Jangan Latah! Jadilah Dirimu Sendiri dalam Bimbingan Wahyu

Jangan Latah! Jadilah Dirimu Sendiri dalam Bimbingan Wahyu


Pendahuluan

Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah ﷻ yang menciptakan manusia beragam rupa, karakter, bahasa, dan kemampuan, serta menjadikan perbedaan itu sebagai tanda kebesaran-Nya, bukan sebagai sumber kehinaan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, hamba Allah yang paling sempurna akhlaknya dan paling kokoh identitasnya.

Saudara-saudaraku,
salah satu penyakit jiwa di zaman ini adalah latah: kehilangan jati diri, meniru tanpa sadar, dan merasa rendah terhadap apa yang Allah telah tetapkan pada dirinya.


I. Latah: Penyakit Kehilangan Jati Diri

Orang yang latah:

  • Lupa dengan suara, gaya, dan wataknya sendiri
  • Meniru budaya, perilaku, bahkan nilai umat lain
  • Hidup dengan topeng, bukan keaslian

Padahal Allah ﷻ tidak pernah menciptakan manusia secara sia-sia atau seragam.

Dalil Al-Qur’an

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS. At-Tin: 4)

Ulasan Ulama

  • Ibnu Katsir: Ayat ini menunjukkan kesempurnaan penciptaan manusia, baik fisik, akal, maupun potensinya.
  • Al-Qurthubi: Mengubah jati diri karena minder terhadap makhluk berarti tidak ridha terhadap ketetapan Khaliq.

II. Setiap Manusia dan Umat Memiliki Jalan dan Karakter Sendiri

Allah tidak menuntut kita menjadi orang lain, tetapi menjadi diri sendiri dalam ketaatan.

Dalil Al-Qur’an

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

“Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”
(QS. Al-Ma’idah: 48)

Penjelasan Ulama

  • Asy-Syaukani: Perbedaan jalan hidup adalah sunnatullah, bukan kesalahan.
  • Ibnu ‘Asyur: Menyeragamkan manusia berarti menentang hikmah penciptaan.

III. Larangan Meniru secara Membabi Buta (Tasyabbuh)

Islam melarang meniru identitas khas umat lain jika itu menyebabkan hilangnya jati diri dan nilai iman.

Dalil Sunnah

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.”
(HR. Abu Dawud)

Komentar Ulama

  • Ibnu Taimiyyah: Hadis ini mencakup peniruan dalam hal yang menjadi ciri khas dan identitas.
  • Ibnu Qayyim: Tasyabbuh lahir dari kekaguman batin dan kekalahan jiwa.

IV. Perbedaan adalah Tanda Kebesaran Allah, Bukan Aib

Allah ﷻ menegaskan bahwa keberagaman manusia adalah ayat-ayat-Nya.

Dalil Al-Qur’an

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ

“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa serta warna kulitmu.”
(QS. Ar-Rum: 22)

Ulasan

  • Fakhruddin Ar-Razi: Menghina perbedaan berarti meremehkan tanda kebesaran Allah.
  • Al-Baghawi: Keindahan manusia terletak pada keberagamannya, bukan penyeragaman.

V. Setiap Orang Memiliki Tempat dan Perannya Sendiri

Dalil Al-Qur’an

قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ

“Sungguh, tiap-tiap kaum telah mengetahui tempat minumnya masing-masing.”
(QS. Al-Baqarah: 60)

Dan:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada arah (kiblat) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
(QS. Al-Baqarah: 148)

Tafsir Ulama

  • Ibnu Katsir: Allah tidak menuntut keseragaman, tetapi ketakwaan.
  • Ath-Thabari: Perbedaan arah bukan alasan konflik, melainkan dorongan berlomba dalam kebaikan.

VI. Jadilah Dirimu Sendiri, Tapi Tetap dalam Bimbingan Wahyu

Islam bukan agama yang mematikan kepribadian, tetapi agama yang meluruskannya.

Dalil Sunnah

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.”
(HR. Muslim)

Ibnu Qayyim:

Keindahan sejati adalah keselarasan antara fitrah, akhlak, dan syariat.


VII. Analogi Kehidupan: Pisang Tidak Perlu Menjadi Jambu

Manusia seperti tanaman:

  • Ada yang tinggi, pendek
  • Ada yang manis, ada yang asam

Nilainya muncul saat ia menjadi dirinya sendiri.

Dalil Al-Qur’an

كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ

“Setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.”
(QS. Al-Isra’: 84)

Al-Qurthubi: Syakilah adalah tabiat, karakter, dan kecenderungan yang Allah tanamkan.


Penutup (Nasihat Jiwa)

Wahai jiwa yang gelisah karena membandingkan diri,
berhentilah latah.

Engkau tidak diciptakan untuk menjadi orang lain,
tetapi untuk menjadi dirimu sendiri yang taat.

Berjalanlah di atas fitrahmu,
berhiaslah dengan wahyu,
dan banggalah dengan warna yang Allah pilihkan untukmu.

Karena perbedaanmu adalah amanah,
dan keaslianmu adalah ibadah
jika ia tunduk kepada Allah ﷻ.



Tidak ada komentar