IKHLAS DAN MEMPERBAHARUI NIAT
IKHLAS DAN MEMPERBAHARUI NIAT
TUJUAN ISNTRUKSIONAL
Setelah mengikuti siaran ini pemirsa
diharapkan mampu :
1.
Menunjukkan pengertian pemabaharuan niat
2.
Menyebutkan tiga dalil Al Qur’an maupun hadits tentang perintah untuk
memperbaharui niat
3.
Termotivasi untuk senantiasa memperbaharui niatnya
4.
Menyertakan niat yang baik dalam setiap aktifitas hariannya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Ta’rif Niat
Dalam bahasa Arab, niat
sering didefinisikan sebagai : Suara/getaran hati terhadap sesuatu yang
dihadapi sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau
menghindarkan kerugian. Dalam pengertian
selanjutnya yang populier dalam ilmu syar’iy niat didefinisikan sebagai :
Keinginan untuk melakukan amal perbuatan karena mengharap ridha Allah.
2. Dalil-dalil tentang ikhlas dalam berniat melakukan amal perbuatan.
- Al Qur’an Surah Al Bayyinah/98:5
- Al Qur’an surah Az Zumar/39:11
- Sabda Nabi: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada
niatnya….al hadits.
- Sabda Nabi :“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan
kekayaanmu, akan tetapi Allah sangat memperhatikan hati dan perbuatanmu”
Muttafaq alaih.
3. Kedudukan niat
- Niat akan menentukan diterima atau tidaknya amal perbuatan
seseorang. Sabda Nabi :
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya….
- Niat akan menentukan balasan yang Allah berikan kepada seseorang.
Rasulullah SA bersabda : Manusia itu ada empat macam: Orang yang
dikaruniai ilmu dan harta dan ia
amalkan ilmunya pada hartanya, lalu ada seseorang yang (melihatnya) dan
berkata” Jika saja Aallah memberikan kepadaku seperti yang diberikan
kepadanya maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka kedua orang
ini sama pahalanya. Dan orang yang dikaruniai harta tanpa ilmu, sehinga ia
tersesat dengan hartanya, lalu ada orang yang (melihatnya) dan berkata :
“Jika saja Allah berikan kepadaku seperti harta yang diberikan kepadanya
maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka keduanya sama
dosanya" HR Ibn Majah. Seseorang yang berniat baik diberi pahala sebelum beramal, dan yang
berniat buruk berdosa sebelum berbuat.
- Untuk membedakan antara ibadah dengan bukan ibadah, seperti orang
yang duduk di masjid, pakah hanya sekedar istirahat atau I’tikaf, dsb.
- Untuk membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Seperti orang
yang berpuasa di luar bulan Ramadhan, apakah karena kifarat, nazar,
qadha’, atau puasa sunnah.
4. Urgensi memperbaharui niat
Karena banyak virus yang
menyerang keikhlasan niat seseorang, maka perlu sesering mungkin memperbaharui
niat itu agar semakin bersih dan murni karena Allah semata-mata.
Virus-virus niat itu antara
lain.:
- Keinginan berhenti dari suatu amal perbuatan.
- Bergeser dari keinginan semula, karena pengaruh bermacam-macam
kebutuhan
- Munculnya keragu-raguan terhadap suatu amal perbuatan.
5. Kisah-kisah teladan dalam niat
yang ikhlas.
- Kisah paa sahabat yang tinggal di Madinah, tidak dapat ikut serta
dalam perangTabuk karena sakit, tetapi mereka mendapatkan pahala seperti
mereka yang ikut dalam perang itu, karena memiliki niat yang baik.
- Kisah Yazid bin Al Ahnas dengan anaknya. Yazid bersedekah beberapa
dinar dan meletakkannya di belakang seseorang yang sedang shalat di
masjid. Sebelum orang itu mengambilnya, datang anaknya yanr bernama Ma’n
bin Yazid. Melihat ada sedekah Ma’n mengambilnya. Ketika ia tunjukkan
kepada ayahnya (Yazid), ayahnya berkata : “Saya tidak ingin memberikannya
kepadamu”. Akhirnya Ma’n mengadukan hal itu kepada Rasulullah. Dan
Rasulullah memutuskan :”Wahai Yazid, kamu telah memperoleh pahala niatmu
(bersedekah), dan kamu berhak memperoleh apa yang kau ambil wahai Ma’n” HR
Al Bukhariy.
- Dari Abu Musa Al Asyariy berkata : Rasulullah ditanya tentang
seseorang yang berperang karana syaja’ah (berani), hamiyyah
(fanatis), dan riya (pamer), siapakah di antara mereka yang berjihad fi
sabilillah? Rasulullah menjawab: “Yang berperang untuk meninggikan kalimah
Allah-lah yang berjihad fi sabilillah” Muttafaq alaih.
- Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua tertutup batu besar,
hingga mereka berkesimpulan tidak akan ada yang menyelamatkan dirinya
kecuali berdoa kepada Allah dengan menyertakan amal shaleh yang pernah
diperbuat. Lalu berdoalah orang pertama dengan pengabdiannya kepada orang
tua, yang kedua dengan sikap iffah (menahan diri dari perbuatan dosa pada
saat mampu melakukannya, dan ketiga berdoa kejujurannya memenuhi hak orang
lain (membayar gaji karyawan), hingga mereka bisa keluar selamat dari
bahaya itu. Hadits muttafaq alaih.
- Dsb.
Post a Comment