Kehidupanmu Berjenjang, Begitu Pula Jiwamu
Kehidupanmu Berjenjang, Begitu Pula Jiwamu
1. Pembukaan – Menggugah Kesadaran (5 menit)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jamaah rahimakumullah,
Pernahkah kita bertanya: Apakah hidup ini hanya warisan dari orang tua kita? Apakah iman kita hanya sekadar mewarisi keyakinan keluarga?
Rumi, dalam Fīhī Mā Fīhī, mengingatkan kita:
“Apabila engkau ‘menemukan’, atau mewarisi dari ayahmu koin receh palsu, tidakkah engkau menukarnya dengan emas?”
Saudaraku, hidup ini berjenjang, jiwa pun berjenjang. Jika kita berhenti pada warisan, bukan pada pencarian kebenaran, kita akan tersesat di gurun batin yang mematikan.
2. Kekeliruan Menuhankan Makhluk (7 menit)
Jamaah, mari kita renungkan.
Bagaimana mungkin seorang manusia yang makan, tidur, dan lemah, menjadi pengatur tujuh langit dan bumi?
Allah berfirman:
﴿لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ﴾
(QS. Al-Mā’idah: 72)
Artinya: “Sungguh kafirlah orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam.’”
Saudaraku, iman tidak diwarisi. Iman ditemukan, diuji, dan dipeluk dengan kesadaran. Tidak boleh menuhankan makhluk karena kelelahan berpikir atau ikut-ikutan tradisi.
3. Ruh Kembali kepada Penciptanya (5 menit)
Jika Isa adalah Tuhan, ke mana ruh-Nya kembali?
Allah berfirman:
يَـٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ
(QS. Al-Fajr: 27–28)
Artinya: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu…”
Imam Al-Qurthubi menegaskan: Ruh makhluk selalu kembali kepada pencipta, bukan sebaliknya. Maka, siapa pun yang menyembah selain Allah sesungguhnya menyesatkan diri.
4. Perbandingan Warisan dan Pencarian Kebenaran (8 menit)
Rumi memberi contoh kehidupan sehari-hari:
- Koin palsu → tukar dengan emas
- Tangan pincang → cari obat
- Air payau → pindah ke air segar
Saudaraku, mengapa kita bertahan pada tradisi yang merusak jiwa? Allah memberi akal dan pandangan agar kita mencari kebenaran.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَا
(QS. Al-Baqarah: 170)
Tidak boleh mengikuti nenek moyang buta, jika kebenaran ada di hadapan kita.
5. Allah Memberi Akal untuk Naik Derajat (7 menit)
Saudaraku, manusia lebih unggul dari binatang. Namun, jika tetap berpegang pada warisan yang salah, ia menjadi lebih hina dari binatang.
Allah berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ
(QS. Al-Mujādilah: 11)
Orang yang beriman dan berilmu akan naik derajat. Jangan berhenti pada apa yang diwarisi; carilah ilmu dan kebenaran.
6. Teladan Binatang dan Pelayan Sultan (5 menit)
Rumi mencontohkan:
- Ayah Yutash pembuat sepatu → anaknya menjadi penjaga pedang sultan
- Anjing dan elang → meninggalkan warisan buruk demi latihan dan permainan raja
Saudaraku, jika binatang bisa memilih naik derajat, mengapa manusia berhenti pada warisan yang hina?
Allah berfirman:
﴿أُو۟لَـٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَـٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ﴾
(QS. Al-A‘rāf: 179)
7. Isa Dimuliakan, Bukan Disembah (5 menit)
Semua hal kecuali Allah dicintai atas nama Allah. Nabi Isa (alaihis salam) dimuliakan oleh Allah, bukan untuk disembah.
Allah berfirman:
سُبْحَـٰنَهُۥٓ أَن يَكُونَ لَهُۥ وَلَدٌۭ
(QS. An-Nisā’: 171)
Hanya Allah yang berhak disembah.
8. Dari Cinta Karena-Nya Menuju Cinta Kepada-Nya (5 menit)
Awalnya kita mencintai:
- Nabi karena Allah
- Amal karena pahala
Akhirnya, kita akan mencintai Allah karena Allah.
Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ
(QS. Al-Baqarah: 165)
9. Simbol Bukan Tujuan (3 menit)
“Menutupi Ka‘bah adalah kebodohan.”
Simbol ibadah tidak sama dengan hakikat ibadah. Allah tidak melihat rupa, tapi hati.
Hadis Nabi ﷺ:
«إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَىٰ صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَىٰ أَجْسَادِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَىٰ قُلُوبِكُمْ»
(HR. Muslim)
10. Penutup – Mengajak Refleksi dan Aksi (5 menit)
Saudaraku, hidup ini berjenjang, jiwa pun bertingkat.
Jangan berhenti pada warisan, carilah kebenaran dengan nalar, ilmu, dan hati yang terbuka.
Jangan puas pada simbol, kejar hakikat.
“Aku meminum darah hatiku, dan engkau mengira anggur yang kuminum.”
Ini pengorbanan ruhani yang tidak tampak, namun menuntun kita ke Tuhan.
Mari kita tutup dengan doa:
Ya Allah, bimbinglah kami dari iman warisan menuju iman kesadaran. Jadikan hati kami terbuka, akal kami tajam, dan jiwa kami terus naik menuju-Mu.
Post a Comment