Keteguhan Ilmu dan Akhlak Imam Asy-Syafi’i

Materi Ceramah: Keteguhan Ilmu dan Akhlak Imam Asy-Syafi’i

Pembukaan

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمدٍ، وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد،

Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Isi Ceramah

Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan sejenak kisah yang diriwayatkan dalam kitab Thabaqat al-Kubra karya At-Taj As-Subki, tentang seorang ulama besar, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah.

Dikisahkan bahwa suatu malam, Khalifah Harun Ar-Rasyid — pemimpin besar pada masa Abbasiyah — memerintahkan pengawalnya yang bernama Ar-Rabi’ untuk memanggil Imam Asy-Syafi’i.
Bayangkan, malam-malam yang sunyi, tiba-tiba datang utusan istana membawa perintah khalifah untuk membawa seseorang.

Imam Asy-Syafi’i pun bertanya dengan tenang,
“Apakah malam-malam begini anda akan membawaku?”
Ar-Rabi’ menjawab, “Begitulah diperintahkan.”
Maka berangkatlah Imam Asy-Syafi’i dengan penuh ketenangan, tanpa rasa takut, tanpa kegelisahan.

Sesampainya di istana, Ar-Rabi’ berkata,
“Duduklah dulu di sini, mungkin khalifah sedang tidur.”
Namun tak lama, Khalifah Harun Ar-Rasyid bangun dan berkata kepada pengawalnya,
“Apa jawaban Muhammad bin Idris?”
Pengawal menjawab, “Telah saya bawa ke sini.”

Ketika Khalifah melihat Imam Asy-Syafi’i, beliau berkata,
“Wahai Muhammad, aku telah mengganggumu.”

Pelajaran yang Dapat Kita Ambil

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Dari kisah singkat ini, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga:

1. Keteguhan dan ketenangan seorang alim dalam menghadapi ujian.
Imam Asy-Syafi’i tidak panik ketika dipanggil oleh khalifah di tengah malam. Beliau yakin bahwa siapa pun yang berpegang pada kebenaran dan ilmu, tidak perlu takut kepada manusia — hanya kepada Allah-lah rasa takut itu seharusnya diserahkan.

2. Adab seorang pemimpin terhadap ulama.
Lihatlah bagaimana Khalifah Harun Ar-Rasyid — meski beliau seorang penguasa besar — tetap menghormati Imam Asy-Syafi’i. Dengan rendah hati beliau berkata,
“Wahai Muhammad, aku telah mengganggumu.”
Sebuah kalimat yang mencerminkan penghormatan dan kesadaran akan kemuliaan ilmu.

3. Kedudukan ilmu di sisi Allah dan manusia.
Orang berilmu tidak perlu mencari kehormatan. Justru kehormatan akan datang menghampirinya. Imam Asy-Syafi’i tidak mengejar istana, tetapi istana yang memanggilnya.

Penutup

Hadirin sekalian,
Marilah kita meneladani dua hal dari kisah ini:

Dari Imam Asy-Syafi’i, kita belajar ketenangan, keberanian, dan keikhlasan dalam menegakkan ilmu dan kebenaran.

Dari Harun Ar-Rasyid, kita belajar rendah hati dan menghormati ulama, walau memiliki kekuasaan besar.


Semoga Allah menumbuhkan dalam diri kita rasa cinta terhadap ilmu, adab terhadap guru, dan keberanian dalam kebenaran sebagaimana dicontohkan para ulama salaf.

Penutup Doa

اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه،
اللهم زينا بزينة العلم، ووفقنا لاتباع سنة نبيك محمدٍ صلى الله عليه وسلم.

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

Tidak ada komentar