Celakalah Orang-Orang yang Curang
Celakalah Orang-Orang yang Curang
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi.
Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
pada suatu hari yang agung. (Yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan
alam semesta?" (Al-Muthaffifiin: 1--6).
Timbangan dan takaran adalah jenis pengukuran barang yang
paling umum dalam perdagangan dan jual beli. Bahkan, beberapa barang yang
biasanya dimeter atau dihitung satuannya juga diperjual belikan dengan timbangan
atau takaran, contohnya kain kiloan, telor kiloan, ayam kiloan dan lain
sebagainya. Namun, dalam kenyataan tidak semua pedagang berlaku jujur dalam
menimbang atau menakar atau ukuran yang lainnya. Mereka merasa telah mendapat
keuntungan dengan mengurangi timbangan, takaran atau bilangan dan yang lainnya.
Dalam hal ini yang dirugikan secara lahirnya adalah pembeli. Dan tak sedikit
perselisihan yang terjadi gara-gara kurangnya timbangan dari semestinya. Kalau
kita cermati di pasar-pasar tradisional maupun modern hal ini bisa terjadi.
Namun potensi terjadinya jauh lebih besar di pasar tradisional. Bahkan, ada
sebagian dari pedagang itu yang mempunyai dua jenis anak timbangan. Yang satu
murni beratnya dan yang lain kurang dari berat semestinya. Namun, begitu mereka
yang menjadi pembeli, mereka ingin diberi timbangan atau takaran yang
benar-benar pas, bahkan tak segan mereka memintanya. Inilah salah satu bukti
relevansi Alquran dengan segala zaman.
Kecurangan ini telah terjadi sejak umat terdahulu, seperti kaum
Nabi Syu'aib 'alaihissalam yang dikisahkan dalam Alquran. Bukan hanya mereka,
tetapi setiap generasi kehidupan anak Adam selalu ada orang-orang yang berbuat
kecurangan seperti ini, sampai pada zaman kita yang kita sebut modern ini,
bahkan mungkin pelakunya lebih banyak. Bayangan, keuntungan yang digambarkan
oleh setan dalam angan-angan pelakunya sangat menggoda dan menggiurkan.
Penyebab terjadinya kecurangan ini ada bermacam-macam. Di
antaranya adalah sifat tamak akan kekayaan duniawi. Ketamakan akan menjerumuskan
orang yang memilikinya untuk mendapatkan apa yang diingininya dengan segala cara
tanpa pandang halal atau haramnya. Dan salah satu jalan haram itu adalah
kecurangan dalam timbangan dan takaran.
Peyebab lainnya adalah lunturnya sifat jujur dalam diri pelakunya. Kejujuran seakan-akan hanya bisa didapatkan dalam cerita-cerita khayalan dalam film-film, sinetron, novel-novel, tetapi tidak dalam kehidupan nyata. Padahal, kebutuhan manusia akan kejujuran dalam kehidupan nyata adalah suatu hal yang tak terbantahkan. Jika kejujuran telah lenyap, maka kehancuran tatanan hidup manusia akan hancur secara perlahan maupun cepat.
Peyebab lainnya adalah lunturnya sifat jujur dalam diri pelakunya. Kejujuran seakan-akan hanya bisa didapatkan dalam cerita-cerita khayalan dalam film-film, sinetron, novel-novel, tetapi tidak dalam kehidupan nyata. Padahal, kebutuhan manusia akan kejujuran dalam kehidupan nyata adalah suatu hal yang tak terbantahkan. Jika kejujuran telah lenyap, maka kehancuran tatanan hidup manusia akan hancur secara perlahan maupun cepat.
Tentunya semua itu timbul dari lemahnya iman seseorang.
Terutama imannya akan adanya hari kiamat yang merupakan hari perhitungan amal
baik dan buruk seseorang. Hari yang merupakan saat ditegakkannya keadilan yang
sesungguhnya oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Pada saat itu tidak ada satu pun
yang tersembunyi dari-Nya. Kebaikan sekecil apa pun akan dibalas-Nya, begitu
juga keburukan sekecil apa pu akan diberi-Nya ganjarannya. Tak seorang pun dapat
menghindari hisab pada hari kiamat. Percaya tidak percaya ia pasti akan
menghadapinya.
Pelaku kejahatan di dunia ini biasanya memang tidak takut akan
hisab pada hari kiamat nanti. Mereka semakin asyik dalam dosa mereka seakan-akan
tidak ada pertanggungjawaban perbuatan mereka nantinya. Mereka merasa bangga
dapat menghindar dari hukum manusia yang lemah. Mereka merasa bahwa dengan
terlepasnya mereka dari hukum manusia, mereka telah benar-benar bebas dari
tanggung jawab terhadap perbuatan mereka. Celakalah orang yang beranggapan
demikian.
Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari perbuatan dosa dan
maksiat dan melindungi kita dari azab neraka yang sangat pedih. Wallahu al
Musta'aan.
Post a Comment