Pertanyaan Tidak Harus Selalu Dijawab
80. "Barangsiapa yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan menceritakan segala sesuatu yang telah dilihat(mata hatinya), dan menyebut segala apa yang ia ingat [ketahui], maka ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu.''
- Syarah
Menjawab segala pertanyaan yang berhubungan ilmu bathin yang dituangkan oleh Allah ke dalam hati orang arifin, menunjukkan adanya kebodohan, demikian pula jika menceritakan segala yang dilihat, sebab semua itu berupa rahasia Allah yang diberikan kepada seorang hamba-Nya, maka jika diterangkan kepada bukan ahlinya, hanya akan menjadikan bahan ejekan dan pendustaan belaka. Karena itu yang menerangkan [menceritakan] termasuk orang yang bodoh.
Allah berfirman : Wamaa-utii-tum minal-‘ilmi illa qolii laa.(dan tidak aku berikan ilmu kepadamu, kecuali hanya sedikit).
Para ulama’ sufi/Thoriqoh mengatakan: Hati orang merdeka itu kuburan dari Sir (rahasia ketuhanan). Dan Sir itu amanat dari Allah kepada hamba tersebut, barang siapa menerangkan Sir itu berarti dia khiyanat. Jadi semua yang diketahui tidak boleh diterangkan kecuali dengan isyarat.
Rosululloh bersabda : “ Sebagian dari ilmu itu ada yang sifatnya seperti barang simpanan, tidak ada yang tahu kecuali ulama’ billah, dan apabila dia menerangkan (menjelaskan ilmu Sir) orang-orang akan ingkar”.
Sayyid ali bin Husain bin Ali ra. berkata: Hai saudaraku, banyak ilmu yang seperti mutiara,berlian, yang seumpama aku terangkan, maka aku akan dituduh sebagai seorang musyrik, dan orang islam menganggap halal darahku, mereka (muslimin) menganggap perkara jelek yang di kerjakan itu sebagai kebaikan, sungguh! Mutiaranya ilmu itu tetap aku simpan supaya orang-orang bodoh tidak tahu, dan menjadikan fitnah.
Abu Hurairoh berkata: Aku hafal ilmu dari Rosululloh dua karung, yang satu karung aku sebarkan kemasyarakat(umat), yang sekarung seumpama aku terangkan, kamu semua pasti akan memenggal leherku.
Dan sebab mengucapkan /menerangkan bagian ilmu Sir, Syeih Husain Al-Hallaj, dibunuh pemerintah pada masanya, sebab Al-Hallaj mengatakan : Maafil-jubbati illa-lloh.(dijubah ini tidak ada lain kecuali Allah). Itu semua karena mereka melihat Allah pada semua yang wujud, yakni mereka melihat Allah-lah yang mewujudkan, mengatur dan menguasai semua yang wujud itu. Keterangan seperti ini adalah puncak dari yang bisa diterangkan. Sedang hakikatnya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, kecuali hanya bisa dirasakan.
Post a Comment