MATI SEBELUM MATI & MENJADI CAHAYA TUHAN



📖 MATI SEBELUM MATI & MENJADI CAHAYA TUHAN

(Sebuah Tazkirah dari Fīhī Mā Fīhī – Jalaluddin Rumi)


I. PEMBUKAAN CERAMAH

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Jama’ah yang dirahmati Allah, hari ini kita akan membahas maqam spiritual yang sangat penting dalam tasawuf dan tazkiyatun-nafs:

“Matilah sebelum engkau mati.”

وَمُوتُوا قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا

Ungkapan ini bukan ajakan putus asa, bukan melemahkan hidup, tapi menyuruh kita mematikan ego, hawa nafsu, keakuan, sehingga kita menjadi insan yang seluruhnya bergerak karena Allah, oleh Allah, dan menuju Allah.


II. PERBUATAN BAIK DAN PETUNJUK ALLAH

Ketika murid bernama Parwana mengirim pesan bahwa ia sibuk mengurus masalah bangsa, Guru menjawab:

“Apa pun kebaikan yang engkau lakukan untuk keamanan kaum Muslim, itu semua adalah pekerjaan yang diridai Allah.”

Ini mengingatkan firman Allah:

1️⃣ QS. Al-Hajj 22:41

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ أَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَآتَوُا الزَّكٰوةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
“Orang-orang yang jika Kami berikan kekuasaan di bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Pelajaran ulama:
Imam Al-Qurtubi menafsirkan bahwa siapa pun yang diberi amanah, jabatan, kekuasaan, lalu menggunakannya untuk menjaga agama dan masyarakat, maka amal duniawinya menjadi amal akhirat.

Inilah yang Rumi maksud:
“Jika Allah condongkan hatimu kepada kebaikan, itu tanda cinta-Nya.”


III. NILAI SEBUAH AMAL TERGANTUNG HATI

Rumi menggunakan analogi pemandian umum: air panas berasal dari bahan bakar yang mungkin tampak kotor.

Maknanya:

“Kadang Allah memakai hal-hal yang tampak kotor, remeh, atau sepele untuk menghasilkan kebaikan yang besar.”

Ini sesuai firman Allah:

2️⃣ QS. An-Nur 24:11

لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Jangan kamu kira hal itu buruk bagi kalian, bahkan itu baik bagi kalian.”

Ayat ini turun tentang fitnah besar, tetapi ulama seperti Ibn Al-Jawzi menjelaskan:

“Ayat ini berlaku untuk setiap musibah yang akhirnya membawa kebaikan.”


IV. ADAB SPIRITUAL: TIDAK MELIHAT SELAIN ALLAH

Rumi berkata bahwa saat beliau sedang terserap dalam ibadah, beliau tidak bangkit menyambut tamu karena:

“Ketika engkau sedang menghadap Allah, maka engkau putus dari selain-Nya.”

Ini sesuai hadis:

Hadis: “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.”

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
HR. Muslim

Jika sedang dalam maqam khusyuk yang mendalam, tidak pantas seseorang disibukkan urusan dunia.


V. JIWA SHALAT BUKAN HANYA GERAKAN

Rumi lalu berkata:

“Shalat memiliki bungkus dan hakikat. Bungkusnya gerakan; jiwanya adalah penyaksian.”

Nabi ﷺ bersabda:

3️⃣ Hadis Mi’raj – Nabi memiliki waktu khusus dengan Allah

لِي مَعَ اللَّهِ وَقْتٌ لَا يَسَعُنِي فِيهِ مَلَكٌ مُقَرَّبٌ وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ
“Aku memiliki waktu bersama Allah yang tidak dapat dimasuki malaikat yang dekat atau nabi yang diutus.”

Ketika seorang hamba larut dalam shalat, ia memasuki keadaan di mana dunia seperti hilang.

Itulah ruh shalat, bukan sekadar takbir dan salam.


VI. CERITA MAULANA BAHĀ’UDDĪN – CAHAYA KIBLAT

Rumi mengisahkan keramat seorang guru yang sedang fana’ (lenyap ego) sampai murid-murid yang shalat melihat secara batin bahwa:

“Guru yang terserap dalam Allah justru sedang menghadap kiblat, sementara yang shalat secara fisik malah membelakangi kiblat.”

Maknanya:

Kiblat sejati adalah Allah

Ka’bah hanyalah simbol arah.

Allah berfirman:

4️⃣ QS. Al-Baqarah 2:115

وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ
“Milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kalian menghadap, di sanalah Wajah Allah.”

Ibn Abbas berkata:

“Maksudnya, siapa pun yang hatinya benar-benar menghadap Allah, ia telah menghadap kiblat yang haq.”


VII. HADIS: “MATILAH SEBELUM MATI”

Walaupun ungkapannya bukan hadis nabi dalam riwayat sahih, maknanya sesuai dengan nash-nash syar’i.

Nabi bersabda:

5️⃣ Hadis riwayat Muslim

لَنْ يُؤْمِنَ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَهْوَىٰ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Tidak beriman seseorang hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”

Mematikan nafsu adalah inti dari “matilah sebelum mati”.


VIII. MENGENAL KETIDAKBERDAYAAN DIRI

Rumi menukil hadis:

Nabi memanggil seorang sahabat, namun sahabat itu menjawab:
“Aku sedang shalat.”

Nabi menegur:

6️⃣ Hadis

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ
“Bukankah engkau tahu Allah berfirman: Penuhilah panggilan Allah dan Rasul?”

Sahabat itu berkata:
“Aku tak berdaya, ya Rasulullah.”

Nabi menjawab:

“Bagus jika engkau selalu ingat bahwa engkau tak berdaya.”

Di sini tersirat pelajaran:

Kesadaran kelemahan adalah awal kekuatan ruhani.

Allah berfirman:

QS. Fatir 35:15

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ
“Wahai manusia, kalian semua fakir (bergantung) kepada Allah.”


IX. CAHAYA ALLAH YANG TAK TERTAHANKAN

Rumi berkata:

“Jika cahaya-Nya menyingkap tanpa hijab, langit dan bumi tak sanggup bertahan.”

Ini persis sabda Nabi ﷺ:

7️⃣ Hadis sahih

إِنَّ اللَّهَ حِجَابُهُ النُّورُ ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَنْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ
HR. Muslim

“Hijab Allah adalah cahaya. Jika Dia singkapkan, niscaya kemuliaan wajah-Nya akan membakar seluruh makhluk yang terjangkau pandangan-Nya.”


X. CERITA “RAJA DAN WARGA YANG TERCINTA”

Rumi menceritakan:

Ada seorang sangat dekat dengan raja. Orang-orang menitipkan surat permintaan kepadanya. Ketika ia sampai di istana, ia pingsan karena melihat keindahan raja. Raja sendiri yang mengambil surat itu dari kantungnya dan mengabulkan semuanya.

Maknanya:

Orang yang dekat kepada Allah, doanya dikabulkan bahkan sebelum ia meminta.

Allah berfirman:

8️⃣ QS. Qaf 50:16

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

Hadis Qudsi:

9️⃣ HR. Bukhari

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ … وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
“Jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku beri, dan jika ia berlindung kepada-Ku pasti Aku lindungi.”


XI. RANGKUMAN MAQAM SPIRITUAL “MATI SEBELUM MATI”

  1. Matikan ego, hidupkan tauhid.
  2. Matikan hawa nafsu, hidupkan ketundukan.
  3. Matikan keakuan, hidupkan kesadaran bahwa Allah-lah yang menggerakkan.
  4. Matikan dunia, hidupkan akhirat.
  5. Matikan gelap diri, jadilah cahaya Tuhan.

Seperti firman Allah:

10️⃣ QS. An-Nur 24:35

اللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
“Allah adalah Cahaya langit dan bumi.”

Ibn ‘Ajibah menafsirkan:

“Cahaya Allah adalah petunjuk, taufiq, dan penyaksian bagi para wali-Nya.”

Siapa yang mematikan egonya, maka Allah hidupkan hatinya.
Siapa yang memadamkan dirinya, maka Allah nyalakan nur-Nya di dalam dada.


XII. PENUTUP

“Matilah sebelum engkau mati” bukan teori kosong.
Ia adalah perjalanan:
• melepas ego,
• melebur dalam kehendak Allah,
• menjadi hamba yang seluruhnya bergerak karena cinta-Nya.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang terserap dalam kemuliaan-Nya, namun tetap rendah hati, tetap kecil di hadapan manusia, dan besar di hadapan Allah.

اللهم اجعلنا من عبادك الصالحين، ومن أوليائك المقربين، ومن أهل محبتك ورضوانك.

آمِين.



Tidak ada komentar