Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
Pendahuluan: Rumah, Benteng Jiwa di Zaman Fitnah
Saudaraku yang dirahmati Allah ﷻ,
di zaman di mana fitnah bertebaran, lisan mudah tergelincir, pandangan sulit dijaga, dan waktu cepat habis tanpa makna—rumah seharusnya menjadi benteng, bukan sekadar bangunan; menjadi tempat aman bagi iman, bukan sekadar tempat berteduh jasad.
Syariat Islam tidak mengajarkan manusia menjadi antisosial, tetapi mengajarkan selektif dalam pergaulan, waspada terhadap lingkungan, dan cerdas menjaga hati. Dalam kondisi tertentu, uzlah (menjauh dari hal yang melalaikan) justru menjadi obat bagi jiwa.
I. Makna Uzlah dalam Islam: Menjauh dari Keburukan, Bukan dari Kebaikan
Uzlah yang diajarkan Islam bukan melarikan diri dari tanggung jawab, tetapi menyelamatkan iman dari kerusakan.
Dalil Al-Qur’an
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka berpalinglah dari mereka.”
(QS. Al-An‘am: 68)
Komentar Ulama
- Ibnu Katsir: Ayat ini adalah perintah uzlah dari majelis yang merusak iman.
- Al-Qurthubi: Berpaling di sini bukan berarti memutus silaturahmi, tetapi menjaga agama.
II. Rumah sebagai Tempat Ibadah dan Penjaga Hati
Rasulullah ﷺ mengajarkan agar rumah tidak kosong dari dzikir dan shalat, karena rumah yang kosong dari ibadah seperti kuburan.
Dalil Hadis
اجْعَلُوا مِنْ بُيُوتِكُمْ قُبُورًا وَلَا تَجْعَلُوهَا قُبُورًا
“Jadikanlah sebagian shalat kalian di rumah, dan jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ulasan Ulama
- Imam An-Nawawi: Shalat dan dzikir di rumah menghidupkan hati penghuninya.
- Ibnu Hajar: Rumah yang hidup dengan ibadah akan memancarkan ketenangan.
III. Menjauhi Majelis Sia-sia dan Pergaulan yang Merusak
Tidak semua kebersamaan membawa kebaikan. Banyak pertemuan justru menggerogoti iman secara perlahan.
Dalil Al-Qur’an
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا
“Jika mereka berangkat bersama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain kerusakan belaka.”
(QS. At-Taubah: 47)
Penjelasan Ulama
- Ibnu ‘Asyur: Lingkungan buruk adalah sebab runtuhnya tekad dan iman.
- Hasan Al-Bashri: Hati itu lemah; ia mudah rusak oleh teman yang lalai.
IV. Menjaga Lisan, Pendengaran, dan Pandangan di Dalam Rumah
Rumah yang membahagiakan adalah rumah yang:
- lidahnya terjaga
- telinganya bersih
- pandangannya suci
Dalil Al-Qur’an
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada malaikat pengawas yang mencatatnya.”
(QS. Qaf: 18)
Dalil Hadis
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Komentar Ulama
- Al-Ghazali: Diam yang selamat lebih baik daripada bicara yang menyesatkan.
- Ibnu Qayyim: Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari lisannya.
V. Bahaya Pergaulan Bebas dan Campur-Baur Tanpa Batas
Islam menjaga kehormatan jiwa dengan menutup pintu-pintu fitnah sebelum dosa terjadi.
Dalil Al-Qur’an
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya ia perbuatan keji dan jalan yang buruk.”
(QS. Al-Isra’: 32)
Ulasan Ulama
- Ibnu Katsir: Larangan ‘mendekati’ menunjukkan semua jalan menuju zina harus ditutup.
- Asy-Syathibi: Syariat menjaga kehormatan sebelum kehancuran terjadi.
VI. Uzlah yang Terpuji: Menyendiri Bersama Allah
Rasulullah ﷺ sendiri pernah berkhalwat di Gua Hira. Uzlah yang terpuji adalah menyendiri untuk memperbaiki hati, bukan untuk lari dari kewajiban.
Dalil Hadis
يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرُ مَالِ الْمُسْلِمِ غَنَمٌ يَتَّبِعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ
“Akan datang suatu masa, sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing yang ia bawa ke puncak gunung, menjauh dari fitnah.”
(HR. Bukhari)
Komentar Ulama
- Ibnu Hajar: Hadis ini menunjukkan bolehnya uzlah saat fitnah merajalela.
- An-Nawawi: Uzlah dianjurkan bila interaksi sosial lebih banyak mudaratnya.
VII. Penutup: Rumah yang Membahagiakan Adalah Rumah yang Menyelamatkan Iman
Wahai saudaraku,
rumah yang membahagiakan bukan yang luas bangunannya, tetapi yang lapang hatinya.
Bukan yang mahal perabotnya, tetapi hidup dengan dzikir dan ketaatan.
Jika engkau menjaga rumahmu:
- dari lisan yang kotor
- dari majelis sia-sia
- dari pergaulan yang merusak
- dan dari waktu yang terbuang
maka rumahmu akan menjadi:
- taman ketenangan
- benteng iman
- tempat pulang yang dirindukan jiwa
Dan jika engkau melihat orang-orang yang tenggelam dalam kasak-kusuk, ghibah, dan kesia-siaan—
katakan dengan tenang dan bermartabat:
“Selamat tinggal.”
Post a Comment