Memuliakan Keluarga, Tetangga Dan Teman
Memuliakan
Keluarga, Tetangga Dan Teman
Pendahuluan
Islam turun sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana yang disebutkan Allah Taala
kepada Rasulullah saw.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Dengan misi yang sangat mulia itulah, dapat dipahami bahwa
syariat Islam akan memberikan perhatian
yang sangat tinggi terhadap segala hal
yang terkait dengan tindakan-tindakan yang akan membuahkan hasil berupa rahmatan
lil ‘alamin. Sebagai salah satu dari implementasi misi rahmatan lil
‘alamin Islam sangat memperhatikan pola hubungan antar manusia (mu’amalah insaniyah).
Dalam makalah yang ringkas ini, akan dibahas bagaimana Islam
memerintahkan umatnya untuk memuliakan keluarga, tetangga dan teman sebagai
bagian dari upaya mewujudkan tata kehidupan sosial yang penuh dengan kedamaian
dan sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Memuliakan
Keluarga
1. Hubungan suami-istri
Perhatian terhadap keutuhan dan keharmonisan keluarga
diingatkan dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an mengenai hakikat dan tujuan
pembentukan keluarga itu sendiri. Perhatikan firman Allah Taala dalam Ar-Rum:
21
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Dengan demikian, sakinah,
mawaddah dan rahmah merupakan suatu
kondisi yang hendaknya diciptakan oleh pasangan suami isteri di dalam rumah tangganya, dan ini memerlukan suatu upaya-upaya yang
sistematis dan konstruktif dari kedua belah pihak. Tuntunan interaksi harmonis
suami isteri dapat kita lihat dalam beberapa pesan Al-Qur’an dan Hadis:
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ
وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“… mereka itu adalah
pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka…” (Q.S. Al-Baqarah:
187)
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ
كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ
خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak. “ (QS An-Nisaa:19)
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ
لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“…Sebab itu maka
wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka...” (Q.S.
An-Nisaa: 34)
“Tidakkah mau aku
kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal
seseorang? Wanita yang baik (shalihah): jika dilihat (suami) dan jika (suami)
meninggalkannya ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (H.R. Abu Dawud dan
Nasa’i)
“ Janganlah seorang (suami) mukmin membenci seorang (istri)
mu’minah. Jika ia tidak suka dengan salah satu perilakunya, ia dapat menerima
perilakunya yang lain (H.R. Muslim)
“Takutlah kepada Allah dalam (memperlakukan ) wanita karena
kamu mengambil mereka dengan amanat Allah, dan engkau halalkan kemaluan mereka
dengan kalimat Allah. Dan kewajibanmu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada
mereka dengan baik”
“Sesungguhnya aku berdandan untuk istriku, sebagaimana dia
berdandan untukku” (Perkataan Ibnu Abbas RA)
2. Memuliakan anak
Memuliakan keluarga juga berarti meningkatkan kualitas
hubungan antara orang tua dan anak. Dalam
hal ini, patokan paling utama adalah perintah Allah Taala kepada
orang-orang beriman untuk menjaga keselamatan keluarganya dari api neraka (Q.S.
At-Tahrim: 6 ). Sungguh menjadi kewajiban orang tua untuk menjadikan anak-anak
mereka orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Memuliakan anak berarti
memenuhi hak-hak mereka, bahkan sejak awal
kehidupan mereka dimulai yakni:
- Menerima
kelahiran mereka dengan penuh sukacita, tidak boleh menolaknya.
Sabda Nabi: Barang siapa yang mengingkari anaknya, sedang anak itu
mengetahuinya maka Allah akan menutup diri dari orang itu dan keburukannya akan
ditunjukkan di hadapan orang-orang terdahulu dan kemudian )H.R. Ad Darami).
- Melantunkan
adzan di telinga kanan saat lahir ke dunia.
Aku melihat Rasulullah saw azan di telinga Husein ketika dia
baru saja dilahirkan oleh Fatimah ra. (H.R. al Hakim)
- Tahnik, yaitu sunnah yang
diajarkan Rasulullah SAW berupa pemberian makanan manis dan lembut di
saat-saat pertama kehidupan anak (bisa
dengan kurma atau madu)
- Menyusuinya dalam waktu yang cukup
(2 tahun).
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ
أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
“Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan…” (Q.S. Al-Baqarah:233)
- Memberi nama yang baik. Imam Ibnu
Qayim mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara nama dengan kualitas anak.
Pemberian nama yang baik akan mendorong yang punya nama untuk berbuat baik
sesuai dengan makna yang terdapat di dalam namanya, karena nama yang diberikan
orang tua mengandung do’a dan harapan. Sebaliknya seorang anak akan merasa malu
dan rendah diri apabila nama yang
disandangnya buruk, atau tiada makna.
- Aqiqah:
menyembelih hewan qurban untuk kelahiran mereka pada hari ketujuh. Rasulullah
saw. bersabda, “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang
memenuhi syarat dan bayi perempuan cukup dengan satu ekor kambing.” (H.R.
Ad-Darami)
- Cukur rambut: Pada hari yang
ketujuh pula dilakukan pencukuran rambut, dan menimbang rambut tersebut lalu dikonversi
dalam satuan emas atau perak yang selanjutnya disedekahkan kepada faqir miskin.
“Timbanglah rambut al Husain dan
sedekahkanlah perak seberat itu” (H.R.
Al-Hakim)
- Khitan: Dari segi medis khitan jelas bermanfaat bagi kesehatan. Dengan
khitan berarti sejak kecil ia sudah dipelihara harga diri, kehormatan dan
kesehatannya.
Selanjutnya memuliakan anak berarti juga memberikan
pendidikan yang baik kepada mereka. Al Qur’an secara monumental telah
mengisyaratkan pentingnya pendidikan anak ini melalui kisah Lukman ketika
sedang mendidik anaknya:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13)
Dengan pendidikan yang benar menurut apa yang diajarkan
Allah Taala, maka anak akan menjadi individu yang mature dewasa dan bertanggung jawab, serta mampu memberikan
kontribusi yang optimal bagi kemaslahatan umat.
Kewajiban orang tua pada akhirnya disempurnakan dengan
membantu mereka dalam membangun keluarga dengan menikahkannya. Orang tua
berperan dalam memilih siapa calon suami/istri putra-putri mereka menurut
ukuran kebaikan Islam.
3. Memuliakan orang tua
Sedangkan bagaimana anak bersikap kepada orangtuanya, juga
sangat jelas diperintahkan Allah Taala:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا
إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al-Isra:
23-24)
Bahkan Allah selalu mensejajarkan perbuatan mengabdi
kepada-Nya dan bertauhid dengan berbuat baik kepada orang tua:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, ….”(QS An Nisa 36)
Ini menunjukkan bahwa memuliakan kedua orangtua bukan
perkara sepele. Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa memuliakan kedua
orangtua terus berlanjut meskipun keduanya telah tiada:
Abu Usaid (Malik) bin Rabi’ah Assa’diyah berkata: Ketika kami
duduk di sisi Rasulullah SAW mendadak datang seorang dari Bani Salimah dan
bertanya: Ya Rasulullah apakah masih ada jalan untuk berbakti terhadap ayah
bundaku sesudah mati keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya,
membacakan istighfar atas keduanya dan melaksanakan janji (wasiyat)nya, serta
menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi melainkan karena keduanya, dan
menghormati teman-teman keduanya (H.R. Abu Dawud)
Di antara tindakan-tindakan praktis membina hubungan yang
baik kepada orangtua dalam konteks memuliakan mereka adalah:
Selalu menjaga silaturahim dengan cara mengunjungi mereka
secara rutin (berkala) sesuai kemampuan. Bila jarak tempat tinggal jauh, dapat dilakukan melalui telpon atau surat. Tanyailah
keadaan kesehatan mereka,
masalah-masalah mereka.
Memenuhi kebutuhan mereka, terutama tentu saja kebutuhan
hidup sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan.
Memelihara kesehatan mereka dengan cara memonitor kesehatan
mereka, menganjurkan bahkan membantunya berobat ke dokter. Menganjurkan mereka
untuk memperbaiki pola makan, pola kerja dan pola hidup agar menjadi sehat.
Memberi mereka hadiah sesuatu yang menyenangkan mereka,
meskipun cuma sebuah bingkisan kecil. Janganlah lupa memberikan mereka buah
tangan apabila kita pulang dari bepergian jauh.
Menganjurkan mereka meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir
dan menghadiri atau mendengarkan ceramah atau majelis ta’lim yang baik buat
mereka. Berikan pula buku atau majalah yang patut mereka baca.
Mendidik anak-anak untuk menghormati dan menggembirakan
mereka (kakek-nenek)
Pamit kepada mereka ketika hendak bepergian jauh.
Bila memiliki rezeki yang cukup, patutlah kita
memberangkatkan mereka ke tanah suci Mekkah untuk ibadah Haji.
Sesekali ajaklah
mereka rihlah bersama di suatu tempat yang baik.
Sungguh indah bagaimana Islam memberikan pedoman-pedoman
yang jelas dan rinci bagaimana sebuah keluarga dibangun dengan cara-cara yang bersahaja dan penuh
nilai-nilai luhur.
Memuliakan
Tetangga
Berbuat baik kepada tetangga juga menjadi perhatian serius
dalam ajaran Islam. Perhatikan firman Allah Taala:
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“…Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri,.” (Q.S. An-Nisa:36)
Nabi pun mengingatkan kita agar selalu berbuat baik kepada
tetangga:
Ibnu Umar dan Aisyah ra berkata keduanya, “ Jibril selalu
menasihatiku untuk berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku
ingin memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris
seorang muslim”. (H.R. Bukhari Muslim)
Abu Dzarr ra berkata: Bersabda Rasulullah SAW, “Hai Abu Dzarr
jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan ( bagilah
tetanggamu (H.R. Muslim)
Abu Hurairah berkata: Bersabda Nabi SAW, “Demi Allah tidak
beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapa ya Rasulullah? Jawab Nabi,
“Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya” (H.R. Bukhari,
Muslim)
Abu Hurairah berkata: Bersabda Nabi SAW “Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari Akhir hendaklah
memuliakan tetangganya. (H.R. Bukhari, Muslim).
“Orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetangganya
lapar bukanlah umatku.” (H.R.….)
Hak-hak ketetanggaan tidak ditujukan bagi tetangga kalangan
muslim saja. Tentu saja tetangga yang muslim mempunyai hak tambahan lain lagi
yaitu juga sebagai saudara (ukhuwah Islamiyah). Tetapi dalam hubungan dengan
hak-hak ketetanggaan semuanya sejajar:
Berbuat baik dan memuliakan tetangga adalah pilar
terciptanya kehidupan sosial yang harmonis. Apabila seluruh kaum muslimin
menerapkan perintah Allah Taala dan Nabi SAW ini, sudah barang tentu tidak akan
pernah terjadi kerusuhan, tawuran ataupun konflik di kampung-kampung dan di
desa-desa.
Beberapa kiat praktis memuliakan tetangga adalah:
Sering-seringlah bertegur sapa, tanyailah keadaan kesehatan
mereka.
Berikanlah kepada mereka sebagian makanan
Bawakan sekadar buah tangan buat mereka, apabila kita
bepergian jauh.
Bantulah mereka apabila sedang mengalami musibah ataupun
menyelenggarakan hajatan.
Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan,
berupa makanan ataupun mainan.
Sesekali undanglah mereka makan bersama di rumah.
Berikanlah hadiah kaset, buku bacaan yang mendorong mereka
untuk lebih memahami Islam.
Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau
majelis ta’lim, atau pergilah bersama memenuhi suatu undangan walimah (apabila
mereka juga diundang)
Memuliakan Teman
Memuliakan teman berarti menjaga dan menunaikan hak-hak
mereka. Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam Tarbiyatul ‘awlaad fil Islam menyebutkan
bahwa hak-hak tersebut adalah:
1. Mengucapkan salam ketika bertemu.
Rasulullah saw. yaitu, “Kalian tidak akan masuk surga sebelum
kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang apabila kalian kerjakan,
niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian”.
(H.R. As-Syaikhani)
2. Menjenguk Teman Ketika Sakit
Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy,ari bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jenguklah orang
yang sakit; beri makanlah orang yang lapar dan lepaskanlah orang yang
dipenjara”.
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda; Hak seseorang
Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima; Menjawab salam, menjenguk orang sakit,
mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin”.
3. Mendoakan Ketika Bersin
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu bersin,
hendaklah ia mengucapkan, Al-Hamdu li’l-lah (segala puji bagi Allah), dan
saudaranya atau temannya hendaknya mengucapkan untuknya, YarhamukalLah (semoga Allah mengasihimu)’ Apabila teman
atau saudaranya tersebut mengatakan,
YarhamukalLah (semoga Allah mengasihimu), kepadanya, maka hendaklah ia
mengucapkan, YahdikumulLah wa yushlihu balakum
4. Menziarahi karena Allah
Ibnu Majah dan At-Tarmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa menjenguk orang sakit atau
berziarah kepada seorang saudara di jalan Allah, maka ia akan diseru oleh
seorang penyeru “Hendaklah engkau berbuat baik, dan baiklah perjalananmu,
(karenanya) engkau akan menempati suatu tempat di surga”.
5. Menolong ketika kesempitan
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Seorang muslim itu
adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh berbuat zalim kepadanya dan
tidak boleh menyia-nyiakannya (membiarkan, tidak menolongnya). Barang siapa
menolong kebutuhan saudaranya maka Allah akan menolong kebutuhannya, barang
siapa menyingkirkan suatu kesusahan dari seorang muslim, niscaya Allah akan
menyingkirkan darinya suatu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari
kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan
menutupi (aib)nya pada hari kiamat”
6. Memenuhi undangannya apabila ia mengundang
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Hurairah ra , bahwa Rasulullah saw. bersabda; Hak seseorang
Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima; Menjawab salam, menjenguk orang sakit,
mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin”
7. Memberikan ucapan selamat
Ad-Dailami
meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, “Barang siapa bertemu saudaranya ketika
bubar dari sholat Jum’ah, maka hendaklah ia mengucapkan “Semoga (Allah)
menerima (amal dan do’a) kami dan kamu.
8. Saling memberi hadiah
At-Thabrani meriwayatkan dalam Al Ausath dari Nabi saw, bahwa
beliau bersabda, “Saling memberi
hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai”
Ad-Dailami meriwayatkan dari Anas secara marfu’, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah karena
hal itu dapat mewariskan kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian”
Imam Malik di dalam Al Muwaththa’ meriwayatkan, “Saling
bermaaf-maafkanlah, niscaya kedengkian akan hilang. Dan saling memberi
hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai dan hilanglah
permusuhan.”
Wallahu a’lam
Post a Comment