Nama-Nama al-Qur’an -2

Nama-Nama al-Qur’an -2
11. Shidq, Tashdiq dan Mushaddiq

Allah menamainya dengan Shidq (Kebenaran), Mushaddiq (Pembenar) dan Tashdîq (Pembenaran) dalam 22 ayat dari al-Qur'an.

Allah Ta'ala menyinggung perihal ash-Shidq, memerintahkannya, menganjurkan dan mensugestinya di dalam 109 tempat. Dalam hal ini, tidak dapat diragukan lagi bahwa al-Qur'an al-Karim adalah simbol kebenaran, sumber, landasannya serta yang mengajak berbuat kebenaran dan mensugestinya.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s. az-Zumar:32,33; Yûnûs:37; Yûsuf:111; al-Baqarah:97; al-Ahqâf:12; al-An'âm:115.

12. Mufashshal dan Fashl

Allah menamai al-Qur'an dengan Mufashshal (yang dijelaskan/terperinci) di dalam 18 ayat. Dalam hal ini, al-Qur'an terdiri dari surat-surat, ayat-ayat Muhkamât. Surat-surat meliputi ayat-ayat sementara ayat-ayat meliputi huruf dan kalimat. Semua itu telah dirinci oleh Allah di dalam ayat-ayat al-Qur'an.

Karena telah menjelaskan dan memerinci, maka tidak ada lagi yang samar dan masih kabur di dalamnya. Jadi, ia bukan teka-teki ataupun simbol-simbol yang tanpa makna.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s.al-An'am:97,98; ath-Thâriq:13; al-A'râf:52,172; at-Tawbah:11; Fushshilat:3.

13. Hadîts

Allah menamai al-Qur'an dengan Hadîts di dalam 15 ayat.
Makna Hadîts secara bahasa adalah khabar dan ucapan (omongan).
Disamping menamakannya demikian, Dia Ta'ala juga menamakannya Qîl (yang dikatakan/diucapkan).
Al-Qur'an merupakan ucapan dimana Allah berbicara di dalamnya dan berisi beragama hal yang membuat terpesona, semua nya indah, berupa hukum dan hikmah-hikmah, berita gembira ataupun menakutkan, janji dan ancaman..semua itu hanya lah demi kemaslhlahatan para hamba Allah. Semua nya berisi hidayah dan petunjuk..semuanya berisi 'aqidah dan syari'ah.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s.az-Zumar:23; al-Jâtsiyah:6; ath-Thûr:34; al-Kahfi:6; an-Najm:59; al-Wâqi'ah:81; al-Mursalât:50.

14. Rahmah

Allah Ta'ala menamai al-Qur'an dengan Rahmah (Rahmat/kasih sayang) karena ia merupakan rahmat dari Allah Ta'ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Penamaan ini terdapat dalam 15 ayat.
Allah sendiri menamakan diri-Nya di dalam al-Qur'an sebagai Rahîm (Maha Pengasih) dalam 119 tempat, sementara sebagai Rahmân (Maha Penyayang) dalam 57 tempat. Kata Rahîm dan Rahmân merupakan derivasi dari kata Rahmah.
Dengan nama ini, dapat dilihat pada Q.,s. al-A'râf:52,203: al-An'âm:157: Yûnus:57; al-Isrâ`:82; an-Naml:77; al-Jâtsiyah:20.

15. Nûr

Allah menamai al-Qur'an dengan Nûr dalam 12 ayat di dalamnya.
Al-Qur'an adalah nur (cahaya), nur al-Haq, nur yang terang benderang dan bukti yang pasti.
Nur yang bercahaya namun tidak seperti cahaya-cahaya biasa..cahaya yang tidak pernah hilang, tidak pernah berkurang sedikitpun..cahaya yang merangi jalan orang-orang yang berjalan diatas kebenaran, orang-orang yang sesat dan kebingungan..cahaya yang dapat menyembuhkan semua penyakit; syahwat dan syubhat.

Namun alangkah sayangnya, dewasa ini hanya sedikit orang yang mau mengambil cahaya ini…Kebanyakan manusia menjauh darinya layaknya keledai yang menjauh dari singa, lalu kelelahan hingga akhirnya celaka dan terjebak ke dalam jurang nan gelap…
Sekalipun berbagai upaya musuh direkayasa untuk menghancurkan cahayanya, namun mereka tidak berhasil melakukannya.
Diantara penamaannya dengan Nûr dapat dilihat pada Q.,s. an-Nisâ`:174;al-A'râf:157; al-Mâ`idah:16; at-Taghâbun:8; asy-Syûra:52;al-Hajj:8; Ali-'Imrân:184 .

16. Nadzîr

Allah menamai al-Qur'an dengan Nadzîr dalam 11 ayat di dalamnya.
Sementara Allah menamai Rasul-Nya, Muhammad dengan Nadzîr (pemberi peringatan) dalam 60 ayat, dan besar kemungkinan lebih dari itu. Lawannya adalah Basyîr (pemberi berita gembira) terdapat dalam lebih dari 50 ayat.

Kata Nadzîr dalam bahasa 'Arab berasal dari kata Indzâr yang maknanya adalah pemberitahuan dan membuat rasa takut (menakut-nakuti). Artinya juga memberikan peringatan. Tidak salah lagi, bahwa al-Qur'an adalah pembawa berita gembira dan peringatan. Ia memperingatkan dari kekufuran, kesyirikan, kemunafikan, kezhaliman, hal-hal yang melampaui batas, kecurangan, dengki. Ia memperingatkan dari melalaikan kewajiban dan melakukan perbuatan yang diharamkan. Ia memperingatkan dari kemurkaan Allah, azab dan siksaan-Nya yang pedih, berhukum kepada selain hukum-Nya, khianat, makar dan sebagainya.
Mengenai penamaan ini, diantaranya dapat dilihat pada Q.,s. al-A'râf:2; Maryam:97; al-An'âm:51,19; Ibrahim:52; an-Najm:56; al-Ahqâf:12.

17. Kalâmullah

Allah menamai al-Qur'an dengan Kalâm, Kalim dan Kalimât dalam 12 ayat di dalamnya. Sementara Qawl dan Kalam yang dinisbahkan dan ditetapkan sendiri oleh Allah untuk diri-Nya terdapat dalam lebih kurang 275 ayat.
Al-Qur'an adalah Kalâmullâh secara hakikatnya, bukan kalam (ucapan) selain-Nya. Ia mencakup huruf-huruf dan makna-maknanya, ia bukan makhluk dan bukan pula pembawa dusta, akan tetapi diturunkan dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Inilah 'aqidah (keyakinan) Ahlussunnah wal Jama'ah dari dulu hingga sekarang yang merupakan keyakinan yang selamat, terbebas dari Tahrîf (mengadakan perubahan di dalamnya) dan Ta'thîl (Membatalkan maknanya sehingga tidak ada sama sekali).

Kalam bagi Allah merupakan sifat Dzâtiyyah dan Fi'liyyah. Dikatakan sifat Dzâtiyyah karena Kalam yang dalam makna kata benda adalah "bicara", berasal dari Dzat-Nya, dan dikatakan Fi'liyyah karena Kalam yang dalam makna kata kerja adalah "berbicara (ber-Kalam)" merupakan Fi'l (perbuatan) Allah.
Jadi Allah Ta'ala telah dan berfirman, telah bicara dan berbicara bila Dia menghendaki dan kapan Dia menghendaki, Tidak ditanyai tentang apa yang diperbuat-Nya sementara mereka ditanyai. Dia berbicara sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Dia berfirman, "Tiada sesuatupun yang semisalnya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Dalam hal ini, tidak boleh hukumnya bertanya tentang bagaimana Allah berbicara sebagaimana tidak boleh menyerupai Kalam Allah dengan kalam seluruh makhluk-Nya, demikian juga berpendapat pada sifat-sifat Allah yang lain; Hal yang telah ditetapkan sendiri oleh Allah untuk diri-Nya atau ditetapkan untuk-Nya oleh Rasul-Nya yang berupa sifat-sifat yang Agung dan sesuai dengan keagungan dan 'izzah-Nya, maka kita wajib menetapkan demikian tanpa Tahrîf, Ta'thîl, Takyîf (mengadaptasikannya),Tamtsîl (menyerupakan) nya dengan makhluk.

Tidak boleh melakukan Ta`wîl karena ia akan menyebabkan Ta'thîl dan tidak boleh melakukan Takyîf karena ia dapat menyebabkan Tamtsîl. Jadi, tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh pula kaku dan jumud.

Kaum al-Musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk) bersikap over dan sangat berlebih-lebihan serta melampaui batas sehingga ketika menetapkan Kalam Allah, mereka berkata "Kalamullah adalah seperti kalam (ucapan) makhluk-Nya."

Sementara kaum al-Mu'aththilah (yang membatalkan atau meniadakan sifat kalam) seperti Mu'tazilah, justeru bersikap sebaliknya. Mereka amat kaku dan jumud sehingga mereka berkata, 'Allah tidak berbicara dan al-Qur'an adalah makhluk.' Sementara kaum Asyâ'irah (pengikut Abul Hasan al-Asy'ari. Sementara Abul Hasan sendiri di akhir hayatnya kembali ke 'Aqidah Salaf sebagaimana di dalam bukunya "al-Ibânah") mengatakan "al-Qur'an adalah ungkapan dari Kalamullah. Adapun kaum al-Kullabiyyah (pengikut 'Abdullah bin Sa'id bin Kullab) berkata, "al-Qur'an adalah hikayat dari Kalamullah…Tentu saja semua perkataan seperti itu tidak benar dan batil.

Karenanya, Wajib menetapkannya karena Allah telah menetapkannya dan karena ia adalah sifat kesempurnaan Allah.
Untuk menegaskan hal itu, penamaan al-Qur'an dengan Kalamullah dapat dilihat pada: Q.s.,at-Tawbah:6 ; Yûnus:82 ; al-Baqarah:75 ; al-An'âm:34,115 ; asy-Syûra:24 ; al-Kahf:27.

18. Qawl (Þæá)

Allah menamai al-Qur'an dan memberinya sifat sebagai Qawl (perkataan/ucapan) dan Qîl (perkataan yang diucapkan) di dalam 15 ayat.
Al-Qur'an al-Karim adalah perkataan Rabb kita dan Sang Pencipta kita. Ia perkataannya yang sebenarnya, bukan perkataan siapa-siapa selain-Nya. Inilah 'aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, para shahabat dan Tabi'in, yaitu mengimani dan membenarkan bahwa al-Qur'an adalah perkataan Allah dan Kalam-Nya, Allah berbicara melaluinya kapan saja Dia telah menghendaki. Barangsiapa yang tidak meyakini seperti itu atau berkata selain itu, maka perkataannya adalah dusta dan batil.

Karena al-Qur'an adalah perkataan Allah, kalam, wahyu dan tanzil-Nya maka wajib beriman kepadanya, mempelajari, memahami, dan merenunginya. Kaum Muslimin wajib memberikan perhatian khusus terhadap Kitabullah yang merupakan sebab kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat kelak. Ia adalah sumber pertama di dalam syari'at, hukum-hukum dan peraturan mereka.

Diantara penamaannya dengan Qawl dapat dilihat pada: Q.s., Fushshilat:43 ; al-Mu`minûn:68 ; al-Qashash:51 ; an-Nisâ`:122 ; az-Zumar:18 ; al-Hâqqah:40 ; at-Takwîr:19.

19. Qawl Tsaqîl

Allah menamai al-Qur'an dengan Qawl Tsaqîl (perkataan yang berat) hanya dalam satu ayat saja. Dikatakan berat, karena di dalamnya terdapat pengagungan,keindahan, kewajiban, batasan-batasan, larangan-larangan, perintah-perintah, ancaman-ancaman serta limpahan beban yang besar yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa, yang melakukan hal itu dengan sesempurnanya disertai rasa gembira dan ketenangan hati. Itu merupakan anugerah Allah yang diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dikatakan demikian, juga karena Rasulullah mengalami hal yang sangat berat ketika turunnya wahyu. Dalam hal ini, 'Aisyah radliyallâhu 'anha bercerita, "Sungguh aku telah melihat wahyu turun kepadanya pada suasana hari yang teramat dingin…"

Apa yang dikatakan berat ini nampaknya -wallahu a'lam- merupakan berat dalam arti yang sebenarnya. Indikasinya, bahwa onta Rasulullah terduduk ketika wahyu turun saat beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam berada diatasnya. Demikian pula, ketika diwahyukan kepada beliau; pahanya yang diatas paha Zaid bin Tsabit seakan meremukkan paha Zaid.

Al-Qur'an berat artinya penuh dengan kemuliaan dan keagungan karena di dalamnya terdapat makna-makna yang agung, rahasia-rahasia yang menawan, hikmah-hikmah dan hukum-hukum, janji dan ancaman serta berita gembira dan berita yang menakutkan, perintah-perintah dan larangan-larangan, kewajiban dan batasan-batasan dan hal lainnya yang dikandung oleh al-Qur'an. Hal itu semua demi kepentingan seluruh umat manusia baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Satu ayat disebutkan diatas sebagai penamaan al-Qur'an dengan Qawl Tsaqîl terdapat pada surat al-Muzzammil, ayat 5

20. Qawl Fashl

Allah Ta'ala menamainya dengan Qawl Fashl (perkataan pemutus/pemisah) dalam satu ayat saja. Maknanya, bahwa al-Qur'an al-Karim merupakan fashl (pemutus/pemisah) antara al-Haq dan al-Bathil sebagaimana ia membedakan antara keduanya saat Allah Ta'ala menamainya Furqân.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa al-Qur'an membedakan antara tauhid dan kesyirikan, keadilan dan kezhaliman serta kebenaran dan kebohongan.

Secara umum, al-Qur'an al-Karim adalah pemisah/pemutus antara al-Haq dan al-Bathil; ia menjelaskan al-Haq, mengajak kepadanya dan mensugestinya; ia menjelaskan al-Bathil, melarang dan memperingatkan darinya. Al-Haq amat berhak untuk diikuti dan tentunya tidak ada setelah adanya al-Haq selain al-Bathil alias yang ada hanya al-Bathil bila al-Haq lenyap.

Satu ayat yang dinamai dengan Qawl Fashl tersebut adalah surat ath-Thâriq ayat 13 . Di dalamnya menunjukkan bahwa al-Qur'an adalah Kalamullah; huruf-huruf dan makna-maknanya.



(SUMBER: Buku "al-Hudâ Wa al-Bayân Fî Asmâ` al-Qur`ân, karya Syaikh. Shâlih bin Ibrahim al-Bulaihiy, dari hal. 174-202)

Tidak ada komentar