Pribadi Progresif dalam Islam
🕌 Materi Ceramah Lengkap
Pribadi Akhlakul Kharimah — Pribadi Progresif dalam Islam
🌟 Pembukaan Retorik
Jamaah yang dirahmati Allah,
Islam tidak memerintahkan umatnya untuk diam, mandek, dan berjalan di tempat. Islam adalah agama kemajuan. Agama yang turun kepada umat yang “ummi”, namun dalam waktu singkat melahirkan generasi peradaban dunia.
Karena itu seorang santri—yang membawa nama agama dan ilmu—tidak boleh loyo, tidak boleh berhenti, tidak boleh puas dengan pencapaian hari ini.
Santri harus progresif:
bergerak maju, memperbaiki diri, memperluas ilmu, memperluas pengaruh, dan memperbaiki karakter.
1️⃣ Progresif adalah Perintah Allah
A. Progresif dalam Ilmu (Wawasan)
﴿ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ﴾
(“Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa derajat.”)
(QS Al-Mujadalah 58:11)
🔎 Ulasan Ulama: – Imam Al-Qurthubi menegaskan bahwa ayat ini menunjukkan kemuliaan progresivitas ilmu, dan siapa pun yang tidak menambah ilmu setiap hari berarti ia berkurang.
➡️ Santri progresif tidak puas dengan sedikit ilmu. Ia selalu naik tingkat, selalu bergerak, selalu bertambah.
B. Progresif dalam Perilaku (Akhlaq & Karakter)
﴿ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴾
(“Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. Lalu Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya.”)
(QS At-Tin 95:4–5)
🔎 Tafsir Ulama:
– Ibn Katsir:
Manusia diberikan potensi hebat, tetapi jika ia tidak membangun dirinya, ia jatuh lebih rendah dari binatang.
➡️ Santri progresif memperbaiki akhlaknya setiap hari. Ia tidak membiarkan dirinya stagnan.
2️⃣ Kriteria Pribadi Progresif
1. Haus Ilmu – Pencari Ilmu Sejati
Santri progresif memiliki “cinta pertama” yang tidak pernah padam: ilmu.
Dalil: Perintah menuntut ilmu
﴿ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ ﴾
(“Tidak seharusnya seluruh orang berangkat; hendaknya ada sekelompok yang memperdalam ilmu agama.”)
(QS At-Taubah 9:122)
Ini bukan sekadar “boleh”, tapi wajib.
Dalil: Kecerdasan spiritual dan sains
﴿ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ... لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ﴾
(“Pada penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda bagi orang berakal.”)
(QS Ali Imran 3:190)
Ayat ini memerintahkan penelaahan ilmiah, bukan hanya hafalan.
🔎 Ulasan Ulama:
– Imam Fakhruddin Ar-Razi:
Ayat ini mendorong manusia memperhatikan alam secara ilmiah, sehingga Islam mendorong perkembangan sains.
➡️ Santri progresif minum ilmu: agama, sains, teknologi, sosial, peradaban, dan sejarah.
2. Wawasan Luas & Terbuka (Open Minded)
Semakin banyak ilmu → semakin lapang pikiran.
Dalil: Allah menciptakan perbedaan sebagai ujian keluasan wawasan
﴿ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً ... فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ﴾
(“Jika Allah menghendaki, Dia menjadikan kalian satu umat. Tetapi Allah menguji kalian… Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”)
(QS Al-Maidah 5:48)
🔎 Ulasan Ulama:
– Ibn Katsir:
Perbedaan itu adalah pintu kebaikan, bukan alasan permusuhan.
➡️ Santri progresif menghormati perbedaan, tidak mudah marah, tidak keras kepala, dan tidak sempit fikirannya.
Wawasan luas = hati luas.
3. Perilaku Reformatif (Perbaikan Diri Terus-Menerus)
Ilmu tanpa perbaikan akhlak → hanya menjadikan seseorang sombong.
Dalil Hadis – Jihad terbesar adalah memperbaiki diri
**قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
"رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ"**
(“Kita pulang dari jihad kecil menuju jihad besar (memerangi hawa nafsu).”)
Walaupun hadis ini diperselisihkan statusnya, maknanya benar secara syar’i, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghazali:
“Memerangi nafsu adalah jihad paling berat dan paling agung.”
Dalil Al-Qur’an untuk jihad melawan diri
﴿ وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ﴾
(“Orang-orang yang bersungguh-sungguh memperbaiki diri, pasti Kami beri petunjuk.”)
(QS Al-Ankabut 29:69)
➡️ Santri progresif melakukan muhasabah setiap hari:
Aku hari ini lebih baik atau tidak?*
3️⃣ Tantangan Besar dalam Menjadi Progresif
Reformasi diri sulit karena dua hal:
1. Sulit melihat kekurangan diri sendiri
Ibn Qayyim berkata:
“Orang yang paling bodoh adalah yang sibuk melihat aib orang lain.”
2. Sulit merubah diri setelah mengetahui kekurangannya
Butuh:
- kemauan kuat (himmah 'aliyah)
- disiplin (mujahadah)
- konsistensi (istiqamah)
➡️ Santri progresif berani berubah, sekalipun sakit, berat, dan membutuhkan waktu panjang.
4️⃣ Buah dari Pribadi Progresif
Jika tiga sifat ini dimiliki:
- Haus ilmu
- Wawasan luas
- Reformatif
Maka lahirlah:
🔥 Seorang ilmuwan yang berakhlak
🔥 Seorang ulama yang reformis
🔥 Seorang pemimpin yang dibutuhkan umat
Imam Syafi’i berkata:
**مَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً
تَجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُولَ حَيَاتِهِ**
“Barangsiapa tidak mencicipi pahitnya belajar sejenak,
akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”
5️⃣ Penutup Retorik – Ajak Jamaah Bergerak ke Depan
Jamaah sekalian…
Musuh santri bukan “musuh dari luar”.
Musuh santri adalah dirinya sendiri:
kemalasan, kebodohan, kesombongan, dan ketakutan untuk berubah.
Hari ini kita harus berkata pada diri sendiri:
📌 “Aku tidak boleh menjadi diriku yang kemarin.”
📌 “Aku harus melangkah maju, walau kecil.”
📌 “Aku harus menjadi santri progresif.”
Karena Islam tidak turun untuk orang-orang pasif.
Islam turun untuk orang-orang progresif—
yang membangun peradaban.
Post a Comment