Muslim Multazim
Muslim Multazim
Nabi dan para shahabat adalah orang orang yang memiliki jiwa militansi sangat
tinggi, mereka patut untuk kita jadikan panutan dalam hal iltizam. Apakah
pantas orang-orang yang mengikuti jalan mereka selaku umat terbaik justeru
dicap negatif sebagaimana diatas?
Definisi iltizam
Iltizam adalah suatu kata yang umum yang menunjukkan makna menetapi dan
sungguh-sungguh terhadap syari'at atau selainnya. Akan tetapi dalam konteks
dimasa ini lebih cenderung banyak dipakai untuk istilah orang yang berpegang
teguh terhadap syari'at dan tamassuk (memegang erat) agama (Islam). Dari sini
kita katakan bahwa orang yang bersungguh-sungguh dalam agama (iltizam) adalah
seorang Mustaqim (istiqamah/lurus), Almutamassik bisy syari'ah (memegang
syari'at), Almuthi' lillah (taat kepada Allah), atau 'amilan bisyari'atillah wa
muttabi'an lirasulillah (menjalankan syari'at Allah dan ittiba' kepada
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam ).
Hakikat iltizam
Dari ta'rif diatas maka iltizam pada prinsipnya adalah memegang teguh syari'at,
mengamalkannya dan ittiba' kepada sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam , inilah hakikat iltizam. Dan kita akan melihat bahwa seorang yang
multazim aktivitas kesehariannya akan berkisar pada amalan-amalan wajib, ataupun
sunnah, mungkin juga nawafil (tambahan) dari bentuk-bentuk ibadah dan ketaatan,
bisa juga fardhu kifayah yang mampu ia kerjakan. Demikianlah tuntutan yang
harus dipenuhi oleh seseorang yang akan memposisikan dirinya sebagai orang yang
multazim.
Dalil-dalil iltizam
Dari Al Qur'an
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai." (QS Ali Imran : 103)
Dalam konteks ini iltizam bermakna I'tisham yaitu menetapi sesuatu dan
berpegang teguh kepadanya.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
"Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus." (QS Al Baqarah: 256).
Di sini iltizam punya arti tamassuk yakni menggenggam sesuatu dengan sangat
erat sesuai kemampuan.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):
"Jangan-lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu." (QS. Fushshilat: 30)
"Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita." (QS. Al-Ahqaf: 13)
Dalam dua ayat di atas iltizam memiliki arti istiqamah yaitu jalan yang lurus
yang tidak ada kebengkokan dan penyimpangan.
Dalil dari Assunnah
Hadits pertama:
Artinya: "Dari Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi berkata: aku berkata:
"Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang tak
akan kutanyakan lagi kepada selain Anda, maka beliau bersabda: "Ucapkanlah
aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah!" (HR Muslim dalam
kitabul iman).
Hadits kedua:
Artinya: "Maka wajib atas kalian semua berpegang teguh dengan sunnahku dan
sunnah khulafaur rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, gigitlah sunnah
tersebut dengan gigi geraham." (maksud-nya berpegang teguhlah dengan
sunnah sekuat tenaga, red) (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
Hadits ketiga:
Dari Abdullah ibnu Mas'ud Radhiallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam membuat sebuah garis dengan tangannya, lalu bersabda:
"Ini jalan Allah yang lurus," kemudian beliau membuat garis-garis di
kanan kirinya lalu bersabda: "Ini adalah jalan-jalan (as subul), tak satupun
dari jalan-jalan tersebut kecuali di sana ada syetan yang mengajak kepadanya,
kemudian beliau membacakan firman Allah (QS Al An'am ayat 153). (HR. Ahmad,
Ibnu Majah dan Al Hakim)
Apa yang dilakukan seorang multazim
Seorang yang benar-benar multazim harus melakukan amalan-amalan yang menjadi
bukti konkrit atas kesungguhan dan komitmennya terhadap Islam. Diantara yang
senantiasa dijalani oleh para multazimin dalam kehidupannya adalah sebagai
berikut:
Berpegang dengan As Sunnah
Seorang yang multazim sudah barang tentu harus memegang As Sunnah dengan
sungguh-sungguh, atau dengan kata lain adalah seorang ahlus sunnah dan ahlus
syari'ah. Dia juga aljama'ah (kelompoknya Nabi dan para shahabat) walau jumlah
mereka hanya sedikit.
Giat menuntut ilmu
Muslim yang multazim haruslah selalu menuntut ilmu sehingga ia beribadah kepada
Allah diatas dasar cahaya dan hujjah yang jelas, bukan diatas kejahilan dan
kesesatan. Masalah ini tidak bisa ditawar-tawar lagi sebab seorang yang iltizam
dengan ajaran Islam otomatis akan menjadi da'i yang menyeru ke jalan Allah. Ia
akan meng-ajak orang lain untuk beristiqamah, iltizam dan menjalankan syari'at
Allah dalam kehidupan. Dengan ilmu (syar'i) inilah ia akan mengajak orang ke
jalan Allah dengan berlandaskan hujjah yang terang (bashirah).
Meninggalkan bid'ah, maksiat dan kesia-siaan ( lahwu)
Seorang yang istiqamah harus selalu bersemangat untuk senantiasa melakukan
apa-apa yang disyariatkan Allah, belajar dan mengajarkan Islam. Ia selayaknya
juga harus berusaha sekuat tenaga menjauhi segala bentuk yang bisa mencoreng
harga dirinya, menodai keadilannya dan apa saja yang bisa menuurunkan martabat
dan kedudukannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara meninggalkan bid'ah,
maksiat dan segala bentuk kesia-siaan.
Berdakwah menyeru ke jalan Allah
Setelah seseorang diberi rahmat oleh Allah berupa kemampuan untuk beriltizam
dan beristiqamah maka ia tidak boleh berhenti sampai di sini. Akan tetapi ia
masih punya kewajiban yang sangat penting yaitu berdakwah mengajak orang ke
jalan Allah. Mengajak siapa saja baik itu saudara, sahabat, teman kerja,
keluarga dan siapa saja yang ada di sekelilingnya. Ini merupakan salah satu
kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya seiman, sebab jika ia tidak
berdakwah kepada kebaikan tentu mereka yang buruk dan sesat akan mengajak
kepada keburukan dan kesesatan yang mereka kerjakan. Bukankah kita akan senang
jika banyak orang yang mengikuti jejak kebaikan yang kita lakukan?Bukankah kita
senang jika banyak orang yang menolong dan membantu kita? Kita juga akan merasa
senang jika banyak orang yang senantiasa berbuat kebajikan dan meniti agama
yang lurus baik itu kalangan pemuda, remaja maupun anak-anak.
Diantara cara berdakwah yang bisa dilakukan:
Khutbah atau ceramah
Hal ini sangat perlu mengingat masih banyak para khatib atau penceramah yang
kurang memadai baik dari sisi akidah, sudut pandang terhadap agama maupun
manhaj mereka, sehingga tidak jarang kita jumpai kesalahan dalam khutbah atau
ceramah mereka. Hendaknya para da'i yang memiliki ilmu yang shahih menjadi
seorang khatib karena dapat kita bayangkan bagaimana kondisi kaum muslimin yang
hanya menerima informasi keagamaan setiap minggu (Jum'at) itupun tak semuanya
benar.
Imamah/pengelolaan masjid
Yaitu mengelola dan mengadakan kegiatan di masjid-masjid yang tidak dipakai
untuk shalat jum'at (Mushalla, Langgar dsb). Seorang da'i yang mumpuni jika
mampu menjadi imam dan mengelola masjid maka akan memberi banyak manfaat kepada
jama'ahnya seperti menyampaikan nasihat, wejangan serta mengadakan
kajian-kajian di sana .
Selain itu seorang imam masjid yang mengetahui seluk beluk ilmu syar'i dan
beraqidah lurus sangat memungkinkan untuk diterimanya shalat jama'ah yang
diimaminya-dengan izin Allah-sebab ia akan senantiasa melakukan shalat dengan
semaksimal mungkin memenuhi syarat, wajib dan rukun-rukunnya.
Membantu pihak-pihak lain
Termasuk medan
dakwah yang dapat ditempuh ialah dengan memberi-kan bantuan baik materi maupun
maknawi. Banyak lembaga-lembaga dakwah dan pendidikan yang membutuhkan bantuan
dan sokongan dari berbagai pihak sesuai profesi dan kemampuan yang ada.
Sifat-sifat seorang multazim
Seorang multazim memiliki sifat yang luhur sebagai pelengkap dan konsekwensi
dari iltizamnya, di antara sifat-sifat itu adalah:
Baik dalam pergaulan, yaitu menunjung tinggi nilai-nilai akhlak.
Sopan santun terhadap orang lain, menghormati tetagangga dan menu-naikan
amanah.
Menahan pandangan, tidak menyakiti orang lain, menjawab salam, beramar ma'ruf
dan nahi mungkar.
Demikian, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya yang
senantiasa memegang teguh agama serta menolong kita untuk selalu berdzikir,
bersyukur serta mem-perbagus ibadah kepadaNya. Amin
Post a Comment