Silaturrahim, Keutamaan dan Anjuran Melaksanakannya
Silaturrahim, Keutamaan dan Anjuran Melaksanakannya
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah I
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi
Allah I Rabb semesta alam, tidak ada permusuhan kecuali kepada
orang-orang zalim, dan kesudahan bagi untuk orang-orang yang bertaqwa. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi r yang terpercaya. Semoga Allah I memberikan rahmat kepadanya, keluarga dan sahabatnya, dan
kesejahteraan yang banyak, amma ba'du:
Saudaraku seiman:
sesungguhnya silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah I yang paling baik dan ketaatan yang paling agung, kedudukan yang
tertinggi dan berkah yang besar, serta yang paling umum manfaatnya di dunia dan
akhirat. Maka silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial, yang
dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh tabiat yang selamat.
Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan
perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah,
mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan
itulah berlomba-lomba padanya orang-orang mulia yang berakal, maka mereka
menyambung (tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada
orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah
nampak muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali,
kebaikan yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.
Sesungguhnya silaturrahim
memperkuat kasih sayang dan menambah rasa cinta, serta memperkokoh ikatan
kekeluargaan. Nabi r bersabda:
إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى
اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ
"Sesungguhnya
silaturrahim adalah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan
memperpanjang umur."[1]
Sesungguhnya silaturrahim
menambah umur, memakmurkan negeri, menambah keberkahan rizqi, dan memelihara
kesudahan yang buruk. Nabi r bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى
رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim."[2]
Maka
silatahurrahim merupakan kewajiban yang sangat ditekankan, tidak ada yang
memutuskannya dan mengingkarinya kecuali orang yang telah rusak fitrahnya,
buruk akhlaknya, jelek tabiatnya, dan ia sudah pantas mendapat kutukan dari
Allah I. Firman Allah I:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ
أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ . أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan . Mereka itulah
orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad :22-23)
Karena itulah, Allah I
memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia untuk menyambung tali silaturrahim di
beberapa ayat: Allah I berfirman:
وَاعْبُدُوا
اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, …. (QS. An-Nisaa`:36)
Dan firman Allah I:
وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Dan
bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. 4:1)
Maksudnya adalah –wallahu 'alam- bertaqwalah kepada Allah
I dengan melaksakan taat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan
durhaka kepada-Nya, dan takutilah hubungan silaturrahim bahwa kamu
memutuskannya, akan tetapi sambunglah dan berbuat baiklah kepadanya.
Maka Allah I menyuruh menyambung hubungan silaturrahim setelah memerintahkan
bertaqwa kepada-Nya. Maka Allah I
mengingatkan para da'i-Nya yang berada di di antara manusia, agar menyambung
tali silaturrahim, karena mereka berasal dari satu jiwa, dan untuk menunjukkan
bahwa silaturrahim karena mengharapkan ridha Allah I merupakan salah satu pengaruh taqwa kepada Allah I yang penuh berkah, menjadi tanda meresapnya taqwa di dalam
hati, merupakan petunjuk kebenaran iman. Maka manusia yang paling menyambung
silaturrahim merupakan manusia yang paling sempurna iman dan paling bertaqwa
kepada Rabb-Nya. Kerena inilah, Nabi r
merupakan orang yang paling menyambung hubungan silaturrahim dan yang paling
bertaqwa kepada Allah I. Karena itulah, Khadijah radhiyallahu 'anha menyebutkan
hal itu saat turunnya wahyu pertama kali, ketika beliau r berkata kepada Khadijah radhiyallahu 'anha dan bercerita
kepadanya:
إِنِّي خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِي
'Sesungguhnya aku merasa khawatir terhadap diriku.' Maka ia berkata, 'Sekali-kali tidak, sesungguhnya Allah I tidak akan pernah menghinakan engkau, sesungguhnya engkau benar-benar
menyambung hubungan silaturrahim…'[3]
Di antara besarnya
perkara silaturrahim, sesungguhnya Allah I mengambil baginya satu nama dari nama-Nya yang Maha Agung, maka
dari Abdurrahman bin 'Auf t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r bersabda:
قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ
وَأَنَا الرَّحْمنُ, خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي
فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
"Allah
I berfirman, 'Aku adalah Allah I, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku
mengambilkan baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang
menyambungnya niscaya Aku menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang
memutuskannya niscaya Aku memutuskan (hubungan dengan)nya."[4]
Karena berdasarkan ayat-ayat tersebut dan yang lainnya, serta
hadits-hadits Nabi r ini, di samping juga yang akan disebutkan, silaturrahim
merupakan perkara besar, kedudukan yang tinggi, sanjungan yang indah, dan
sebutan yang baik di dunia, dan kesudahan yang indah di akhirat bagi orang
yang menyambung hubungan silaturrahim
dan melaksanakan hak ini dengan sebaik-baiknya.
Saudaraku sesama
muslim: Sesungguhnya silaturrahim merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan
memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat. Menjadikannya
diberkahi di manapun ia berada, Allah I
memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang
segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah,
buahnya matang, pohon-pohonnya baik yang memberikan makanannya di setiap waktu
dengan ijin Rabb-nya. maka diantara keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Silaturrahim merupakan sebagian dari konsekuensi
iman dan tanda-tandanya: dari Abu Hurairah t ia berkata, 'Rasulullah r bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ
اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang
siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan
silaturrahim, …"[5]
2.
Silaturrahim adalah penyebab bertambah umur
dan luas rizqi: dari Abu Hurairah t,
ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى
رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa
yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyambung hubungan silaturrahim."[6]
3.
Silaturrahim menyebabkan adanya hubungan
Allah I bagi orang yang menyambungnya: dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Rasulullah r bersabda:
إَنَّ
اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ
فَقَالَتْ:هَذَا مَقَامُ الْعَائِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: َنعَمْ,
أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ َقطَعَكَ؟ قَالَتْ:
بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ لَكَ.
"Sesungguhnya
Allah I menciptakan makhluk, hingga apabila Dia I selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya
berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.'
Dia I berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung
orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia
menjawab, 'Bahkan.' Dia I berfirman, 'Itulah untukmu.'
Dan dalam satu riwayat
al-Bukhari:
فَقَالَ اللهُ تعالى: مَنْ وَصَلَكَ
وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكَ قَطَعْتُهُ
"Allah
I berfirman, 'Barangsiapa yang menyambung engkau niscaya Aku
menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan engkau niscaya Aku memutuskannya."[7]
4.
Silaturrahim merupakan salah satu penyebab
utama masuk surga dan jauh dari neraka: dari Abu Ayyub al-Anshari t, sesungguhnya seorang laki-laki berkata, 'Ya Rasulullah,
ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan
aku dari neraka.' Maka Nabi r bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Engkau menyembah Allah I dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturrahim."[8]
Dan dalam satu riwayat:
إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُهُ بِهِ
دخَلَ َالْجَّنََّةَ
"Jika
dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk surga."
5.
Silaturrahim merupakan ketaatan kepada
Allah I dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada
Rabb-Nya. Maka ia menyambung tali silaturrahim tatkala Allah I menyuruh untuk disambung. Dan Allah I berfirman:
وَالَّذِينَ
يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ
سُوءَ الْحِسَابِ
dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan,
dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra'd
:21)
6.
Sesungguhnya silaturrahim lebih besar dari
pada memerdekakan budak. Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu
'anha, sesungguhnya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan dia tidak
meminta izin kepada Nabi r. Maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata,
'Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah
memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya, 'Apakah sudah engkau
lakukan? Dia menjawab, 'Ya.' Beliau bersabda:
أَمّا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَبْتِهَا
أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ ِلأَجْرِكِ.
"Adapun
jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya
untukmu."[9]
7.
Di antara besarnya silaturrahim,
sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap
orang lain. Dari Salman bin 'Amir t,
dari Nabi r, beliau bersabda:
... الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ
وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
"…Sedekah
terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua
pahala: sedekah dan silaturrahim."[10]
Dan demikian pula dari hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu
'anha, istri Abdullah bin Mas'ud t,
ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi r, 'Apakah boleh bersedekah darinya kepada suaminya dan anak-anak
yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi r bersabda:
لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ
وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
"Untuknya
dua pahala, pahala keluarga dan pahala sedekah."[11]
Wahai saudaraku
sesama Islam: termasuk hak keluarga dan kerabatmu bahwa engkau mengunjungi yang
sakit dari mereka, membantu yang fakir, memperhatikan yang membutuhkan dari
mereka, mengasihi yang kecil, membantu anak yatim, menghormati yang besar, dan
engkau memberikan kepada mereka dengan kebaikanmu kepada selain mereka, engkau
memberikan senyum kepada mereka saat bertemu, lembut berkata-kata kepada
mereka, berbuat baik dalam berhubungan dengan mereka, dalam arti saling
mengunjungi, saling memberi hadiah dan salam, serta saling mendo'akan.
Wahai saudaraku,
perkara ini tidak berhenti hanya sampai di sini, tetapi kamu harus menyambung
hubungan dengan mereka, sekalipun mereka bersikap kaku dan memutuskan hubungan.
Engkau harus tetap bersikap santun kepada mereka, sekalipun mereka bodoh dan jahil.
Dengan demikian, engkau telah melebihi mereka beberapa derajat di sisi Allah I, karena begitu banyaknya kebaikanmu dan buruknya sikap mereka,
serta jahatnya perilaku mereka bersamamu.
Berbuat baiklah
kepada manusia niscaya engkau mendapatkan hati mereka
Sering kali
manusia menjadi budak karena perbuatan baik.
Imam Muslim dan
Imam Ahmad rahimahumallah meriwayatkan dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Seorang laki-laki datang kepada Nabi r seraya berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki
kerabat yang terus kusambung hubungan dengan mereka dan mereka memutuskan, aku
berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, dan mereka
bersikap bodoh kepadamu sedangkau aku selalu bersikap santun kepada mereka.
Beliau bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ,
فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ
عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذلِكَ.
"Jika
engkau benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau menaburkan
bara panas di wajah mereka. Dan senantiasa kemenangan dari Allah I menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu."[12]
Wahai saudara yang
mulia: sebagian manusia tidak menyambung hubungan dengan kerabatnya kecuali
apabila mereka menyambungnya. Ini pada hakekatnya bukan menyambung tali
silaturrahim. Sesungguhnya hal itu hanyalah
membalas jasa. Karena
sesungguhnya muru`ah dan fitrah yang sehat menuntut untuk membalas jasa
kepada orang yang berbuat baik kepadamu, sama saja ia termasuk kerabatmu atau
bukan. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash t, dari Nabi r, beliau bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ
وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
"Orang yang menyambung (tali silaturrahim) bukanlah
orang yang membalas jasa. Akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturrahim)
adalah yang apabila diputuskan hubungan (silatarrahim)nya, ia menyambungnya."[13]
Dan dari 'Uqbah bin 'Amir t, aku berkata, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang
amalan yang utama,' maka beliau bersabda:
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ
حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ
Wahai 'Uqbah, sambunglah orang yang memutuskan (hubungan
dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah
dari orang yang berbuat zalim kepadamu."[14]
Wahai saudaraku,
sesungguhnya termasuk silaturrahim bahwa engkau mengampuni kesalahan orang
lain, menutupi kekeliruan. Dan tiadalah
akal sehat, keutamaan, dan kecerdasan kecuali engkau menyambung tali
silaturrahim kepada orang yang telah memutuskan, memberi kepada orang yang
tidak pernah memberi kepadamu, memaafkan kepada orang yang berbuat zalim
kepadamu, dan bersikap santun kepada yang bodoh terhadapmu. Dan bertambahlah
kecerdasan, besarlah keutamaan, dan tinggilah jiwa ketika engkau berbaik sangka
(husnuz zhan) dengan mereka, dan melihat pada kekeliruan mereka dengan
pandangan orang yang mulia lagi toleran.
Hendaklah kita
bertaqwa kepada Allah I, takut terhadap murka dan siksa-Nya, dan hendaklah kita
menyambung silaturrahim kita. Firman Allah I:
وَأُوْلُوا
اْلأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللهِ
Dan
orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris
mewarisi) di dalam Kitab Allah (QS. Al-Ahzab:6)
Sesungguhnya
memutuskan tali silaturrahim merupakan dosa besar yang Allah I memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai
siksaan dan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, padahal
Rasulullah r bersabda:
اَلرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ
تَقُوْلُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
"Rahim
bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung hubunganku
niscaya Allah I menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan aku
niscaya Allah I memutuskan hubungan dengannya."[15]
Maka orang yang memutuskan tali silaturrahim terputus
dari Allah I. Dan siapa yang Allah I memutuskan hubungan dengannya, maka kebaikan apakah yang
bisa diharapkannya, dan keburukan apakah yang ia bisa aman darinya, baik di
dunia maupun di akhirat selama ia masih memutuskan tali silaturrahim? Dari Abu
Bakrah t, dari Nabi r,
beliau bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ
يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ
لَهُ فِى اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak
ada dosa yang Allah I lebih mempercepat siksaan kepada pelakunya di dunia,
serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan
tali silaturrahim."[16]
Saudaraku
yang mulia: apabila hal itu sudah diketahui, maka ketahuilah, sesungguhnya
memutuskan hubungan silaturrahim –semoga Allah I melindungi kita semua- termasuk sebab terhapusnya hati,
butanya mata hati, dan terhalang mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Bahkan,
terhalang mendapat semua kebaikan. Maka orang yang memutuskan silaturrahim,
kehidupannya susah, tidak ada yang menyukai dan menyebutnya. Dan apabila ia
disebut orang, maka dengan pembicaraan yang buruk dan sifat yang jelek. Karena
memutuskan silaturrahim termasuk kerusakan di muka bumi, Allah I telah memutuskan kepada pelakunya dengan mendapat
kutukan dan hukuman yang segera (di dunia) dan tertunda (di akhirat). Firman
Allah I:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan* Mereka itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.
(QS. Muhammad :22-23)
Dan firman Allah I:
وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللهِ
مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الْلَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ
الدَّارِ
Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk(jahannam). (QS. Ar-Ra'd:25)
Dan diriwayatkan dari Nabi r, sesungguhnya beliau bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الْقَوْلُ وَخزن
الْعَمَلُ وَائْتَلَفَتِ اْلأَلْسُنُ وَتَبَاغَضَتِْ الْقُلُوْبُ وَقَطَعَ كُلُّ
ذِي رَحِمٍ رَحِمَهُ فَعِنْدَ ذلِكَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى
أَبْصَارَهُمْ
"Apabila
nampak ucapan dan tersimpan amal ibadah, kesepakatan nampak di lidah dan hati
saling membenci, serta setiap orang yang mempunyai keluarga memutuskannya. Maka
ketika itulah Allah I mengutuk mereka, menulikan mereka, dan membutakan mata
hati mereka."[17]
Dan
diriwayatkan bahwa orang yang memutuskan tali silaturrahim, amalnya tidak
diterima. Dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r bersabda:
إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ
كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
"Sesungguhnya
amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jum'at, maka tidak
diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturrahim."[18]
Tahukah
engkau, wahai saudaraku yang mulia, kerugian orang yang memutuskan tali
silaturrahimnya, maka janganlah engkau termasuk dari mereka. Dan orang yang
memutuskan silaturrahim juga membawa dirinya untuk tidak dikabulkan doanya.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud t pada suatu hari duduk setelah Subuh di satu halqah, maka
berkata: 'Aku meminta kepada orang yang memutuskan silaturrahim agar berdiri
meninggalkan kami. Sesungguhnya kami ingin berdoa kepada Rabb kami dan
sesungguhnya pintu langit tertutup karena orang yang memutuskan silaturrahim.'
Maka
janganlah engkau membawa dirimu, wahai si miskin, bahwa doamu ditolak bila kamu
berdoa kepada Allah I. Dan orang yang memutuskan tali silaturrahim membuat
sial masyarakat yang dia tinggal padanya. Dari Abdullah bin Abi Aufa t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r bersabda:
لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى
قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Rahmat
tidak turun kepada kaum yang pada mereka ada yang memutuskan silaturrahim."[19]
Dan orang yang memutuskan tali silaturrahim terancam
tidak bisa masuk surga. Dari Abu Muhammad Jubair bin Muth'im t, dari Nabi r,
beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
"Tidak
bisa masuk surga orang yang memutuskan (silaturrahim)."[20]
Wallahu 'alam.
[1] HR.
Ahmad dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: hadits gharib dari jalur ini, dan
diriwayatkan oleh al-Hakim, dan ia menshahihkannya, dan disetujui oleh
adz-Dzahabi.
[2] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Anas bin Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557,
dan Abu Daud 1693.
[3] Muttafaqun 'alaih, dari hadits 'Aisyah radhiyallahu
'anha.
[4] HR. at-Tirmidzi no. 1907, Abu Daud 1694, dan
Ahmad 1662 dan 1683.
[5] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari
10/336 dan Muslim no. 85.
[6] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Anas bin Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557,
dan Abu Daud 1693.
[7] Muttafaqun 'alaih, 10/349 dan 13/392, Muslim
no. 2554
[8] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 3/208, dan
Muslim no. 13.
[9] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 5/161, Muslim
no. 999, dan Abu Daud no. 1690.
[10] HR.
at-Tirmidzi 658 dan ia berkata: Hadits hasan, Abu Daud 2355, an-Nasa`i 5/92,
Ibnu Majah 1844, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban no. 892.
[11] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 3/259 dan Muslim
no. 1000.
[12] HR. Muslim no. 2558.
[13] HR.
al-Bukhari 10/355, Abu Daud no. 1697, dan at-Tirmidzi no. 1909.
[14] HR.
Ahmad dalam al-Musnad.
[15] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 10/350 dan
Muslim no. 2555.
[16] HR. at-Tirmidzi 2511, Abu Daud
4902, Ibnu Majah 4211, dan at-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud.
[17] HR.
ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir. Lihat Kanzul Umal dan Majma' az-Zawa`id karya al-Haistami.
[18] HR.
Ahmad dalam al-Musnad. Lihat Majma' az-Zawa`id.
[19] Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Laits as-Samarqandi no. 158 dan dijelaskan oleh muhaqqiq bahwa Syaikh al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini dha'if dalam Dha'if al-Jami' no 1463. Namun
pengarang mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan tidak
menjelaskan nomor hadits. Wallahu A'lam. Pent.
[20] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 10/347 dan
Muslim no. 2556.
Post a Comment