab orang yang memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran mesti akan menghadapi gangguan atau hal-hal lain yang tidak mengenakkan. Maka, ia perlu melatih diri untuk menahan diri dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.

Membekali diri dengan ilmu syar’i, terutama yang berhubungan dengan ilmu tentang aqidah yang benar yang berlandaskan Al-Qur`an dan Hadits, serta manhaj Salafus Shalih rahimahumullah dan mencoba mencari tahu syubhat-syubhat yang ada dan menganalisa bagaimana cara mematahkan dan menjawabnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allâh  dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allâh  dan aku tiada termasuk orang-orang yang musryik”. [Yûsuf/12:108])

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Mencari ilmu wajib atas setiap Muslim. [HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih]

Orang yang jahil tidak mungkin memahami agamanya dan kemudian mendakwahkannya kepada orang lain, atau membelanya dan mematahkan  takwil-takwil orang-orang bodoh, syubhat-syubhat pembawa kebatilan dan orang-orang yang punya kepentingan-kepentingan tertentu.

Maka, sudah menjadi kewajiban untuk menyebarkan ilmu di masjid-masjid, islamic center, dan kumpulan orang-orang banyak dan di setiap tempat.

Sebagaimana menjadi kewajiban para pemuda untuk dekat dengan para Ulama yang terpercaya yang dikenal memiliki ilmu yang melimpah, ketakwaan dan sifat wara’, lalu mereka mengambil petunjuk dari para Ulama tersebut, menjalankan apa yang mereka arahkan, sehingga amal perbuatan mereka (para pemuda itu) sesuai dengan syariat Allâh Azza wa Jalla , bukan asal sejalan dengan keinginan dan semangat mereka.

Akhirnya, penulis ingin menyampaikan bahwa agama ini agama yang akan selalu terjaga dengan pemeliharaan dari Allâh Azza wa Jalla . Dengan kekokohannya, pemikiran-pemikiran para penyimpang berguguran sepanjang masa.

Agama ini merupakan ruh bagi kehidupan dan kehidupan bagi ruh kita, cahaya bagi jalan kita dan jalan yang bercahaya. Kewajibanmu tiada lain, engkau berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki diri dan memperbaiki orang-orang yang ada di sekitarmu, dan menyampaikan agama Allâh  sebagaimana yang dikehendaki Allâh , berkomitmen dengan ajaran-ajaran-Nya, berpedoman dengan hidayah-Nya dan menjauhi maksiat dengan seluruh jenisnya .

Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua dan menjadikan kita orang-orang yang disibukkan dengan amal ketaatan kepada-Nya, membela agama-Nya, mengikuti sunnah Nabi-Nya dan membela sunnah Beliau di seluruh kesempatan.


Footnote
[1]  Dosen di Universitas Islam Madinah.

Tidak ada komentar