Kebahagiaan sempurna dibangun di atas tiga hal, kekuatan amarah, kekuatan syahwat dan kekuatan ilmu[8]. Tiga hal ini harus diseimbangkan agar kekuatan syahwat tidak muncul menguasai yang justru akan merusak anda.
Demikian juga kekuatan amarah agar tidak menguasai dan membodohi, yang akan merusak dan mengahncurkan anda. Jika kedua kekuatan tersebut seimbang dengan adanya kekuatan keadilan dan keseimbangan, maka keduanya akan menuju pada jalan hidayah. Jika amarah semakin menguat, maka akan mudah pada terjadinya penyerangan dan pembunuhan, sebaliknya jika amarah melemah, maka kewaspadaan, ketentraman dalam agama dan dunia akan hilang. Namun jika diseimbangkan, yang akan muncul adalah kesabaran, keberanian dan kebijaksanaan.
Syahwat-pun demikian, jika semakin mendominasi, maka akan muncul adalah kejelekan dan kejahatan, sebaliknya jika syahwat melemah , maka akan menyebabkan kelemahan dan ketidakgairahan. Namun jika terkendali seimbang, yang ada adalah kesucian (‘iffah), kepuasan (qana’ah) dan sifat-sifat sejenis lainnya.
[8] Orang kuno yang pertama mendefinisikan tugas Jiwa adalah Plato bahwa jiwa memiliki tiga kekuatan;kekuatan syahwat, kekuatan amarah, kekuatan Akal. Dimanasyahwat dan amarah adalah pembantu bagi kekuatan akal. Plato mengibaratkan Manusia dengan kekuatan dan perangkatnya adalah sebuah kota yang mesti ditata, dimana penduduknya dibagi dalam tiga kasta: kasta buruh para pekerja, kasta peperangan dan kasta hakim, dimana kasta buruh sebanding dengan kekuatan syahwat, dan kasta peperangan sebanding dengan kekuatan amarah dan kasta hakim sebanding dengan kekuatan akal. Demikian juga berpendapat Cendikiawan Alfarabi dalam kitabnya" Aro' ahlil madinah alfadilah.
Post a Comment