Untian Nasehat Ibnu Taimiyyah, "Carilah Ridho Allah, Bukan Ridho Makhluk"
Untian Nasehat Ibnu Taimiyyah, "Carilah Ridho Allah, Bukan Ridho Makhluk"
Syaikhul Islam
berkata, "Merupakan perkara yang wajib untuk diketahui bahwasanya –menurut
akal sehat dan menurut agama- tidak diperbolehkan mencari keridoan para
makhluq, karena dua hal:
Pertama : Hal ini adalah suatu perkara
yang tidak mungkin untuk bisa dicapai sebagaimana perkataan Imam Asy-Syafi'i,
رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ "Ridho manusia merupakan tujuan yang
tidak bisa tercapai" maka hendaknya engkau mencari perkara yang baik bagimu,
lazimilah perkara tersebut, dan tinggalkan yang selainnya dan janganlah engkau
bersusah-susah untuk memperolehnya.
Kedua : Sesungguhnya kita diperintahkan untuk senantiasa mencari keridhoan
Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah :
[وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ} [التوبة:
62}
Allah dan Rasul-Nya yang lebih berhak untuk mereka
cari keridhoan-Nya (QS 9:61)
Maka wajib bagi kita untuk takut kepada Allah, dan
hendaknya kita tidak takut kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah sebagaimana
firman-Nya
[فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 175}
Maka janganlah kalian takut kepada mereka tapi
takutlah kalian kepadaKu (QS 3:175)
[فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ} [المائدة: 44}
Maka janganlah kalian takut kepada manusia, akan
tetapi takutlah kepadaKu (QS 5:44)
[فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ} [النحل: 51}
Maka kepadaKulah takutlah kalian (QS 16:51)
[وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ} [البقرة: 41}
Maka hanya kepadaKulah takutlah kalian (QS 2:41)
Maka hendaknya kita takut kepada Allah, dan hendaknya kita
bertakwa keapda Allah dihadapan manusia, maka janganlah kita mendzolimi mereka
baik dengan hati kita maupun dengan anggota tubuh kita, dan hendaknya kita
menunaikan hak-hak mereka dengan hati kita maupun dengan anggota tubuh kita.
Janganlah kita takut kepada mereka sehingga akhirnya kita meninggalkan perintah
Allah dan Rasul-Nya karena takut kepada mereka.
Barangsiapa yang melazimi sikap ini maka kesudahannya
adalah sebagaimana yang pernah dituliskan Aisyah kepada Mu'awiyah
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّهُ مَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ
بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ الناَّسَ، وَعَادَ
حَامِدُهُ مِنَ النَّاسِ ذَامًّا، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ
"Sesungguhnya barangsiapa yang mencari keridhoan
manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah maka Allah akan murka kepadanya dan
akan menjadikan manusia juga marah kepadanya, dan orang yang memunjinya akan
berubah menjadi mencelanya.
Dan barangsiapa yang mencari keridhoan Allah meskipun
mendatangkan kemarahan manusia maka Allah akan ridho kepadanya dan akan membuat
mereka ridho kepadanya".
Maka seorang mukmin janganlah menjadikan pikirannya dan
tujuannya kecuali mencari keridhoan RobNya dan menjauhi kemurkaanNya, dan
kesudahan sesuatu adalah ditanganNya, serta tidak ada daya dan upaya kecuali
dari Allah". (Majmu' Al-fatawa 3/232-233)
Sungguh ini merupakan nasehat yang
sangat berharga dari syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, betapa banyak orang yang
tatkala mengambil tindakan dan keputusan maka yang menjadi pertimbangan utama
adalah sikap manusia kepadanya, apakah mereka akan ridho dengan keputusannya
ataukah tidak…?
Bahkan betapa banyak orang yang akhirnya memilih untuk
meraih keridhoan dan pujian manusia dengan mengorbankan syari'at Allah, dengan
nekad melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap syari'at Allah. Tapi yang
menjadi pertanyaan apakah akhirnya yang mereka raih..???
Betapa banyak orang yang melakukan demikian dengan penuh
harapan untuk dipuji dan diridhoi oleh manusia namun akhirnya mereka tidak
memperolehnya, bahkan apa yang mereka peroleh berbalik dengan apa yang mereka
harapkan, masyarakat justru mencela dan memaki mereka.
Memang benar, terkadang mereka berhasil meraih pujian
manusia dengan mengorbankan syari'at Allah, akan tetapi apakah pujian ini akan
langgeng…??, tentu tidak, suatu saat Allah akan merubah pujian tersebut menjadi
celaan.
Bukankah ada partai yang tadinya berjalan diatas rel dakwah
namun akhirnya merubah relnya hanya karena ingin mencari massa dan mencari keridoan mereka…, akhirnya
partai inipun dicela dan dimaki-maki oleh manusia, bahkan dicela dari
orang-orang yang dahulu mendukungnya…?.
Bukankah ada dai yang tadinya berdakwah di atas sunnah,
namun tatkala dakwahnya tidak mendatangkan massa
maka diapun merubaha cara dakwahnya dengan mengikuti selera masyarakat dengan
harapan akan mendatangkan massa .
Dan sungguh benar bahwa apa yang diharapkannya itu diraihnya, maka
berbondong-bondong masyarakat mengikuti dakwahnya, bagaimana tidak… dakwahnya
sesuai dengan selera mereka. Akan tetapi… apakah hal ini berlangsung lama…
hanya beberapa tahun … kemudian semuanya menjadi berubah, diapun ditinggalkan
oleh para pengikutnya yang dahulunya memujanya.
Sebaliknya betapa banyak dai
yang berdakwah diatas sunnah, meskipun di awal dakwahnya selalu ditentang
masyarakat, bahkan dibenci dan dimaki-maki, akan tetapi mereka para dai
tersebut tetap bersabar dan mengharap keridhoan Allah meskipun harus ditebus
dengan cercaan dan makian masyarakat, bahkan tidak jarang harus bersabar
menghadapi gangguan secara fisik, akan tetapi setelah beberapa waktu berlalu
akhirnya kondisi berbalik dan berbondong-bondong masyarakat yang tadinya
membenci berubah menjadi mencintai.
Post a Comment