Manusia akan menempuh dua bentuk kehidupan, yakni kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat singkat atau pendek karena memang arti dunia adalah singkat dan pendek. Ketika kita mendengar ada seorang tua yang berkata bahwa rasanya baru kemarin saja dia hidup, ternyata sekarang umurnya sudah memasuki 60 tahun. Jika kita lihat hal seperti itu, tampaknya dunia bukan saja singkat dan pendek, tetapi rasanya juga sangat singkat dan pendek dan itulah yang kita sebut dengan dunia.
Kehidupan kedua yang akan dimasuki oleh manusia adalah kehidupan akhirat. Arti akhirat ialah panjang dan memang kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sangat panjang. Dalam menjelaskan hal ini, kita menemukan adanya perbedaan dalam Alquran, yakni ada yang menyebut bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan 10.000 tahun hidup di akhirat. Ada juga mengatakan bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan 50.000 tahun hidup di akhirat. Apakah berarti Alquran tidak konsisten mengenai hal ini?
Jawabannya adalah bukan Alquran tidak konsisten mengenai hal itu, tetapi perbedaan tersebut menegaskan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang masanya sangat panjang, tetapi tidak bermakna abadi dan tanpa kesudahan.
Berkaitan dengan dua bentuk kehidupan di atas, pertanyaan yang muncul adalah kenapa Allah menghidupkan manusia di dunia terlebih dahulu? Tampaknya Allah memberikan kepada manusia sebuah pilihan untuk menentukan posisinya di akhirat kelak. Manusia yang menginginkan surga, maka ia harus memilih jalan surga, sedangkan manusia yang memilih neraka maka dipersilakan untuk mengambil jalan neraka. Posisi manusia di akhirat kelak adalah pilihan manusia itu sendiri ketika hidup di dunia.
Lalu, apa sebenarnya kematian? Mati adalah kesempurnaan. Jika manusia ingin sempurna, maka harus melewati pintu gerbang yang bernama kematian dan setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Jadi mati ataupun wafat adalah jalan menuju kepada kesempurnaan. Entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya.
Setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan, sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Manusia tidak akan pernah mengerti hakikat kehidupan jika ia tidak mau mengingat arti dan hakikat kematian. Allah berfirman,“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati” (QS Ali-Imran 185). Berdasarkan firman Allah ini telah jelas bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Orang yang pintar adalah orang yang bisa mengingat mati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengingat kematian manusia akan lebih bijak dan berhati-hati dalam meningkatkan keimanan dan ketawaan pada Allah SWT. Rasululah SAW bersabda,"Banyak-banyaklah mengingat mati sebab mengingat mati itu menhapuskan dosa dan mengkikis ambisi seseorang terhadap dunia serta cukuplah mati sebagai pemberi peringatan.” (HR Bukhori Muslim)
Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat mati adalah melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas dosa-dosanya dan bertobat kepada Allah. Dengan mengingat kematian dengan sendirinya akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap dunia dan akan mendorong manusia untuk melakukan persiapan di kehidupan akhirat, sedangkan kelalaian terhadap maut akan mendorong manusia untuk tenggelam dalam kehidupan di dunia.
Rasulullah SAW bersabda,"Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, sambutlah kematian dengan sukacita karena ia mengakhiri penderitaan. Namun, jangan senang dahulu, karena ia hanya mengakhiri penderitaan yang ada di dunia, tetapi apa yang telah Anda perbuat di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang yang mendambakan dunia.
Fenomena maut adalah salah satu fenomena yang paling jelas dan pasti bagi makhluk hidup. Semuanya ingin mempertahankan hidupnya. Semut kecil yang diremehkan manusia pun melawan jika hidupnya terancam.
Ada dua tipe manusia dalam menyambut kematian. Ada yang pesimistis dan ada yang optimistis. Manusia yang pesimistis menganggap kematian itu adalah suatu yang berat dan menyeramkan, sehingga orang tersebut lebih memilih tidak memikirkannya dan berusaha menghindarinya agar bisa merasakan kebahagian setiap saat yang dilaluinnya.
Ketakutan akan kematian adalah sebuah persepsi yang salah. Sebagaimana persepsi sewaktu kita lahir dan keluar dari rahim ibu, kita juga menangis sedih. Ternyata setelah kita melalui kehidupan di dunia ini, kita juga enggan dan takut berpisah. Memang begitulah janji Tuhan, karena setelah kematian itu ada kehidupan yang jauh lebih indah dan mengasyikkan.
Bagi manusia yang optimistis, ia menganggap kematian itu bukan akhir dari segalanya. Mereka menganggap meninggalkan dunia hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati ditulis rest in peace (RIP).
Kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.
Post a Comment